Hari Minggu Prapaskah II (8 Maret 2020)
Kej. 12:1-4a; Mzm. 33:4-5,18-19,20,22; 2Tim. 1:8b-10; Mat. 17:1-9.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (Mat 17:4)
Bapak/Ibu, Saudara-i Sahabat Yesus terkasih.
Bacaan hari ini mengingatkan saya tentang pengalaman bagaimana saya mesti keluar dari “zona nyaman”. Dua tahun pertama di Purwokerto adalah “Zona Nyaman” bagi saya. Sebagai orang baru, pindah rumah karena mengikuti suami, saya langsung mencari gereja Katolik dan berusaha beribadah setiap hari Minggu. Saya berusaha mengenal lingkungan dan terlibat kegiatan di lingkungan St. Paulus, Sanyos. Saya menghadiri Ekaristi seadanya waktu dan kendaraan. Jadi kadang Ekaristi di Sanyos kadang di gereja Katedral. Sampai di gereja, saya langsung duduk manis, ekaristi, selesai, pulang. Begitu nyaman bagi saya, tidak perlu mempersiapkan segala sesuatu untuk ekaristi: petugasnya bagaimana, tata hias altarnya bagaimana,… atau mencari anak-anak PPA untuk tugas. Begitu nyaman.
Kenyamanan ini terusik saat saya pindah ke stasi. Ketika saya melihat seorang simbah yang semangat luar biasa. Beliau hampir selalu hadir dalam semua kegiatan lingkungan, seperti doa bersama, pendalaman iman, latihan koor, rosario dan kegiatan WKRI. Untuk mengikuti semua kegiatan itu, dalam keterbatasannya, simbah kadang jalan kaki, naik becak atau numpang teman yang punya mobil. Semangat simbah yang luar biasa ini membuat saya malu. Masa sih saya yang jauh lebih muda tidak mau terlibat dalam pelayanan Gereja. Mulailah saya mengenal gereja stasi dan terlibat dalam hidup menggereja. Tuhan memanggil saya lewat simbah yang luar biasa semangatnya. Begitu sederhana cara Tuhan memanggil saya.
Bapak/Ibu, Saudara-i Sahabat Yesus terkasih.
Bacaan hari ini mengajak kita mau meninggalkan “Zona Nyaman” untuk memperoleh keselamatan. Ketika Tuhan berfirman agar Abram pergi menuju tanah terjanji dan Abram akan memperoleh berkat yang melimpah, Abram langsung meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya: sanak saudara, rumah dan harta benda. Abram percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya. Abram begitu yakin dan percaya kepada Allah, karena Abram mengenal Allah. Relasinya dengan Allah sungguh dekat. Abram mau meninggalkan “Zona Nyaman”-nya, walaupun ia tidak tahu seperti apa tanah terjanji yang akan ditujunya, perjalanan dan rintangan apa yang akan dihadapinya dan berapa lama waktu yang akan ditempuh untuk mencapai tanah terjanji. Tetapi Abram tetap melakukan perjalanan menuju tanah terjanji karena Abram mau mendengarkan Tuhan.
Firman Tuhan terdengar dari dalam awan terang yang menaungi para murid saat Yesus dimuliakan di atas gunung “Inilah Putera kesayangan-Ku, kepada-Nyalah aku berkenan, dengarkanlah Dia”. Firman itu mengingatkan para murid bahwa sebagai pengikut Kristus mereka harus meninggalkan “Zona Nyaman” yang mereka rasakan saat melihat Yesus dimuliakan di atas gunung. Keadaan itu menjadi gambaran kemuliaan di masa depan bagi mereka yang setia dan taat mendengarkan Dia. Untuk mencapai kemuliaan itu para murid harus mengikuti jalan kasih yang menuntut pengorbanan. Itulah penderitaan dan salib yang dialami Yesus untuk menebus manusia serta membuka jalan bagi kemuliaan. “Dengarkanlah Dia” berarti mengikuti dan menjalankan apa yang diteladankan Yesus.
Bapak/Ibu, Saudara-i Sahabat Yesus terkasih.
Maukah kita mendengarkan dan memenuhi panggilan-Nya, lalu menempuh jalan penderitaan / pengorbanan untuk memperoleh keselamatan yang telah dijanjikan Tuhan bagi kita ? Maukah kita meninggalkan “Zona Nyaman“ ketika Tuhan memanggil kita untuk terlibat dalam pelayanan di dalam Gereja? Siapkah kita terlibat dalam pelayanan meski diremehkan, tidak dianggap dan tidak ada ucapan terima kasih ? Beranikah kita meninggalkan cara hidup lama yang nyaman bagi kita, namun tidak berkenan di hadapan Tuhan, lebih-lebih di masa Prapaskah ini sebagai wujud pertobatan kita?
Marilah berdoa: Allah Bapa yang Mahakasih, sungguh besar kasih setia-Mu bagi kami manusia. Engkau memanggil semua manusia untuk memperoleh keselamatan yang Engkau janjikan. Kami mohon mampukan kami untuk peka mendengarkan panggilan-Mu, yang kadang begitu halus dan lembut, melalui hal-hal sederhana yang ada di sekeliling kami. Bukalah hati kami untuk kembali ke jalan-Mu yang benar, meski penuh penderitaan dan penyangkalan diri. Mampukan kami untuk setia melaksanakan pelayanan kami yang kecil dan sederhana dengan kasih yang besar. Dan buatlah kelak kami layak dan pantas menghadap-Mu. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Berkah Dalem

Margaretha Tri Rahayu, Lingk St. Antonius Padua
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu