Sharing Iman Baptisan Bayi FELIX SURYA EKA SAPUTRA
“Anak mu mau ikut dibatiskan apa tidak Frans?” Kalimat ini saya ingat betul disampaikan oleh seorang prodiakon sekaligus katekis Stasi Santo Lukas Sokaraja yaitu Bapak Beny Santoso dan Bapak Stefanus Kris Tunggono kepada Frans dan Khofifah anak dan menantu saya. Pertanyaan tersebut disampaikan pada hari minggu, 8 Desember 2019, sesudah misa di teras depan gereja Santo Lukas Sokaraja.
Anak saya Frans tidak langsung menjawab ya atau tidak, tetapi malah melempar pertanyaan tersebut kepada saya sebagai kakek dari Felik cucu saya. “Ya ngono, Bapak kuwe, kepriwe?” kata Frans kepada saya. Dari sinilah proses berawal. Membaptiskan anak seharusnya menjadi tanggungjawab orangtua yang sudah diikrarkan saat menerima sakramen perkawinan. Maka saya sebagai kakeknya Felik dan orangtua Frans mencoba memberi tanggungjawab kepada Frans dan Ifah untuk mendaftarkan. Tetapi karena secara kedewasaan Frans itu masih sangat kurang maka tugas untuk mendaftarkan pun tidak segera dilaksanakan, hingga mendekati batas akhir masa pendaftaran.
Keinginan saya sebagai orangtua sebenarnya mendidik agar Frans bisa mandiri dan tidak selalu apa-apa harus orang tuanya. Tetapi karena deadline waktu sudah hampir habis dan Frans belum juga meminta dan mengisi formulir pendaftaran maka dengan inisiatif para katekis dan pengurus lingkungan (Bapak Beny, Stephanus dan Harso) justru yang datang dan menanyakan kemantapan Frans, untuk mau membabtiskan Felix (anaknya) apa tidak. Saya mengapresiasi dan sangat salut dengan beliau para Katekis dan Pengurus Lingkungan sampai mau jemput bola dan datang ke rumah untuk memastikan babtisan ini. Lalu mulailah Bapak Stefanus dan Pak Beny memberikan arahan serta katekese tetang tahapan baptisan bayi yang harus diikuti oleh orang tua yaitu :
- Pada hari Minggu, 22 Desember 2019, jam 09:00 wajib mengikuti rekoleksi dan ibadat triduum di Paroki Santo Yosep.
- Frans sebagai ayah sejak dini supaya membiasakan diri untuk berdoa bersama misalnya saat mau tidur dan bangun tidur, mengajak anaknya untuk pergi ke gereja pada hari minggu atau hari lain yang disamakan dengan hari raya atau minggu.
- Gladi kotor (Latihan) di Gereja Stasi
- Mengisi formulir pendaftaran baptisan bayi yang ditandatangani orangtua dan diketahui ketua lingkungan.
- Memilih Pak Beny sebagai wali baptisnya.
Sampailah pada tahapan yang harus dijalani yaitu mengikuti rekoleksi dan Ibadat Tridum. Saat itu malam hari sebelum rekoleksi, Frans main dan begadang sampai pagi di rumah temannya, dan baru pulang sampai rumah jam 03:30 pagi dinihari. Kebetulan malam itu dia membawa laptop saya dan membawa HP Istrinya karena HPnya error dan mau diperbaiki. HP nya mau diformat ulang tetapi secara tidak sengaja ternyata yang diformat malah hardisk laptop sehingga semua data hilang. Mungkin karena Frans merasa bersalah lalu berusaha untuk mengembalikan data itu bersama temannya hingga pagi, meski pada akhirnya tidak berhasil. Lalu Frans sampai rumah jam 03:30 langsung tidur. Sampai jam 09:00 yang harusnya mengikuti pembekalan babtisan bayi ternyata Frans tidak juga kelihatan dan berangkat.
Lalu saat saya mengikuti Ibadat Triduum dan pembekalan itu saya sampaikan kepada Pak Beny kalau untuk Baptisan Felix sementara ditunda saja karena Frans dan Khofifah tidak mengikuti tahapan ini. Lalu Pak Beny menyampaikan bahwa nanti sore Triduumnya dilaksanakan sendiri saja di rumah Pak Harso. Kemudian Pak Beny mulai menghubungi Frans melalui WA. Menanyakan kok tidak berangkat Frans? Kata Frans kerainan (kesiangan) bangunnya disebabkan seperti cerita tersebut di atas. Intinya Pak Beny menanyakan kepada Frans apakah jadi untuk membaptiskan Felix atau tidak. Lalu Frans menjawab dengan mantap “Jadi Pak”. Kemudian Pak Beny meminta kepada Frans agar Minggu sore nanti jam 18:00 mengikuti ibadat Triduum di Rumah Pak Harso. Kemudian Pak Beny menghubungi Ibu Ana Tatik untuk memimpin Ibadat Triduum tersebut.
Sebagai kakek Felix pastinya hati saya sangat galau dan tidak nyaman karena ketidakdewasaan Frans dalam menghadapi momen penting seperti ini. Menurut saya Frans masih perlu banyak bimbingan karena kondisinya yang masih sangat labil. Tibalah waktunya Minggu sore. Sudah tahu bahwa jam 18:00 harus mengikuti Ibadat Triduum. Eeeee…… pulangnya juga mepet jam 17:30 baru pulang dari belajar bekerja, lalu persiapannya pun sangat buru-buru sehingga Khofifah dan Felix berangkat dahulu sama saya dan kemudian Frans menyusul meski pada akhirnya Frans juga datang tepat waktu dan tidak terlambat. Secara lahiriah Frans dan Ifah pun mempersiapkan diri dengan beli baju putih dan bawah hitam. Perlu diketahui bahwa Frans menikah dengan dispensasi beda agama di gereja Stasi Santo Lukas Sokaraja karena Kofifah belum dibabtis. Tetapi syukur kepada Allah bahwa Khofifah sejak sebelum menikah sudah ada keinginan untuk masuk menjadi Katolik.
Dan sampailah akhirnya pada hari yang sudah diagendakan untuk pembaptisan Felix yaitu pada hari Rabu, 25 Desember 2019, jam 07:00 pagi, dalam perayaan Ekaresti Natal pagi yang dipimpin oleh Romo Valentinus Sumanto Pr.
Dalam baptisan Felix ini setidaknya saya memiliki beberapa catatan penting baik proses, maupun iman yang saya alami :
- Proses untuk pembaptisan Felix ini kalau saya gambarkan seperti jalan yang berkelok tajam, banyak kerikil serta jurang yang curam. Saya selaku kakek hanya dapat berdoa dan berusaha serta selalu memberikan teladan iman yang baik agar Frans mau untuk melakukan, melihat dan mengikuti jejak apa yang telah diteladankan oleh orang tuanya ini. Saya punya keyakinan kalaupun ini belum bisa dan mau untuk dilakukan sekarang, mungkin suatu saat ketika orang tuanya sudah tiada, dia akan sadar akan apa yang dulu dilakukan oleh orangtuanya ini. Dan kelak saya yakin diapun akan melakukan hal yang sama dalam hal iman dan perbuatannya.
- Saya sangat salut dan memberikan apresiasi yang setulusnya kepada para katekis Stasi dan Paroki yang tidak pernah kenal lelah dan menyerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi calon katekumen dan para orang tua bayi. Meski hampir gagal tetapi tetap mau untuk mencari jalan lain agar tetap terlaksana, meski harus mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran kembali. Demikian juga pengurus lingkungan ikut memberikan dukungan dan dorongan, serta langsung ikut turun tangan jemput bola untuk bertemu dengan yang bersangkutan. Di sini nampak adanya semangat berkorban, mau melayani dengan tulus dan sukacita. Dan pada akhirnya orang yang bersangkutan tumbuh semangatnya, merasa dilayani sehingga timbul rasa enggan dan sungkan apabila tidak melaksanakan tahapan yang sudah diagendakan.
- Saya yakin dan percaya bahwa Tuhan itu selalu akan memberikan yang indah pada waktunya. Meskipun tidak mudah untuk menerima dan menjalani semua ini. Manusiawi bagi saya kalau kadang saya sering merasa putus asa, nglokro, kecewa, masa bodoh, cuek, sak karepmu dan sebagainya. Tuhan tahu apa yang menjadi kebutuhan saya dan Dia akan memberikan yang terbaik bagi saya. Tuhan tidak akan memberikan apa yang menjadi keinginan saya, tetapi yang Tuhan berikan adalah kebutuhan saya.
Akhirnya saya haturkan banyak terimakasih kepada Romo Paroki, Tim Kerja Kerygma Paroki dan Stasi yang telah bekerja keras memberikan pelayanan dan pendampingan untuk baptisan cucu kami Felix. Tak lupa kami sekeluarga juga memohon maaf yang setulusnya atas ketidaktaatan anak kami dalam mengikuti tahapan baptisan bayi ini sehingga harus mengulang dan memberikan waktu ekstra untuk anak dan cucu kami.
Doa :
Syukur dan terima kasih ya Bapa, atas anugerah Baptis bayi untuk cucu kami Felix. Kini kami serahkan sepenuhnya iman cucu kami ini. Semoga dia menjadi anak yang baik, setia dalam iman, serta mau untuk mengamalkan dan melaksanakan segala pengajaran-Mu yang ia terima dari Kitab suci, Gereja Kudus, serta pengajaran dari para gembala kami. Semoga Orang tuanya juga Engkau bimbing dan berkati agar juga dapat menjadi orang tua yang baik dan dapat membimbing serta memberikan teladan tindakan yang baik untuk Felix, anak mereka. Doa yang jauh dari sempuna ini kami haturkan melalui perantaraan Putra-Mu terkasih Tuhan kami Yesus Kristus. Amin.
Data tambahan :
Ayah : Fransiskus Xaverius Sumitro Joyo Saputro
Ibu : Khofifah Nisrina
Anak : Felix Surya Eka Saputra
Kakek : Antonius Legiman
Nenek : Sisilia Sri Handayani
Wali Babtis : Beny Santoso Widiastowo
Penulis
Antonius Legiman – Lingk. St. Yoh-Paulus II
Kategori:KELUARGA, Kisah Inspiratif
Terima kasih sudah membagikan cerita ini pak Legiman.. Kisah nyata jadi asyik baca hingga akhir.. Tuhan memberkati kita untuk menjadi garam dan terang dunia.. Amin
SukaDisukai oleh 1 orang