Perjuangan ubah sampah plastik jadi ecobrick
Menjelang akhir tahun, Panitia Natal menjadikan ecobrick sebagai salah satu perlombaan dengan membuat dekorasi / hiasan Natal. Tentunya bahan-bahan yang digunakan adalah ecobrick.
Sejak menengok ke belakang, sejak September 2019 Paroki SanYos mengadakan lomba membuat ecobrick sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan. Itu sejalan dengan tema Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2019: “Mewartakan Kabar Gembira di tengah Krisis Ekologis”. Ecobrick itu akan digunakan untuk lomba-lomba berikutnya (lomba hiasan Natal dan lomba kreasi ecobrick).
Baca juga: Lomba Ecobricks Dan Dekor Natal 2019
Kami, umat lingkungan St Yakobus, juga ikut berpartisipasi. Awalnya kami mengalami kesulitan mendapatkan bahan ecobrick karena sebagian dari kami jarang mengonsumsi produk yang berkemasan plastik. Beberapa umat kemudian memilih membeli produk yang berkemasan plastik. Yang mencuci hanya pakai sabun bubuk saja, biar ada sampah plastik membeli pewangi, yang arisan suguhan biasa teh hangat atau minuman gelas kemasan, membeli minuman bubuk berperisai supaya dapat sampah plastiknya. Sebagian umat lainnya tidak terbiasa mengumpulkan kemasan plastik, tetapi membuangnya. Akhirnya banyak umat St. Yakobus berpartisipasi dan terkumpulah sejumlah 81 botol. Yang awalnya dirasa sulit, kemudian menjadi mudah.
Lalu pada lomba hiasan/dekorasi natal, sampai H-1 belum ada konsep membuat apa untuk partisipasi lomba tersebut. Karena menyadari bahan yang minimal. Tetapi umat tetap semangat dan memberi dukungan. Dengan bahan yang berkurang dari 81 ecobrick. Lho… kok bisa bahannya berkurang? Ya, botol-botol ecobrick lingkungan kami sudah berserakan dan tertukar dengan lingkungan lain, bahkan ada yang kepadatannya juga kurang. Tetapi karena semangat untuk berpartisipasi, ecobrick itu tetap kami gunakan. Akhirnya kami lega karena dapat berpartisipasi dan berhasil menyelesaikan hiasan Natal tersebut.
Jadi pemenang karena terlibat
Berlanjut dengan lomba ketiga, yakni kreasi ecobrick. Kondisinya sama dengan pembuatan gua. Karena bahan yang kami punya sudah berkurang dan pembuatan kreasi butuh bahan yang padat, kami sempat patah semangat dan hendak diputuskan tidak berpartisipasi saja. Tetapi beberapa umat menghendaki ikut berpartisipasi dengan dukungan Pak Rompas ketua lingkungan kami. Beberapa ide muncul, akhirnya diputuskan membuat meja dan kursi. Tetapi kendala yang ada mesti kami atasi. Jumlah ecobrick mesti ditambah dan kepadatan botol yang kurang mesti dipadatkan kembali. Mulailah pada hari Sabtu (18/01) kami bergotong royong menyiapkan kreasi ecobrick di rumah Bu Sandra.
Saat mengerjakan kreasi ecobrick di rumah Bu Sandra, kami sempat kekurangan bahan. Puji Tuhan, tetangga-tetangga Bu Sandra yang non-katolik memberikan beberapa kantong sampah plastik. Tetapi itupun masih kurang. Ada umat yang menanyakan apakah masih perlu botol kosong. Kami jawab, “Perlu”. Tetapi sempat bertanya dalam hati, “Lha, isinya dari mana?” Tiba-tiba ada umat lain yang menanyakan apakah perlu plastik isian? Wow, Tuhan gerakkan hati umat Lingkungan St. Yakobus. Dan Puji Tuhan akhirnya terkumpul 104 botol ecobrick yang dirangkai menjadi perabot ruang tamu berbahan ecobrick. Syukur, kami dapat berpartisipasi dalam lomba kreasi ecobrick, sebagai salah satu peserta dari 7 peserta.
Kami menjadi PEMENANG bukan karena juara 1, 2 atau 3, tetapj karena kami telah berani mengambil keputusan untuk ikut berpartisipasi. Seperti yang disampaikan Romo Manto dalam sambutan Natal Bersama, semua menjadi pemenang karena keterlibatan dalam setiap lomba. Kami dapat mengalahkan diri sendiri yang sempat kurang semangat karena banyak kendala teknis maupun kesibukan masing-masing.
Tanggapan umat
Berikut komentar beberapa umat dalam rangkaian pembuatan ecobrick.
Ibu Anastasia:
Menurut saya, ini beraaaat…. Butuh ketelatenan dan kesabaran karena plastik yang kadang sudah terkumpul banyak, ternyata masing kurang untuk jadi 1 ecobrick. Walaupun berat, kami tetap laksanakan dengan senang hati apalagi kalau melihat hasil ecobriks ini memang bermanfaat karena dapat mengurangi sampah plastik (yang merusak lingkungan).
Ibu Sandra:
Selain ngumpulin sampah sendiri, juga dikasih tetangga sebelah rumah saya. Beliau malah ikut bantu motongin dan sampai sekarang semakin semangat nawari untuk bantu motongin plastik lagi. Menurut dia, habis ini rencananya mau bikin taman kecil di depan rumah dengan memakai ecobrick. Selain tetangga sebelah rumah, pada saat rumah ketempatan pembuatan ecobrik Eyang depan rumah (ibu H. Samingin) melihat kebersamaan lingkungan Yakobus. Eyang datang ke rumah membawa sampah plastik dan ikut duduk melihat pembuatan Ecobrik. Di saat Ci Maylani sedang menjahit bahan untuk penutup kursi, Eyang juga nawari mesin jahitnya kalau masih butuh mesin jahit lagi.
Ibu Rita:
Memang butuh kerja sama yang baik untuk bisa menghasilkan sesuatu. Cuma guntingin plastik aja bikin tangan pegel, ibu jari bengkak. Apalagi saat harus memasukkan potongan plastik itu sendiri ke dalam botol, karena harus menekannya sampai padat. Lalu masih harus memikirkan mau dibikin apa ecobrick itu…
Kerja sendiri pasti bikin tensi tinggi, tetapi karena dikerjakan bersama sambil bercanda, semuanya jad sukacita ..
Ada ci Mey yang jago jahit menjahit… Ada mas Wahyu dan pak Kaling yang eksekusi … Ada Bu Sandra bagian masuk-masukin… Dibantu mba Ety yang mau berpartisipasi bantuin kita kasih sampah dan gunting-gunting …
Terimakasih warga Yakobus yang sudah bersusah payah setor ecobricks. Keluarga pak Pur ecobricknya berat dan padat… Sayang ecobrick itu tertukar (saat dikumpulkan di paroki). Juga keluarga yang lain… semangaat kakak 💪💪💪
Eh juga mba Anas …yang bagi waktu karena ada acara di Hening Griya tetapi merasa bertanggung jawab juga di lingkungan …maturnuwun 🙏
Maylani:
Ini cerita saya seputar semangat ngumpulin sampah buat eckbrick. Sebelum mudik, saya sempat kumpulin sampah plastik di rumah. Sebagian sampah plastik itu saya bawa mudik ke kota asal saya untuk bikin ecobrick di sana. Sekembalinya ke Purwokerto, lho sampah yang di rumah dibuang suami ke tempat sampah. Beruntung belum diambil bapak tukang sampah. Waktu mengambilnya, duh merasakan jadi pemulung….
Saat ikut lomba ecobrick kedua, rasanya sudah putus asa karena menjelang hari H, belum ada pembicaraan di lingkungan…. Tetapi karena ada semangat berpartisipasi, lomba hiasan Natal bisa dilewati, meski minim ecobrick. Jumlah yang disetor (saat lomba pertama) dan akan digunakan untuk lomba kedua sudah berkurang banyak., malah dapat ganti yang masih kurang padat. Akhirnya, bisa jadi gua/kandang natal….
Lalu lomba ketiga (kreasi ecobrick), rasa-rasanya sudah tidak mungkin ikut. Ecobricknya minim dan yang adapun kurang padat. Tetapi menjelang hari penilaian, malah semangat… dengan kata kuncinya: “partisipasi”. Dengan kerja sama memotong sampah plastik dan memadatkan ecobrick yang yang kurang padat. Saya merasakan perjuangan teman-teman membuat kreasi sampai jam 00.00 (dah ganti hari ya). Saya bagian menjahit…. Pikir saya tugas sudah selesai dan kembali ke pekerjaan rumah… Lha pas hari minggu (19/01) ada pesan WA dari pak Kaling : “bisa buat tutup kursi 2 lagi ?” Duh, apa bisa kebut ya? Saya segera ke rumah bu Sandra dan .. trengteng… jadi! Bukan hanya 2 malah 3 penutup kursi…. Puji Tuhan, kreasi selesai sebelum penjurian dimulai.
Masih banyak komentar lain yang belum sempat diungkapkan dalam tulisan ini. Secara garis besar, ada kesulitan kumpulkan bahan, tetapi muncul ide mengumpulkan sampah plastik dari tetangga lingkungan sekitar rumah. Juga tetap ada semangat untuk terlibat atau berpartisipasi sebagai bagian dari umat paroki SanYos. Akhirnya semua bisa teratasi.
Ada informasi bahwa Bu Sandra sudah diminta untuk mengajari ecobrick di lingkungan perumahan beliau karena beberapa tetangga melihat sampah plastik yang dikelola bisa berguna. Misal membuat taman, meja, kursi dll.
Terimakasih kepada Umat Lingkungan St. Yakobus, yang semangat berpartisipasi sejak pengumpulan bahan untuk ecobrick sampai menyediakan konsumsi (yang dikelola sebagai tenaga). Juga kesediaan memberi tempat untuk mengerjakan ecobrick.
Itulah perjuangan kami, umat lingkungan St. Yakobus untuk menjadi PEMENANG. Dan yang kadang tidak kami sadari bahwa TUHAN TURUT BEKERJA. Semoga sharing kami berguna bagi yang membaca. Terima kasih. Tuhan memberkati.
Penulis,

Lucia T. Maylani
Kategori:DINAMIKA, Dinamika Staling
Setuju… Ikut berdinamika dalam bersukacita di tiap kegiatan paroki yg tujuanya pasti untuk perkembangan iman kita sudah bagus.. Salut meski berceceran namun tidak banyak mengeluh.. Malah bikin lagi dengan semangat baru.. Selamat dan terima kasih saudaraku
SukaDisukai oleh 1 orang