Hari Minggu Biasa II, Hari kedua Pekan Doa Sedunia (19 Januari 2020)
Yes. 49:3,5-6; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10; 1Kor. 1:1-3; Yoh. 1:29-34.
DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO
“Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian Ia inilah Anak Allah.” (Yoh 1:34)
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.
Dalam bacaan Injil hari ini kita diajak merenungkan tentang sikap dan keberanian Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Yesus Kristus. Yohanes menyatakan di hadapan orang banyak di sungai Yordan saat Yesus datang kepadanya (ayat 29) “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Yohanes pun bersaksi telah melihat roh yang turun dari langit dan tinggal di atas-Nya (ayat 32). Dan kesaksian berikutnya (ayat 34) Yohanes menyatakan tentang Yesus “Ia inilah Anak Allah.”
Di situasi jaman sekarang ini, kita yang telah dibaptis dan menerima anugerah Roh Kudus, beranikah bersikap seperti Yohanes Pembaptis?
Bapak/Ibu, Saudara/i Sahabat Yesus terkasih.
Ada sebuah kisah menarik dari seorang sahabat. Anak temannya yang bersekolah di SMP mengalami perlakuan yang tidak baik di sekolahnya. Saat itu Aliktab yang sedang dia bawa direbut teman-temannya kemudian dijadikan mainan lempar-lemparan seperti sebuah bola. Anak itu diam saja memandanginya. Hingga beberapa saat salah satu di antara mereka menyerahkan kembali Alkitab itu sambil minta maaf dengan sikap meledek. Anak ini memaafkan dan tidak marah, dia mengatakan “Ini hanyalah sebuah buku, yang penting isinya yang sudah ada di hatiku.” Jawaban ini membuat temannya yang meledek tertegun. Dia sungguh tidak menyangka dengan sikap temannya ini. Dia sangat menyesal dan menceritakan kejadian ini kepada gurunya. Sang guru pun kaget dan segera menemui murid kristiani tersebut untuk memintakan maaf atas perlakuan teman-temannya. Dalam kesaksiannya di hadapan orang tua murid anak kristiani yang diundang ke sekolah, guru ini menyatakan kagum dengan sikap muridnya yang tidak marah-marah dan dengan berani pula menyampaikan keyakinannya dengan cara yang terpuji.
Bagi saya anak SMP ini telah memiliki sikap seperti Yohanes Pembaptis yang berani bersaksi tentang imannya di jaman modern ini. Anak ini tidak takut, karena dia memiliki iman yang mewujud dalam kerendahan hati yang mau memaafkan teman-temannya. Semakin ada kerendahan hati dalam diri kita, semakin menyadari pula bahwa kita hanyalah jalan bagi karya Sang Pencipta. Semakin menyadari bahwa kita adalah jalan-Nya semakin berpasrah pula hidup kita. Dan dalam kepasrahan yang total ini segala ketakutan akan hilang dengan sendirinya.
Dengan bersikap sabar, tidak marah-marah kepada temannya, anak ini juga telah menunjukkan cara bersaksi tentang Tuhan Yesus yang efektif. Di saat sekarang ini satu perbuatan baik lebih memiliki makna dan tempat di hati orang-orang daripada banyak kata-kata.
Seringkali ketakutan sebagai minoritas dan takut untuk “berbeda” walaupun itu benar, menjadi penghalang kita untuk bersaksi sebagai murid-murid Kristus. Semoga kita yang telah menerima rahmat pembaptisan, dikuduskan dalam Kristus Yesus dan terus dipanggil menjadi orang-orang kudus, berani bersaksi akan Kristus dalam perbuatan nyata. Kita hadirkan kasih dan damai sejahtera di dunia.
Berkah Dalem.
Benny Santoso
Lingk. Yoh-Paulus II Sokaraja
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu