RENUNGAN

Sudah Layakkah Aku Disebut Anak Allah?

Pesta Pembaptisan Tuhan (12 Januari 2020)

Yes. 42:1-4,6-7; Mzm. 29:1a,2,3ac-4,3b,9b-10; Kis. 10:34-38; Mat. 3:13-17.

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:17)

Bapa/Ibu , Saudara/i sahabat Yesus terkasih.

Baptis-2Pada hari Minggu yang lalu kita menyambut penampakan Tuhan di dunia ini dalam wujud manusia seperti kita. Hari Minggu ini kita merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Tentu sebagian dari kita bertanya-tanya mengapa Yesus kok harus dibaptis? Padahal Dia sendiri adalah Tuhan, dan yang membaptis Yesus pun adalah seorang manusia biasa, yaitu Yohanes. Semua itu boleh terjadi tentu bukan tanpa maksud dan tujuan. Allah Bapa di surga yang begitu mengasihi kita, ingin mengungkapkan kasih-Nya yang begitu besar kepada kita semua dengan cara yang sungguh bisa diterima oleh akal pikiran manusia. Tuhan membiarkan diri-Nya dibaptis sebagaimana orang-orang lain juga dibaptis di sungai Yordan. Dengan demikian Ia menunjukkan bahwa Ia sungguh rela menerima segala kondisi dan konsekuensi menjadi manusia seutuhnya dan menjadi sama dengan kita. Tuhan Yesus yang lahir di Betlehem dan kemudian dibaptis di sungai Yordan; itu adalah bentuk pengakuan diri sebagai manusia yang lemah, namun juga sekaligus menerima pengakuan sebagai Putera Allah. Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:17)

Sebagai manusia biasa, selanjutnya Tuhan Yesus akan memberitahukan sekaligus memberi contoh kepada kita semua bagaimana caranya hidup taat dan setia kepada Bapa, serta bagaimana menjalani hidup dengan benar selaras dengan kehendak Bapa di surga.

Bapa/Ibu , Saudara/i sahabat Yesus terkasih.

Ketika dibaptis, baik baptis bayi maupun baptis dewasa tentu kita tidak sekedar disiram air di dahi kita, tetapi ada sesuatu yang besar di balik proses pembaptisan tersebut. Peristiwa pembaptisan di dalam gereja katolik dikenal sebagai sakramen baptis. Kata sakramen berasal dari bahasa Latin “sacramentum”, yang artinya yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Menerima sakramen baptis berarti kita menerima dan menyatakan bahwa yang kudus, yaitu Tuhan sendiri hadir dalam hidup kita, dan itu menjadi tanda serta sarana keselamatan dalam hidup kita. Dengan dibaptis, martabat kita diangkat karena kita sudah dimeteraikan menjadi anak-anak Allah.

Di dalam perayaan Pesta Pembaptisan Tuhan, Gereja kembali mengingatkan akan keluhuran martabat kita sebagai putera-puteri Allah, untuk bertobat dan meninggalkan segala yang tidak selaras dengan kehednak Allah, dan memenuhi diri kita dengan segala hal yang menyenangkan hati Allah. Kita mungkin sudah dibaptis secara katolik, namun banyak dari kita yang kurang mengimani arti pembaptisan baginya. Kurang memahami bahwa dengan menerima sakramen baptis berarti menerima bahwa Tuhan hadir dalam setiap sisi kehidupan kita. Ingat, bahwa dengan menerima sakramen baptis kita sudah dimeteraikan menjadi putera-puteri Allah. Allah selaku Bapa kita juga tentu akan terus mendampingi, membimbing dan menyertai kita.

Namun demikian, masih banyak dari kita seringkali tidak menghiraukan bahwa Tuhan ada bersama-sama dengan kita; sehingga tanpa rasa takut, atau setidaknya rasa malu, dengan entengnya melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Misalnya, menghakimi sesama, melecehkan dan tidak menghargai orang lain; korupsi, mencuri, menipu; berlaku sombong, egois, mudah marah, mudah mutung dan masih banyak lagi daftar panjang perbuatan dosa yang sering kita lakukan yang notabene sudah menerima sakramen baptis.

Bapa/Ibu, Saudara/i sahabat Yesus terkasih.

Dengan merayakan pesta Pembaptisan Tuhan ini kita semua diundang untuk merenungkan kembali “apa sebenarnya arti baptis bagiku?” Apakah hidupku sebagai orang yang sudah dibaptis dijiwai, dibimbing dan diresapi oleh semangat Yesus? Apakah perilaku hidupku sudah mencerminkan kehadiran Tuhan dalam diriku? Apakah pekerjaanku, apapun bentuk atau macamnya, merupakan penghayatan tugas kenabianku sebagai orang yang sudah dibaptis? Di dalam keluarga, di tempat kerja, di lingkungan Gereja ataupun di tengah masyarakat, hal konkret apakah yang dapat kulakukan sekarang ini?

Semoga Pesta Pembaptisan Tuhan ini bisa kita rayakan sebagai sarana agar kita selalu ingat akan pembaptisan kita. Membuat kita semakin sadar untuk setia melaksanakan janji-janji baptis yang telah kita ucapkan, baik secara perorangan ataupun diwakili oleh orang tua kita. Semoga rahmat yang telah kita terima dalam sakramen baptis menolong dan meneguhkan kita untuk bisa menjadi terang bagi sesama. Amin.

Berkah Dalem.

Benedictus Widiyanto

Lingk. St. Stefanus

Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu

Tagged as:

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.