RENUNGAN

Aku Bangkit Bersama Yesus

Hari Minggu Biasa XXXII  (10 Nopember 2019)

2 Mak. 7:1-2,9-14; Mzm. 17:1,5-6,8b,15; 2Tes. 2:16 – 3:5; Luk. 20:27-38 (Luk. 20:27.34-38).

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” (Luk 20:38)

Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih.

Memasuki bulan November, hujan deras menguyur kota Purwokerto. Setelah beberapa hari sebelumnya cuaca panas menyengat dan sudah berbulan-bulan tidak turun hujan, hujan menjadi sebuah kerinduan bagi banyak orang. Bukan hanya para petani atau orang-orang di daerah Sumpiuh dan daerah lain yang dilanda kekeringan, rasanya hampir semua orang di kota ini sudah sangat merindukan turunnya hujan. Dan ini nampak terlihat ketika pada hari Jumat 1 November 2019 kota Purwokerto diguyur hujan deras dari menjelang siang hingga malam hari. Bukan hanya dalam perbincangan tetapi juga di status medsos kebanyakan berisi tentang hal itu. “Alhamdulilah hujan…..“, atau “Tik-tik bunyi hujan diatas genting…miss u…,” dan ada yang hanya memasang emoticon serta masih banyak lagi status untuk mengekpresikannya. Mayoritas bersyukur karena sudah diberi hujan. Sekian lama mereka memendam kerinduan, meskipun tidak tahu pasti kapan datangnya hujan karena akhir-akhir ini cuaca sulit diprediksikan. Meski demikian, mereka percaya bahwa hujan pasti akan turun.

Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih.

Kebangkitan-2Injil hari ini mengajak kita untuk merenungkan kebangkitan. Dan setiap pengikut Kristus memendam kerinduan akan kebangkitan ini. Berawal dari beberapa orang Saduki yang bertanya kepada Yesus pada waktu Dia ada di Bait Allah. Dengan menggunakan perintah Musa sebagai kedok, mereka bertanya tentang siapa yang menjadi suami seorang perempuan setelah bangkit nanti? Yang mana dalam hidupnya perempuan ini sudah bersuamikan tujuh kali. Orang-orang Saduki yang tidak percaya adanya kebangkitan ingin menjebak Yesus dengan pertanyaan ini. Mungkin menurut mereka kalau kebangkitan itu benar-benar ada betapa ruwetnya nanti di sana karena perempuan ini bakal bertemu dengan ketujuh mantan suaminya pada waktu di dunia secara bersamaan. Itu baru satu perempuan, bagaimana dengan masih banyak perempuan yang lain yang mengalami kasus yang serupa. Dengan demikian orang-orang Saduki ini mempunyai alasan yang logis bahwa kehidupan setelah kematian di dunia ini atau kebangkitan itu tidak ada.

Tetapi apa jawab Yesus, kawin dan dikawinkan itu urusan di dunia, setelah dibangkitkan orang akan hidup selamanya seperti malaikat dan menjadi anak-anak Allah. Gambarannya setelah kebangkitan itu yang ada hanyalah kebahagiaan dan keabadian. Dan Yesus menegaskan (Luk 20:38) “Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”

Seringkali kita seperti orang-orang Saduki yang hanya hidup untuk dunia ini. Selagi masih ada waktu, kenikmatan di dunia ini harus dinikmati sepuas-puasnya. Mumpung masih muda, mumpung masih sehat, mumpung masih punya dan serba menggunakan aji mumpung serta tidak berfikir untuk jangka panjangnya. Bahwa nanti kita akan tua perlu disiapkan segalanya selagi muda untuk bisa menikmati masa tua dengan bahagia dan bukan menghabiskan masa muda dengan bersenang-senang saja. Bahwa kita tidak selamanya sehat, jadi pada waktu sehat harus dijaga dan disyukuri dengan berbuat yang bermanfaat. Bahwa hidup di dunia ini kita tidak sendiri, masih banyak yang tidak seberuntung kita, jadi ketika kita ada harta, kita bisa gunakan juga untuk membantu sesama yang membutuhkan. Dengan demikian hidup kita di dunia ini menjadi sarana untuk mencapai kebahagiaan yang abadi pada saat kebangkitan nanti.

Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih.

Jauh di atas kerinduan akan turunnya hujan, kita semua merindukan kebangkitan bersama Kristus. Ini menjadi alasan utama mengapa kita menjadi pengikut-Nya. Kebangkitan tidak serta merta dimaknai akan datang hanya pada akhir zaman, namun kita juga harus berani masuk ke dalam kebangkitan hidup sehari-hari kita. Bangkit dari kemalasan, bangkit dari keputus-asaan, bangkit dari rasa emosional, bangkit dari kesombongan. Juga bangkit dari semua cara hidup yang jauh dari kasih Tuhan. Tidak perlu membuat status “aku yang telah bangkit” di medsos, tetapi dengan bukti cara hidupku yang telah baru.

Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus akan menguatkan hati kita untuk kebangkitan hidup kita, sehingga kita dimampukan untuk melakukan pekerjaan dan perkataan yang baik. Amin.

Berkah Dalem

Benny Santoso

Lingk. St. Yohanes Paulus II

Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu

Tagged as: ,

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.