Panitia Hari Besar Gereja (PHBG) 2019 stasi St. Lukas Sokaraja dalam rangka menyongsong pesta nama pelindung gereja St. Lukas (18 Oktober) menggelar seminar Keluarga dengan tema “Membangun Keluarga Katolik Sejati”.
Seminar dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Oktober 2019 di aula stasi dan diikuti sekitar 100 peserta. Hadir sebagai pembicara tunggal, Romo Niko Ola Paukuma OMI (pastor paroki St. Maria Imacullata Banyumas) dan dipandu oleh Marcellinus Beny Santoso, ketua lingkungan St. Yohanes Paulus II stasi Sokaraja. Acara dimulai pk. 17.30 WIB dengan doa rosario dilanjutkan makan bersama.
Panggilan hidup berkeluarga
Pukul 19.00 acara seminar dibuka oleh Bpk. Pomo selaku ketua stasi, kemudian waktu diberikan sepenuhnya kepada Romo Niko. Dalam paparannya Romo Niko menyampaikan panggilan hidup berkeluarga adalah panggilan hidup yang mulia, sama seperti panggilan untuk hidup membiara. “Kalau selama ini ada yang beranggapan bahwa panggilan hidup membiara itu lebih istimewa itu tidak benar, ” katanya. Romo Niko menjelaskan Allah sendiri yang terlibat dalam panggilan berkeluarga, sejak semula Allah yang memilihkan istri untuk manusia pertama, Adam (Kej. 2:21-23). Gereja mengangkat panggilan hidup berkeluarga ini menjadi sakramen, tanda dan sarana keselamatan dari Allah bagi manusia. Tanda ini dinyatakan dalam wujud kasih dan kesetiaan dalam keluarga.
Tuhan memanggil pasangan suami-istri ini untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam penciptaan manusia baru (Kej. 1:26-28). Seluruh hidup mereka ada dalam kebersamaan, saling berupaya untuk membahagiakan atau mensejahterakan. Melalui perkawinan ini diharapkan ada kelahiran anak berikut kelangsungan pendidikannya (tujuan perkawinan kanonis). “Ini adalah gambaran keluarga yang ideal, ” jelasnya.
Romo Niko menambahkan, “Dalam kehidupan keluarga yang riil, banyak perkawinan yang kandas, retak, pecah bahkan hancur. Dengan berbagai dalih dan alasan pasangan mengakhiri perkawinan mereka seperti karena perselingkuhan, KDRT, kesulitan ekonomi dan lain-lain.” Bahkan Romo Niko memberikan contoh, ada pasangan yang hampir berpisah hanya karena masalah komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. “Di sinilah gereja harus hadir dengan membawa spirit atatu semangat gembala yang merangkul, mencari yang hilang, mengobati yang terluka dan membawa pulang yang sesat, ” tegasnya.
Selesai pemaparan dari Romo Niko acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Karena keterbatasan waktu, hanya empat penanya yang bisa mendapatkan penjelasan secara langsung. Namun demikian Romo Niko menambahkan, rumahnya (pastoran) selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin sekedar bertanya atau konseling.
Menjelang pukul 21.00 WIB acara seminar berakhir. Peserta pulang dengan membawa spirit yang telah dibarui dan siap diwujudkan dalam keluarga masing-masing. Walaupun masih ada kekurangan dalam penyelenggaraan seminar ini, pak Herman selaku ketua panitia merasa cukup puas karena seminarnya yang “hidup” dan peserta tidak ada yang keluar atau pulang sebelum acara selesai. “Semoga ini bisa menjadi acara yang rutin dan ke depan bisa terlaksana lebih baik lagi, ” imbuhnya.
Pesta nama
Puncak pesta nama atau perayaan santo pelindung stasi sendiri akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019 dalam perayaan misa, yang akan dimulai pk. 17.30 wib. Setelah misa acara dilanjutkan dengan ramah-tamah bertempat di aula dengan hiburan unjuk kreasi dari lingkungan dan kategorial yang ada di stasi Sokaraja.
Selamat merayakan pesta nama pelindung stasi. Dan perlu diingat masih ada PR (pekerjaan rumah) untuk mencari dan menggali sejarah gereja kita tercinta ini. Salah satunya, perlu kepastian tanggal lahir stasi agar dapat dirayakan secara istimewa oleh seluruh umat Stasi St. Lukas Sokaraja.
Penulis,

Marcelinus Beny Santoso
Kategori:DINAMIKA, Dinamika Staling, Uncategorized