Hari Minggu, 4 Agustus 2019 pukul 18.00 merupakan Perayaan Ekaristi Perdana Imam Baru, R.D. Fikalis Rendy Aktor di Gereja Katolik Santa Perawan Maria Purworejo.

Panti Imam Gereja St. Perawan Maria Purworejo
Putra pertama dari 2 bersaudara, kelahiran Bekasi, 23 Oktober 1991 yang kedua orangtuanya tinggal di Donorati Purworejo ini telah menyelesaikan Masa Diakonat. Kemudian bersama dua temannya, Romo Markus Juhas Irawan, Pr dan Romo Carolus Andi Kurniawan, Pr ditahbiskan pada tanggal 31 Juli 2019 oleh Mgr. Christophorus Tri Harsono, Uskup Keuskupan Purwokerto di gereja Hati Kudus Yesus Tegal.
Mengenal sosok Romo Rendy
Keluarga kami mengenal sosok Romo Rendy, waktu masih menjalani Masa Diakonat di Pastoral Mahasiswa Keuskupan Purwokerto saat menjadi seorang Frater. Kebetulan Fr Rendy sering bersama anak-anak OMK Voltus latihan koor dan menjadi organis saat OMK bertugas. Kepandaiannya dalam memainkan alat musik tak bisa dipungkiri. Tuhan menganugerahkan talenta musik kepadanya.
Saya sangat kagum dengan keahliannya dalam bermain musik, hehe, karena saya juga suka musik. Bahkan secara tidak langsung saya pun belajar dari Frater Rendy dengan mendengar alunan musiknya saat membantu OMK mengiringi koor. Talenta Tuhan yang luar biasa ini makin berkembang, sehingga banyak lagu hasil ciptaannya. Di antaranya dipersembahkan untuk kedua orangtuanya dan dinyanyikan Romo Rendy saat homili dalam misa perdananya. Itulah persembahan syukur dan kasih Romo Rendy terhadap kedua orangtua yang telah membimbing dan mendukungnya untuk memenuhi panggilan Tuhan, juga mempersembahkan putra pertama mereka dengan merelakan mengenyam pendidikan di seminari untuk bekerja di ladang Tuhan.
Kerinduan seorang Fikalis Rendy Aktor
Bagi Romo Rendy, panggilan Tuhan itu seperti memelihara rindu. Meremehkannya sama saja dengan kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup. Panggilan imamatnya dilalui dengan cara yang begitu unik. Diawali dengan doa kedua orangtuanya di gua Maria Sendang Sono yang ingin mempersembahkan salah satu anak mereka kepada Tuhan, bila mereka berdua dipersatukan Tuhan menjadi suami istri.
Beberapa waktu kemudian, seorang bocah kecil, Rendy yang masih SD kelas IV mengikuti Misa Perdana Romo Antonius Tukiran, MSC. Dan saat komuni, dia merasa kecewa karena tidak kebagian Hosti Kudus, alias sudah habis. Kemudian dia lari pulang dan mengunci diri di dalam kamar sambil berujar : “Gusti! Sesuk aku sing bakal nang altar mberkati Hosti! Ora mung nampa Hosti! ( Tuhan! Besuk aku yang akan berada di altar untuk memberkati Hosti! Tidak hanya menerima Hosti! ). Gerutunya ini menjadi sebuah kerinduan untuk menjadi imam. Kerinduan lain yang dialaminya saat masuk asrama SMP Bruderan, melakukan kesalahan di sekolah sehingga orangtuanya dipanggil. Namun ayahnya menyikapi dengan sabar dan tidak marah. Sikap pengampunan dan kehangatan ayahnya inilah yang memancingnya membuat motto hidup : “Jangan bosan hidup, karena hidup bukan untuk mati membosankan!”
Maka mulailah ia menyukai ibadat pagi dan sore di asrama.
Setelah lulus SMP, ia mencoba mengikuti tes di seminari karena disodori formulir pendaftaran oleh temannya. Dan saat mengikuti tes akademik, terlambat masuk. Saat tes wawancara, asal jawab, karena tidak bisa.
“Saya pengin jadi orang baik kayak romo-romo. Itu saja.” Kepolosan jawaban inilah yang mungkin menjadikannya diterima di seminari. Kerinduan yang sederhana.
Saat menjalani pendidikan di Seminari menengah Mertoyudan, berbagai kisah pengalaman membahagiakan, indah, mengesankan, penuh tantangan dan momen krisis, dilaluinya. Namun sapaan, teguran, keteladanan hidup, dukungan, kehadiran dari rekan-rekan angkatan, warga komunitas seminari, para romo, suster, bruder dan umat, menjadi jawaban atas pertanyaan dalam doanya : Tuhan, apa yang Kau kehendaki dalam hidupku?

Homili Romo Rendy dalam misa perdana di paroki Purworejo (040819)
Fikalis Rendy meyakini bahwa sangat besarlah kekuatan doa-doa yang dipersembahkan kepada Allah. Yang diyakini sampai saat ini : ketika aku berdoa untuk orang-orang yang aku doakan, itu sama dengan aku sedang mengirimkan satu malaikat penjaga untuk orang yang aku doakan. Indahnya saling mendoakan.
Ia pun belajar hidup dituntun oleh Roh Kudus untuk mengenal, mencintai, dan menyertai Yesus Kristus. Hidup untuk mengenal, mencintai dan melayani Gereja kudus-Nya, khususnya Keuskupan Purwokerto. Panggilan imam bukanlah tujuan akhirnya, melainkan sarana untuk terus mengantar dan memelihara jiwa-jiwa yang rindu kembali pada-Nya.
Perayaan Ekaristi Perdana Romo Rendy

Misa Perdana Purworejo (040819)
Pukul 14.00 tepat kami meluncur ke Purworejo untuk menghadiri undangan misa perdana Romo Rendy. Rencana semula berangkat bersama anak-anak OMK Voltus, tetapi karena kepentingan mendadak, mereka tidak bisa berangkat. Sempat mengalami kemacetan di jalan, tetapi Tuhan sungguh membimbing perjalanan kami, karena saat di pom bensin, sekilas kami melihat mobil rombongan Romo Kristiadi. Kami pun cepat-cepat mengikuti mobil Romo Kristiadi, sehingga tidak kebingungan mencari alamat gereja. Karena memang baru pertama kali ini ke Gereja Katolik Santa Perawan Maria Purworejo.
Syukur pada Tuhan, kami dipertemukan rombongan Romo Kristiadi.

Gereja St. Perawan Maria Purworejo
Pukul 17.30 kami sampai di gereja Katolik Santa Perawan Maria Purworejo. Sudah banyak umat memenuhi tempat duduk di dalam gereja. Kami bertemu banyak teman dari paroki Katedral, juga beberapa dari paroki Santo Yosep Purwokerto. Di antaranya: Ci Lily sebagai fotografer, mbak Caecilia Meyda, Justin putranya ( naik kereta api menuju lokasi, karena perkiraan mobil kami penuh dengan anak-anak OMK yang semula rencana berangkat ) dan Edo yang berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Juga bertemu dengan Frater Yoyok. Kami berdua dengan perwakilan dari OMK duduk sebangku.
Perayaan Ekaristi yang dimulai pukul 18.00 WIB, dihadiri oleh beberapa romo, suster, frater dan umat yang memenuhi Gereja Katolik Santa Perawan Maria Purworejo.
Iringan musik gamelan dan koor dari ibu-ibu stasi Donorati Paroki Santa Perawan Maria Purworejo, menambah suasana misa menjadi khusuk namun meriah. Dan petugas liturgi yang lain juga bagus, meski lektor dan pemazmur sudah sepuh-sepuh tetapi saat membaca Kitab Suci dan menyanyikan Mazmur, wow… sangat memukau. Begitu juga saat Romo Rendy membawakan homili (tentang kerinduannya) yang diselingi dengan mempersembahkan sebuah lagu untuk kedua orangtuanya, sungguh mengharukan.
“Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat”
Kutipan dari 1Petrus 5:6 inilah yang menjadi refleksi dan motto hidup imamat yang dihayati oleh Romo Rendy. Bagi Romo Rendy, menerima rahmat tahbisan, tidak lalu menjadikan superior, ingin dihormati, atau berkuasa terhadap siapapun. Dipilih bukan karena yang terbaik melainkan karena merasa lemah dan memiliki banyak kekurangan. Maka berkat tahbisan justru membuat semakin berani untuk hadir sebagai pelayan. Hanya dengan merendahkan diri di bawah tangan Tuhan, seorang pelayan mendapatkan kekuatan dari-Nya untuk terus bertumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu.

Ketiga Imam baru menyanyikan lagu ciptaan Rm Rendy (040819)
Salah satu syair lagu ciptaan Romo Rendy :
JIKA AKU LEMAH
Kidung syukur kunyanyikan di awal hariku.
Nyala api panggilan yang luluhkan mimpiku slalu.
Dengung sabda-Mu ya Tuhan, trus tuntun langkahku.
Bagai gemerlap bintang yang hiasi malam sunyi.
Bisik lembut sapa-Mu Tuhan, menggema di kalbu.
Seindah suara nafiri yang iringi kurban suci.
Hirup hembus nafasku, tanda kesetiaan janji-Mu Tuhan.
Kau pandang diriku yang rapuh jadi pelayan umat-Mu
Reff:
Jika aku lemah, ku dikuatkan-Nya
sbab kasih kurnia-Nya sempurnakan hidupku.
Bagi-Mu ya Tuhan hidupku sembahkan.
Smoga panggilanku jadi berkat bagi umat-Mu.
Lagu ini dinyanyikan oleh Romo Rendy bersama Romo Markus dan Romo Carolus sebelum berkat penutup pada Perayaan Ekaristi Perdana Romo Rendy. Umat pun sebagian ikut menyanyi.
Pukul 20.30 Misa Perdana Romo Fikalis Rendy Aktor selesai dan dilanjutkan acara ramah tamah di aula paroki Santa Perawan Maria Purworejo.
Kami pun bertemu dengan Romo Rendy sebentar. Kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke Purwokerto yang sempat macet karena pengecoran jalan. Pukul 00.30, kami sampai di rumah dengan sehat dan selamat.
Syukur pada Tuhan atas penyertaan-Nya sepanjang perjalanan hidup kami. Syukur pada Tuhan atas tahbisan Romo Fikalis Rendy Aktor, Pr, Romo Markus Juhas Irawan, Pr dan Romo Carolus Andi Kurniawan, Pr. Syukur pada Tuhan juga karena kami diperkenankan untuk belajar dari motto Romo Fikalis Rendy Aktor, Pr:
“Humiliamini igitur sub potential manu Dei”
Rendahkanlah Dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat (1 Petrus 5:6)
Berkah Dalem.
Penulis:

A. Anik Iswarini
Kategori:AKTUALIA, Keuskupan Purwokerto
Tulisan inspiratif 👍 suwun bu anik
SukaSuka