Rekoleksi umat
Minggu, 11 Agustus 2019 jam 9 pagi kami warga Lingkungan Santo Yosep 19 orang bersama-sama berangkat ke Hutan Pinus Limpakuwus – Baturaden menggunakan 2 buah Koperades. Walau dengan kendaraan sederhana namun kami sangat menikmati kebersamaan ini sembari menikmati pemandangan yang begitu indah dan segar sepanjang perjalanan. Acara ini sengaja dibuat di alam terbuka agar kami dapat menyegarkan diri setelah setiap hari berkutat dengan pekerjaan dan aktivitas masing-masing.
Acara diawali dengan pujian sambil berjoged. Kami bisa memuji Tuhan dengan penuh sukacita dan berdoa dengan sungguh-sungguh mensyukuri rahmat Tuhan karena boleh bersama-sama mengadakan acara rekoleksi ini. Tak lupa kami juga memohon Roh Kudus hadir menyertai acara ini dari awal hingga akhir.
Tema “Guyub Rukun” yang kami pilih dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan kami yang baru saja mengalami penataan dengan ditambahkannya beberapa warga dari lingkungan Santa Maria. Warga baru ini kami terima sebagai bagian dari keluarga besar kami.
Sebelum masuk dalam permenungan tentang guyub rukun, romo Kris mengajak untuk menyadari prakondisi yang ada pada kami. Yang pertama, adanya rahmat hidup dari Allah. Kedua, kenyataan bahwa kita tidak hidup sendiri, tetapi membutuhkan orang lain. Prakondisi itulah yang memungkinkan kita untuk membangun kehidupan bersama yang guyub rukun.
Secara sederhana, guyub rukun dapat dimengerti sebagai suatu kehidupan bersama yang ditandai dengan hubungan antar pribadi, pribadi dan kelompok, serta antar kelompok yang saling mengenal, menerima, menghargai, percaya, peduli dan mendukung satu sama lain. Guyub rukun tidak berarti harus sama atau seragam. Keunikan masing-masing pribadi dan kelompok tetaplah mendapat tempat.
Kasih menjadi tali pengikat yang menumbuhkan ciri-ciri hidup bersama yang guyub rukun seperti disebut di atas. Buahnya terjadi damai, kehangatan, kebebasan batin dan sukacita. Muncul berbagai peluang untuk pertumbuhan diri dan bersama. Impian atau visi pribadi dan bersama / kelompok dapat semakin diwujudkan.
Pemahaman, pengungkapan dan perwujudan yang benar
Ada 3 unsur yang harus diupayakan untuk membangun kehidupan bersama yang guyub rukun, yakni pemahaman, pengungkapan dan perwujudan. Ketiganya saling terkait dan mesti selaras atau sinkron karena sangat menentukan bagi terciptanya kehidupan kehidupan bersama yang guyub rukun. Itulah yang membentuk pengalaman hidup, baik dalam kaitannya dengan diri sendiri, Tuhan, sesama dan alam. Ketiga unsur itu haruslah tepat dan benar.
Sebagai contoh, pemahaman / pandangan tentang diri sebagai pribadi yang dikasihi Tuhan akan terungkap dalam doa (syukur, pujian) lalu terwujud dalam tindakan mengembangkan karunia (potensi, kesempatan, dll). Begitu pula pandangan tentang sesama sebagai pribadi yang dikasihi Tuhan, atau sebagai saudara, akan diikuti oleh ungkapan yang menghargai dan peduli. Kemudian diwujudkan dalam tindakan memberi bantuan, berbagi, terlibat dalam kebersamaan dan sebagainya. Demikian juga dalam relasinya dengan Tuhan dan alam semesta.
Singkatnya pemahaman, pengungkapan dan perwujudan yang benar dan tepat akan menciptakan hubungan atau kehidupan bersama yang guyub rukun. Apa yang menjadi patokan yang benar dan tepat? Tidak lain adalah pandangan, ungkapan dan perwujudan yang dikehendaki Tuhan, tertuang dalam Kitab Suci yang berisi ajaran dan teladan hidup Yesus serta keutamaan kristiani. Maka, perlu ketekunan untuk mendengarkan, merenungkan dan menghayati kehendak Tuhan yang membentuk cara pandang, cara bersikap dan bertindak kita sebagai anak-anak Allah.
Berbagi pengalaman
Kemudian kami mensharingkan pengalaman pribadi dalam menghidupi ketiga unsur (pandangan, ungkapan dan perwujudan) terkait diri sendiri, sesama, alam semesta dan Tuhan. Berikut ini sebagian sharing pengalaman yang dapat dituliskan di sini :
- Ibu Y memandang diri sendiri sebagai pelayan, karena beliau seorang single parent. Pandangan itu diwujudkan dalam keluarga dengan melayani anak-anak sebaik baiknya. Juga diwujudkan dalam gereja dan kelompok kategorial, melayani sesuai kemampuan dan kesempatan yang dimiliki. Kemudian diungkapkan dalam doa syukur dan mohon berkat Tuhan agar dimampukan menjadi pelayan seturut teladanNya.
- Bapak A menyadari dalam keluarga bahwa jalan hidup seringkali tidak rata, sehingga untuk bisa tetap bertahan harus menerima kekurangan pasangan .
- Ibu L di dalam keluarga menyadari ketika di awal pernikahan masih terjadi banyak gesekan karena belum saling mengenal dengan baik. Seiring berjalannya waktu bisa saling mengerti dan menerima. Semua berawal dari kesadaran dan niat hati untuk mengenal satu sama lain dg baik.
- Ibu S walaupun pernikahan tidak seiman dan dilangsungkan di catatan sipil, namun dengan kesadaran dan komitmen masing-masing bisa berjalan dengan baik. Anak-anak bisa mengikuti iman Katolik. Itu justru atas permintaan suami yang bukan Katolik. Setelah pernikahan berjalan 11 tahun pernikahan bisa diberkati di gereja Katholik, meskipun tetap menganut iman masing-masing. Yang dirindukan adalah dapat hidup damai dan bahagia dalam keluarga.
- Beberapa anak yang ikut juga sempat berbagi pengalaman meski harus dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Secara umum mereka mengalami dikasihi Tuhan, orang tua dan teman. Mereka sering berdoa, juga rajin belajar dan membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah yang ringan. Dalam relasi dengan teman-teman, mereka berusaha menjaga kerukunan dan saling mengasihi.
Suasana terbuka, saling percaya, mendengarkan dan meneguhkan dapat sungguh kami rasakan saat itu.
Acara rekoleksi dilanjutkan dengan makan siang. Walau bekal makanan yang kami bawa sungguh sederhana tetapi dengan suasana hati dan kebersamaan yang penuh sukacita, kami menikmatinya dengan cita rasa yang luar biasa.
Setelah makan siang kami berjalan-jalan di area hutan pinus. Pemandangan alam yang indah mengundang kami, terutama ibu ibu untuk berfoto ria.
Acara ditutup pukul 14.00 dengan doa oleh Ibu Yin Lan, Ketua Lingkungan St. Yosep dan berkat Tuhan melalui romo Kris. Kami meninggalkan kawasan hutan pinus Limpakuwus dengan sukacita. Terbersit harapan agar kehidupan bersama dalam keluarga dan umat lingkungan semakin guyub rukun.
Penulis,

Theresia Chi-chi
Kategori:DINAMIKA, Dinamika Staling