AKTUALIA

Semakin Muliakan Tuhan Dengan Berlatih Dirigen

Pelatihan dirigen SanYos

Minggu, 21 Juli 2019 diselenggarakan pelatihan dirigen di ruang St. Yoakim, pukul 09.00 dihadiri oleh 65 peserta perwakilan dari lingkungan-lingkungan, stasi, maupun kelompok kategorial serta 1 peserta perwakilan dari Paroki Katedral. Para peserta sangat antusias mendengarkan penjelasan dari Romo Martinus Maryoto, Pr. Romo Vikaris Paroki Pemalang ini juga memimpin misa sore pada hari Sabtu, 20 Juli dan misa pagi, 21 Juli 2019 di gereja Santo Yosep Purwokerto.

Pelatihan Dirigen

Rm. Maryoto memberi pelatihan dirigen di Paroki St. Yosep (210719)

Pelatihan dibuka dengan menyanyikan lagu “Hidup Ini adalah Kesempatan” dan doa pembukaan oleh bapak Yohanes Djunaedi, koordinator tim kerja Lektor dan Pemazmur Paroki Santo Yosep Purwokerto. Kemudian Ibu Christiana Septiani selaku tim kerja Koor Paroki Santo Yosep Purwokerto memberikan kata pengantar. Menyusul sambutan Bapak YA. Nunung Winarta mewakili Romo Paroki (Romo Valentinus Sumanto Winata, Pr) yang sedang tukar mimbar di Paroki Pemalang.

Membantu umat merayakan liturgi yang khidmat, meriah dan kontekstual

Paduan suara yang baik akan membawa suasana perayaan Ekaristi lebih khusuk dan umat dapat menghayati misteri agung Allah. Perayaan liturgi yang meriah akan membantu semua yang hadir dapat mengikutinya dengan baik. Perlu liturgi perlu dirayakan dengan nyanyian yang meriah, dilayani oleh petugas liturgi, dan keterlibatan umat. Kita diajak untuk menjalankan liturgi secara lebih kontekstual, sehingga liturgi menjadi sarana karya keselamatan yang sungguh membuat orang semakin krasan dan terbantu dalam menghayati misteri Allah. Liturgi yang kontekstual dapat diciptakan dengan memperhatikan musik yang kontekstual (digarap sebaik mungkin sesuai dengan minat semangat umat jaman ini), namun tetap memenuhi kaedah musik liturgi.

Pelatihan Dirigen-1

Para peserta memraktekkan teori dasar menjadi dirigen (210719)

Acara inti pelatihan sepenuhnya dibawakan oleh Romo Martinus Maryoto, Pr yang memaparkan tentang latihan dasar menjadi dirigen. Buku Latihan Dasar Menjadi Dirigen dibagikan kepada semua peserta. Kemudian dilanjutkan dengan praktek menjadi dirigen dengan lagu-lagu dari Puji Syukur maupun lagu-lagu rohani dengan birama 2/4, 3/4, 4/4, 6/4.

Pelatihan Dirigen-2Para peserta bergantian maju ke depan bersama-sama (6 – 7 orang) praktek menjadi dirigen, sementara peserta yang lain bernyanyi dengan iringan musik keyboard oleh ibu Anik.

Peserta memraktekkan bagaimana gerakan tangan untuk mengawali lagu yang terdiri dari 3 tahap : sikap siap, gerakan pendahuluan dan insetting ( saat mulai bernyanyi ).

Dalam memraktekkan gerakan tangan, meski masih banyak peserta yang canggung, tetapi tetap semangat dengan berusaha melakukan gerakan sebaik mungkin dan benar. Para peserta tampak antusias dan bersukacita dalam memraktekkan teori dasar dirigen. Kadang diselingi dengan tawa karena gerakan-gerakannya salah.

Romo Maryoto juga mengungkapkan perlunya seorang dirigen untuk berlatih secara rutin dan persiapan sebelum bertugas, agar bisa menguasai lagu, memahami birama, dan menjalin komunikasi dengan anggota paduan suara/koor. Latihanlah yang akan “mengkristalkan” kita.

Tanya jawab

Sebelum acara ditutup, para peserta diberi kesempatan untuk bertanya. Ada 7 pertanyaan yang diajukan oleh 6 peserta:

Bu Widyani (lingkungan Santa Lusia) bertanya “Apakah gerakan tangan untuk mengawali lagu harus selalu turun?” Dijawab oleh Rm Maryoto, “Gerakan tangan untuk mengawali lagu, tidak harus selalu turun, tergantung lagu dan birama lagu.”

Pak Cahyo Regowo (lingkungan St. Yohanes Paulus Sokaraja) menanyakan bagaimana cara memberitahu organis kalau ingin mempercepat tempo sebuah lagu. Rm Maryoto memberi jawaban bahwa setiap latihan koor sebaiknya bersama organis, sehingga ada koordinasi baik mengenai tempo maupun dinamika lagu sebelum bertugas. Jika belum latihan bersama organis, dirigen memberi kode dengan tangan diarahkan ke organis, tangan diangkat jangan terlalu tinggi, supaya tidak membingungkan anggota koor.

Tak ketinggalan Bu Henny (lingkungan Santo Lukas) menanyakan apakah dirigen ikut bernyanyi dalam memberi aba-aba? “Dirigen tidak ikut menyanyi, sebaiknya diam atau hanya lipsync (sikap seolah-olah menyanyi dengan menggerakkan bibir seirama lagu yang dinyanyikan koor) supaya tidak mempengaruhi koor dan bisa mendengarkan suara koor dengan baik.

Apakah organis harus menunggu dirigen memberi kode saat mau memainkan intro lagu?” tanya Bu Anik (lingkungan St. Ignatius). “Sebaiknya menunggu kode dari dirigen, tetapi kalau ditunggu-tunggu, dirigen lama atau lupa tidak memberi kode, organis dapat langsung memulai intro”, demikian jawab Romo Maryoto.

Bu Anik mengajukan pertanyaan selanjutnya, “Apakah diperbolehkan memberi kode dengan mengangkat tangan sebagai tanda agar koor siap?” Dijawab, “Menurut pelatihan dari Pusat Musik Liturgi (PML), agar anggota koor siap, dirigen  memberi tanda dengan cara mengatupkan jari telunjuk dan jari tengah dengan jari jempol. Tetapi hal ini fleksibel, jika ada  tanda yang berbeda dengan pelatihan di luar PML.

Sementara itu Bu Rini dari lingkungan Santo Paulus menanyakan bagaimana cara membuat anggota koor tidak hanya terpancang dengan melihat teks tetapi melihat dirigen saat menyanyi. Menurut Rm Maryoto, perlu dibiasakan latihan koor secara rutin dan diusahakan minimal setengah hafal lagu dalam teks, sehingga waktu bernyanyi tidak terpancang teks dan  bisa melihat aba-aba dirigen.

Pertanyaan yang terakhir diajukan oleh Pak Hari dari lingkungan St. Markus, “Bagaimana memberi aba-aba lagu Gregorian?” Jawabannya, karena lagu Gregorian tanpa birama, maka aba-aba berdasarkan feeling dalam satu frase lagu atau kalimat lagu dengan gerakan tangan melingkar.

Setelah sesi tanya-jawab, acara ditutup dengan doa oleh ibu Rina Suhandi.

Pukul 13.30 acara pelatihan dirigen selesai, kemudian dilanjutkan makan bersama di aula gereja St. Yosep. Para peserta nampak puas dan senang dengan diadakan pelatihan dirigen ini.

Kesan Dan Pesan  

Kesan dan pesan yang disampaikan oleh beberapa peserta pelatihan dirigen dan umat :

  • Merasa senang dengan pelatihan dirigen ini dan hendaknya ditindaklanjuti dengan mengadakan pertemuan dirigen setiap 2 atau 3 bulan sekali, untuk mengingatkan atau evaluasi tugas sebagai dirigen, sehingga masing-masing dirigen bisa saling belajar.
  • Pelatihan dirigen bisa menambah minat dan semangat umat untuk lebih berani menjadi dirigen.
  • Peserta pelatihan dirigen hendaknya mau mensharingkan ilmu yang didapat kepada umat di lingkungan, kelompok kategorial masing-masing atau stasi, berkoordinasi  dengan ketua lingkungan, kelompok kategorial, dan stasi.
  • Akan lebih baik lagi jika pelatihan dirigen ini berkelanjutan dari dasar ke tingkat yang lebih tinggi, agar bisa berimprovisasi dalam memberi aba-aba.

Semoga dengan pelatihan dirigen ini, kita bisa mewujudkan liturgi yang kontekstual dengan memperhatikan musik liturgi, sehingga bisa membantu Perayaan Ekaristi yang lebih bermakna. Dan semoga makin tumbuh dirigen-dirigen baru, sehingga setiap lingkungan, stasi dan kelompok kategorial masing-masing memiliki dirigen yang terampil.

“Tujuan koor dan musik liturgi adalah untuk Kemuliaan Allah dan pengudusan umat beriman.” ( Sacrosanctum Concilium 112 ).

Berkah Dalem.

Penulis,

Anik Iswartini

A.Anik Iswarini
( Anggota Tim Kerja musik liturgi Paroki St. Yosep)

2 replies »

  1. Terima kasih bu atas pelatihanya.. Saya awam selama ini jadi tau dirigen yg benar… Saya tunggu jenjang pelatihan selanjutnya supaya tidak kaku dalam memberi aba aba…

    Disukai oleh 1 orang

  2. Terima kasih atas diadakannya pelatihan dirigen ini.
    Sangat bermanfaat bagi saya yg baru , tinggal belajar kendel.
    Dulu sdh pernah ikut pelatihan sekali di Paroki St.Yosep juga , tapi baru bbrp kali praktek trus brenti .
    Ditunggu pelatihan dirigen selanjutnya.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.