RENUNGAN

“SOP” Mengikuti Yesus

Hari Minggu Biasa XIV (7 Juli 2019)

Yes. 66:10-14c; Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a,16,20; Gal. 6:14-18; Luk. 10:1-12,17-20 (Luk. 10:1-9)

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. (Luk 10:5-6)

Bpk, ibu, saudara/i yang terkasih dalam Yesus Kristus

Di tengah diskusi antara saya dengan ketua lingkungan untuk membicarakan sosialisasi Triduum Hati Yesus Yang Maha Kudus di lingkungan Santo Paulus, tercetus niat dari seorang teman yang mau ikut serta dan hadir dalam ibadat penerimaan komuni orang sakit di blok Karang Asri. Kebetulan sayalah yang bertugas pada hari minggunya. Disepakati bahwa saya yang akan menjemput teman itu agar dapat berangkat bersama. Dengan catatan bahwa saya tidak akan “berhenti dan menunggu”, hanya memberi kode dengan bunyi ‘klakson’, sambil lewat saja; namun teman tersebut tetap bersikukuh untuk berangkat bersama sambil berboncengan. Dari pada berdebat saya katakan : ok dan siap. Karena dalam pelayanan kata ‘ok dan siap’ adalah satu keniscayaan.

Seperti biasanya sesudah misa (walaupun dalam gereja “ramai”) sebelum mengambil komuni kudus dalam tabernakel, saya mengheningkan diri dan berdoa terlebih dahulu (salah satu ‘SOP’ Prodiakon yang kadang terlalaikan). Saya berlutut di kursi depan : memohon berkat dan bimbingan Tuhan agar perjalanan lancar dan selamat sampai tujuan. Saya juga mohon dimampukan untuk berbagi kasih Tuhan yang hadir lewat komuni, agar yang sakit selalu  dikuatkan dan juga segenap keluarganya.

Di tengah kurang ‘sreg’ nya akan permintaan teman tersebut, saya melaju menuju rumah beliau terlebih dahulu. Karena dia tetap berharap saya “berhenti dan menunggu”. Di lain sisi saya terikat “SOP” sebagai Prodiakon pada saat mengantar Komuni : bahwa saya hanya akan langsung ke tempat tujuan (rumah si sakit). Karena hal ini bagian dari pelayanan, saya mesti menepati janji bahwa saya ke tempat teman itu terlebih dahulu dan bersama ke tempat tujuan. Dengan berharap dia sudah siap di depan rumah dan langsung berangkat. Apa yang saya ‘khawatirkan’ terjadi : teman saya belum siap 100%. ‘Terpaksa’, saya berlalu sambil membunyikan ‘klakson’ saja. Karena sudah saya pastikan : saya tidak akan “berhenti dan menunggu”. Singkat cerita, ibadat penerimaan komuni tanpa kehadiran teman saya tersebut.

Bpk, ibu dan saudara/i yang terkasih,

Sadarkah kita bahwa dalam pelayanan, kita kerap memohon agar Tuhanlah yang harus menunggu?

Yesus Mengutus-2Dalam bacaan hari ini Tuhan Yesus bersabda lewat Injil Lukas : “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” (ay 2). Selanjutnya Yesus mengutus ke-70 murid-NYA dengan berbekal semacam “S O P” (standard operating procedure). Akronim “SOP” sudah tak asing didengar dalam keseharian kita. Bahkan sebagian dari kita terikat dan merupakan kewajiban mematuhi SOP sesuai keterikatan pekerjaan dan kedinasan, baik secara terbuka maupun tertutup/rahasia. Bahwa dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas selalu teratur, terukur dan tuntas dengan penuh tanggung jawab.

Tuhan Yesus menginginkan dan mengingatkan pada para murid-NYA akan tujuan perutusan-NYA, bahwa dalam mengimplementasikan perutusan-NYA ada ‘SOP’-nya seperti dalam bacaan hari ini. Bawalah damai dan sukacita, menyatu dan berbaurlah bersama umat. Di lain sisi dalam perutusan, kita juga dituntut suatu ‘ketegasan’. Sikap ketegasan dalam iman bukanlah menunjukkan ‘kesombongan’ pribadi. Tegas bahwa kita mau keluar dari sikap egosentris dan subyektif. Pelayanan bukan kepentingan pribadi. Kita mesti bersikap rendah hati dan terbuka untuk “dipakai” sebagai alat-Nya, agar dalam tugas pelayanan kita sungguh sesuai SOP-NYA. Bukan saya, tetapi DIA lah yang memilih aku (Yoh 15 : 16). Ya, biarlah Tuhan sendiri yang hadir. Tugas kita membantu umat mengalami kehadiran-Nya dalam kehidupan mereka.

Demikianlah bagian dari refleksi penghayatan dan pengamalan iman kita. Siapkah kita melucuti kepentingan pribadi: kesombongan, egoisme, mutungan, dan sebagainya ? Juga bergembira seperti 70 murid-Nya (ay 17), namun tidak ‘overacting’ dan ‘overconfidence’ dalam pelayanan ? Semoga terwujud apa yang difirmankanNya “….bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga” (ay 20b). Semoga demikian.

Berkah Dalem

Yulius Yerry Menur

Lingk. St. Paulus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.