Kisah Inspiratif

Hari Yang Dikenang Aleta (Komuni Pertama)

Hari bersejarah

“Ayah bangun, sudah jam lima. Aleta mau komuni pertama … “. Terlalu panjang kalau harus aku tulis semua kata-kata istriku dan bisa jadi akan bertambah panjang setelah dia membaca tulisan ini. Sambil masih menggosok baju, istriku membangunkanku di pagi yang dingin, Minggu, 23 Juni 2019. Masih sangat enak untuk memperbaiki posisi tidur. Samar terlihat ketiga anakku masih tertidur dengan pulasnya.

Beny SantosoSegera aku beranjak bangun menuju ke dapur. Aku aduk tiga gelas susu untuk ketiga buah hatiku dan secangkir kopi bagianku. Ketiganya lalu kubangunkan. Setelah menghabiskan susu masing-masing, mereka segera mandi. Dengan sigap aku membuatkan sarapan roti tawar dengan topping madu, meses, keju dan susu kental manis. Ini menu favorit mereka, selain sarapan dengan nasi digulung telur.

Sambil membuat sarapan, terbayang kalau hari ini akan menjadi salah satu peristiwa bersejarah bagi anak pertamaku. Untuk pertama kalinya Aleta akan menerima Tubuh dan Darah Kristus. Akupun mencoba mengingat peristiwa saat pertama kali menerima komuni, dan ternyata tidak satu pun yang berhasil aku ingat. Baik itu pastor yang pertama kali mengenalkan aku dengan “dahsyat” nya hosti tak beragi dan membuat aku merasa terus ketagihan hingga saat ini, maupun teman-teman seangkatanku di komuni pertama. Kalaupun ada yang aku ingat, dulu ada satu foto kenangan tersimpan namun sekarang entah ada di mana. Maaf ya pak Widada (alm. bapak adalah orang yang berjasa mengenalkan aku dengan komuni), walaupun sudah lupa peristiwa “perkenalan” dulu namun anakmu sekarang tidak lupa untuk setiap Minggu menyambutNya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06.30. Semua sudah siap. Aku ajak Ria istriku dan anak-anakku Aleta, Teona, Hugo berkumpul di ruang tamu. Tanpa banyak berkata aku mengajak mereka untuk berdoa. Mungkin banyak yang mengira kalau setiap prodiakon itu rajin berdoa bersama di dalam keluarganya, kami salah satu perkecualiannya. Kami masih dalam proses belajar ke sana. Semoga peristiwa sederhana ini kelak akan menjadi salah satu bagian yang akan selalu diingat oleh Aleta.

Ku pacu panther tua warna biru dengan agak tergesa, karena misa dua puluh menit lagi akan segera dimulai. Aleta sudah ngomel-ngomel, “Kenapa ga dibangunkannya pagi-pagi, jam empat atau setengah lima? Harusnya setengah tujuh sudah sampai gereja”. Hehe dasar anak-anak sekarang, kecuali HP semua dilimpahkan menjadi urusan orang tua. Dan untung saja perjalanan lancar, delapan menit sebelum misa kami sudah sampai gereja.

Komuni pertama Aleta-3

Perarakan anak-anak calon penerima komuni pertama dalam Misa HR. Tubuh Dan Darah Kristus di Paroki St. Yosep Purwokerto (230619)

Tepat pukul 07.00 WIB misa dimulai. Bersama gereja Katolik di seluruh dunia hari ini dirayakan Tubuh dan Darah Kristus. Mengawali ritus pembuka, calon komuni pertama yang berjumlah 42 anak (36 dari paroki dan 6 dari stasi) ikut dalam perarakan bersama romo dan petugas yang lain menuju ke altar. Anak-anak ini sudah dipersiapkan selama hampir 6 bulan, mereka mendapatkan pendampingan untuk lebih siap dan mantap menerima makanan Kehidupan Baru, yakni Kristus sendiri. Rekoleksi dan pengakuan dosa juga sudah mereka ikuti. Misa kemudian memasuki liturgi sabda dan dilanjutkan dengan liturgi ekaristi.

Komuni pertama Aleta

Aleta menyambut Tubuh dan Darah Kristus didampingi kedua ortunya (230619)

Selesai menyanyikan Anak Domba Allah, tiba saatnya untuk mendampingi Aleta menerima komuni. Saat berdiri berjajar dalam barisan dan berjalan dengan sangat pelan menuju romo Manto dan frater Yoyok yang membagikan komuni dua rupa, muncul perasaan haru dan bahagia. Dan hal yang sama ternyata juga dialami istri, selain itu Ria juga mengalami deja vu. Terbayang saat ia menerima komuni pertama di gereja St. Agustinus Purbalingga didampingi orangtuanya, dan sekarang berada dalam posisi mengantarkan Aleta anaknya untuk menerima komuni pertama di gereja St. Yosep Purwokerto.

Urip kudu urup

Saat menatap jemari kecil Aleta mengambil Tubuh dan mencelupkannya ke dalam Darah Kristus, aku hanya bisa mengucap syukur dalam hati. Teringat nyanyian romo Manto dalam homili dalam misa …

Maukah kau jadi roti
Yang terpecah bagiKu
Maukah kau jadi anggur,
Yang tercurah bagiKu
Maukah kau jadi saksi,
Memb’ritakan InjilKu
Melayani, mengasihi lebih sungguh….

Selamat berjuang anakku. “Urip iku kudu urup” (“Hidup harus menyala / bermanfaat”). Hanya dengan memberi manfaat bagi sesama dan kehidupan ini, yang bisa menjadi tanda ada Kristus dalam jiwamu. Sayup terdengar Aleta bernyanyi …

Aleta mau jadi roti,
Yang terpecah bagiMu
Aleta mau jadi anggur,
Yang tercurah bagiMu
Aleta mau jadi saksi,
Memb’ritakan InjilMu
Melayani, mengasihi lebih sungguh….

Dan akupun menutupnya dengan Amin.

 

Teriring ucapan selamat dan doa untuk Kefa, Alin, Frisa, Tian, Riski dan 36 anak penerima komuni pertama dari paroki.
Beribu terimakasih pula untuk pak Stefanus, bu Tatik dan semua pendamping dari stasi dan paroki.

Kalibagor, 28 Juni 2019

Penulis:

Marcellinus Beny Santoso

Marcellinus Beny Santoso, Ketua Ling. St. Yohanes Paulus II

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.