Doa Rosario yang mendarah daging
Kehidupan devosi doa rosario sudah mendarah daging bagi umat di lingkungan St. Yohanes Paulus II, Kalibagor, stasi St. Lukas Sokaraja. Setiap bulan Mei umat menghormati Bunda Maria dengan mendaraskan rosario setiap hari. Hal yang sama juga dilakukan di bulan Oktober sebagai bulan rosario. Tradisi ini telah berjalan puluhan tahun yang lalu dan tetap terjaga dengan baik sampai saat ini. Pada rosario kali ini rata-rata 40 umat dengan antusias dan penuh semangat hadir setiap harinya. Memang tidak sebanyak satu dekade yang lalu, yang diikuti 50-60 umat, bahkan terkadang bisa lebih. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari anak-anak di lingkungan ini sudah tumbuh dewasa, ada yang belajar dan bekerja di luar kota dan ada pula yang sudah berkeluarga dan berdomisili di tempat lain.
Masih teringat jelas dalam rekaman pak Joko Santoso salah seorang umat lingkungan St. Yohanes Paulus II, di awal tahun 2000 an ada sekitar 30 anak yang ikut berdoa rosario setiap harinya di luar orang dewasa, mereka begitu bersemangat dan terkadang saling berebut untuk bisa bertugas memimpin doa. Bahkan kalau sudah habis butir rosario yang berjumlah 50 didaraskan dan masih ada anak yang belum kebagian, maka doa Salam Maria tetap diteruskan sampai semua anak mendapat gilirannya. Hal yang sama juga disampaikan oleh pak Harso sekretaris lingkungan periode sekarang, dulu dia termotivasi mengikuti doa rosario salah satunya untuk mengantarkan kedua anaknya agar bisa berlatih berdoa dan memimpin doa. Harapannya adalah agar anak-anak ini kelak mempunyai kehidupan doa yang baik, sehingga mempunyai relasi yang baik pula dengan Sang Pencipta. Ini diyakini oleh pak Harso bisa menjadi pondasi yang kokoh agar anaknya tidak terbawa arus negatif di zaman yang begitu cepat perubahannya.
Melalui rembugan beberapa pengurus, pembukaan rosario kali ini diawali dengan ibadat sabda yang dipimpin oleh prodiakon Bp. Antonius Legiman dan bertempat di rumah Bp. Damianus Barus. Untuk selanjutnya rosario diadakan bergilir dari satu rumah ke rumah umat yang lain. Untuk pembagian tugas di setiap rosario, salah satu prodiakon akan memimpin doa pembuka, bacaan kitab suci dan memberikan renungan, dan keluarga yang ketempatan bertugas memimpin doa rosario. Di-rembug pula, dalam rosario ini umat diajak secara bergantian setiap harinya berdoa bagi para pemimpin gereja, imam, biarawan-biarawati, katekis, guru agama, pengurus lingkungan dan keluarganya, kerukunan hidup umat, dan juga bagi warga masyarakat agar bisa menghargai perbedaan dan menolak segala bentuk diskriminasi. Dan setelah selesai mendaraskan rosario ditutup dengan doa “Jadikanlah Aku Pembawa Damai” (St. Fransiskus Asisi). Semua rangkaian ini akan diahkiri dengan misa syukur di penghujung bulan Mei.
Di dalam perjalananannya, sambutan positif disampaikan oleh warga lingkungan yang baru. Keluarga Bp. Edi melalui istrinya ibu Liani sangat terkesan dengan kegiatan doa seperti ini. Nampak kehidupan umat yang begitu rukun, guyub dan hangat, membuat bu Edi semakin kerasan tinggal di lingkungan ini. Dia membandingkan dengan dulu waktu di Surabaya, di mana umatnya untuk ketempatan doa rosario saja sangat susah. Sudah begitu doa rosario dilakukan pada waktu yang tidak rutin dan umat yang terlibat juga sangat sedikit. Padahal menurut kesaksian bu Edi melalui doa rosario ini dia sudah beberapa kali mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Selain itu dia juga mendapatkan ketenangan dan kedamaian di dalam hati.
Hal yang sama juga dirasakan oleh ibu Ratmi warga baru lainnya. Istri dari Bp. Joko Waluyo ini masih menjadi simpatisan dan sedang mengikuti pelajaran untuk menjadi Katolik. Dia merasa semakin yakin dengan pilihan bebasnya mengikuti Tuhan Yesus, di sini dia menemukan tujuan hidup yang jelas yaitu keselamatan dan kebahagiaan yang kekal.
Misa syukur sebagai penutup bulan Maria
Jumat 31 Mei 2019 sekitar 50 umat lingkungan Santo Yohanes Paulus II berkumpul di rumah Bp. Darisman untuk menutup rangkaian perjalanan doa rosario yang telah berlangsung selama satu bulan penuh. Selain ungkapan syukur umat atas penyertaan Tuhan, keluarga Bp. Darisman juga mengunjukkan ujud syukur atas rahmat Tuhan bagi Sr. Marina HK (adik) yang telah 25 tahun hidup membiara (18/5/2019) dan Sr. Maria Asumta SND (bulik) yang sudah 42 tahun melayani Tuhan. Keluarga ini juga bersyukur atas kelahiran cucu pertama mereka Gabriel Danes Arsen Mahardika.
Pukul 18.10 WIB acara dimulai dengan diawali doa rosario, setelah selesai di lanjutkan dengan misa yang di pimpin oleh romo Valentinus Sumanto atau yang akrab di panggil dengan Mo Man.
Dalam homilinya Mo Man meminta umat untuk meneladani Bunda Maria, khususnya dalam berbuat kasih kepada sesama. Itu tidak harus dengan perbuatan besar, tidak harus diviralkan pula. Maria mengunjungi Elizabeth saudarinya, sebuah teladan yang sederhana namun menunjukkan makna kasih yang besar. Dengan berdoa rosario secara berkeliling, umat saling mengunjungi satu dengan lainnya, ini juga sebuah peristiwa kasih yang bisa merajut tali persaudaraan. Menengok saudara atau tetangga yang sakit atau kesusahan adalah hal konkrit dan sederhana yang bisa dilakukan oleh umat. Namun demikian jika umat mampu memberikan lebih, kasih itu tidak boleh berhenti sampai di sini. Kasih harus terus diupayakan dan diwujudkan dalam perbuatan nyata.
Dan menutup homilinya Romo Manto berharap kegiatan yang telah berjalan dengan baik ini bisa terus dihidupi, dan di kesempatan yang lain beliau ingin bisa ikut mendaraskan doa rosario bersama-sama dengan umat di lingkungan St. Yohanes Paulus II Kalibagor.
Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami orang berdosa ini sekarang dan pada waktu kami mati, Amin.
Berkah Dalem.
Penulis:

Marcellinus Beny Santoso, Ketua Lingk St. Yohanes Paulus II
Kategori:DINAMIKA, Dinamika Staling
Semakin mantap lingkungan St.Yohanes Paulus Sokaraja…
SukaDisukai oleh 1 orang
Amin. Terima kasih atas dukungannya.
SukaSuka
Semoga doa-doa umat lingkungan YP II terkabul karena dihantarkan oleh Bunda Maria kepada Yesus. Per Mariam ad Jesum.
SukaDisukai oleh 1 orang
Amin. Terima kasih. Ave Maria
SukaSuka