Cinta Bapa yang mengobarkan semangat
Sabtu, 11 Mei 2019, rombongan anak-anak dari 5 paroki di dekanat tengah Keuskupan Purwokerto mulai berdatangan di Hening Griya Baturaden. Wajah-wajah ceria dan penuh semangat mewarnai kehadiran mereka memenuhi undangan untuk merayakan Minggu Panggilan Sedunia yang ke 56. Mereka berasal dari paroki Katedral sebanyak 45 anak, dari paroki St. Yosep Purwokerto 51 anak, paroki Purbalingga 40 anak, Banjarnegara 29 anak dan Banyumas 35 anak. Mereka hadir bersama 2 pendamping masing-masing.
Siang hari sebelum mereka datang, cuaca di lereng gunung Slamet ini mendung. Panitia (terutama Sr. Philomena OP sebagai sie acara) sempat khawatir bila hujan turun akan mengganggu acara prosesi lilin dan api unggun yang sudah direncanakan. Saat itu kami hanya bisa berpasrah. Kami serahkan kekhawatiran kami ke Bunda Maria yang cantik di gua yang terletak di taman belakang komplek Hening Griya. Puji Tuhan dan Bunda Maria…. Semuanya berjalan dengan lancar, hujan turun saat kami mengikuti sesi di dalam ruangan, kemudian reda sebelum acara api unggun. Cuaca cerah sehingga acara itu bisa terlaksana dengan baik.
Sebelumnya anak-anak diajak untuk perkenalan kelompok dan games ringan di aula. Sesi pertama ini diisi dengan penjelasan singkat tentang pengenalan diri dan perkenalan oleh para frater Joker (projo Purwokerto), Suster OP, JMJ dan PMY. Kemudian peserta dibagi menjadi 2 kelompok menurut jenis kelamin. Anak-anak cowok di aula Paskalis bersama para frater dan bruder, sedangkan anak-anak cewek di aula Maria bersama para suster. Psikolog Ketti Murtini membantu para peserta cewek untuk mengenal diri masing-masing dan bersyukur atas berbagai karunia Tuhan atas mereka.
Anak-anak juga dipersilahkan masuk dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk berbagi pengalaman iman. Setiap kelompok terdiri dari wakil dari kelima paroki. Tidak ada satupun yang komplain atau protes. Mereka mau mengikuti arahan panitia, para Frater dan Suster. Dengan cepat mereka dapat membaur dan akrab.
Cuaca cerah setelah diguyur hujan, memungkinkan acara prosesi lilin dan api unggun dapat dilaksanakan. Setelah selesai sharing kelompok, anak-anak berarak dengan lilin di tangan masing-masing menuju lapangan rumput dekat kolam renang. Lantunan syair “Yesus…. Yesuss” dinyanyikan berulang sampai terbentuk formasi lingkaran mengelilingi tumpukan kayu bakal api unggun.

Prosesi lilin dan api unggun di acara Minggu Panggilan dekanat tengah KP (110519)
Tiba saatnya api unggun dinyalakan dan semua bernyanyi “Api kita sudah menyala…” Itulah simbol semangat anak-anak Sekami dekanat tengah yang telah dikobarkan oleh cinta Bapa.
Setelah acara api unggun selesai sekitar pukul 22.30 kami bersama sama makan mie rebus di sekitar api unggun. Lalu doa malam dan lanjut istirahat.
Sukacita dalam kebersamaan
Minggu, 12 Mei 2019 pkl. 06.00, sesuai jadwal anak-anak sudah berkumpul kembali di lapangan bawah. Meski embun pagi masih menempel di dedaunan dan rerumputan, anak-anak terlihat penuh semangat mengikuti refleksi dan doa syukur di awal hari. Sebelumnya, panitia membagikan puding dari donatur untuk sekedar ganjal perut. Anak-anak menikmatinya sambil duduk di atas terpal yang dihamparkan di lapangan itu.
Anak-anak kemudian bersiap diri untuk merayakan Ekaristi bersama RD. Yusuf Widinarko (Sub Komisi KKI Dekanat Tengah) didampingi RD. Vinsensius F. Dimas Martin (DirDios KKI Keuskupan Purwokerto) dan Frater Diakon Rendy Aktor.

Dialog dengan “Suster Polos” diperankan oleh Fr Diakon Rendy (120519)
Dalam homili yang dibawakan oleh Fr Diakon Rendy, ada dialog yang menarik. Fr Rendy bertanya pada para suster, frater dan bruder tentang motivasi mereka dalam menjawab panggilan Tuhan.
Diperagakan dialog dengan “Suster Polos” oleh frater yang saat ini berkarya di kerasulan mahasiswa Katolik KP. Sebagai ganti boneka yang tidak sempat dibawa, Fr Rendy memasukkan satu tangannya ke dalam kaos kaki putih polos dan menjadinya sebuah boneka yang diberi nama “Suster Polos”. Anak-anak sering dibuat tertawa oleh dialog yang mirip-mirip panggung boneka itu. Pesan panggilan disampaikannya dengan gaya bicara kocak namun mudah dimengerti oleh anak-anak.😃
Selesai misa, kami langsung sarapan pagi di sekitar kolam renang. Suasananya sungguh menyenangkan seperti pesta kebun. Para romo, frater, bruder dan suster membaur dengan anak-anak menikmati menu sarapan yang terasa nikmat.
Setelah dikuatkan oleh ekaristi dan sarapan pagi, anak-anak diajak untuk berdinamika bersama melalui berbagai permainan dalam ruangan dan outbond. Tiap kelompok diminta membuat yel-yel kemudian memperagakannya untuk memberi semangat bagi semua.
Saat permainan dalam ruangan., anak-anak diminta menyusun puzzle, menyusun ayat Alkitab, menulis I LOVE JESUS dengan sebuah spidol yang diikat dengan 10 tali, Anak-anak berjuang bersama menggerakkan spidol yang terikat itu untuk menggoreskan tulisan tersebut.
Sungguh di sini saya melihat banyak karakter anak yang berbeda satu sama lain, ada yang langsung menjadi pemimpin, ada yang menurut saja, dan ada yang diam saja. Juga teknik menyelesaikan tugas yang berbeda beda. Ada yang dengan menarik ulur tali dan mengarahkannya. Ada pula yang kreatif, menggerakkan kertasnya sementara spidolnya diposisikan tetap stabil oleh tarikan tali. Selesainya pun berbeda-beda. Ada yang dengan cepat selesai dalam 3 menit. Ada juga yang sampai 13 menit baru selesai 🙈🙈🙈
Berani ambil risiko untuk janji Tuhan
Tak kalah serunya aneka permainan di luar ruangan atau outbound. Aneka permainan dilakukan bergilir oleh 16 kelompok yang masing-masing terdiri sekitar 13 anak. Pemainan memindahkan bola ping-pong lewat belahan bambu dan lompat estafet pindah evamate diikuti dengan gembira dan penuh semangat. Begitu pula permainan mengisi air lewat paralon yang dilubangi, memindahkan air yang ditaruh di atas sprei, mengangkat baskom berisi air dengan kaki dan melewati titian bambu di atas kolam renang. Permainan terakhir yang tak kalah seru adalah spiderweb. Tiap anak harus melewati lubang tali yang tidak boleh diulang oleh temannya. Satu lubang satu anak.
Setiap anak bersuka cita bermain dalam kebersamaan. Meski ada yang sempat demam, sakit perut, luka di lutut karena terjatuh dan ada yang tercebur di kolam, namun anak-anak tetap semangat dan bergembira. Kelompok yang sudah selesai bermain tidak mau meninggalkan arena permainan. Mereka menunggu sambil melihat dari jauh teman-teman mereka yang masih bermain dengan gembira. Setelah semua permainan selesai, anak-anak dipersilahkan mandi dan berkemas-kemas.
Menu makan siang telah siap untuk dinikmati bersama. Setelah itu diadakan refleksi dan kesimpulan atas rangkaian kegiatan Minggu Panggilan ini. Romo Dimas Martin meneguhkan anak-anak untuk berani menanggapi panggilan Tuhan sebagai imam, bruder dan suster. Ada janji Tuhan yang akan diterima, yakni hidup suci dan bahagia.
Puji Tuhan Acara ini bisa berjalan dengan lancar, walaupun ada kekurangan di sana sini. Biarlah Tuhan yang menyempurnakannya sehingga dapat menjadi berkat bagi anak-anak dekenat tengah Keuskupan Purwokerto…. 🙏🙏🙏
Penulis:

Theresia Essy,
Pendamping PIA St. Yosep Purwokerto
Kategori:AKTUALIA, Keuskupan Purwokerto