Kotbah untuk Baptisan Baru di Malam Paskah
Bacaan tirakatan Paskah sangat kaya makna. Namun kalau kita memiliki baptisan malam ini, gunakanlah bacaan Epistola dari Roma 6 untuk renungan. Persis itulah makna Baptisan dalam Gereja awal. Kini makna itu agak pudar dalam pelajaran baptis dan katekumen. Teologi modern tentang dosa asal lebih mendominasi paham baptisan sekarang ini. Sejak saya SD, kita diajari bahwa baptisan menghapus dosa asal dan memasukkan orang menjadi anggota Gereja. Definisi itu lebih berciri eklesiologis, tapi kurang kristosentris.
Paulus mengartikan baptisan sebagai keikutsertaan dalam kematian Kristus. Dia berkata, “Kita dikubur bersama Kristus dalam kematian lewat baptisan.” (Roma 6:4). Paulus memahami kematian adalah buah terakhir dari kedosaan. Mengapa manusia mati? Dosalah penyebabnya. Semua orang berdosa, maka mereka mati.
Dari manakah asal dosa di dunia ini? Refleksi Paulus mengarah pada “Karena satu orang tidak taat, dosa masuk ke dunia!” (Roma 5:12). Ketidaktaatan Adam dengan melanggar perintah Allah membuat dosa merasuki semua orang. Satu orang berdosa, membuat semua manusia jatuh dalam kekuasaan dosa. Kita memiliki kecenderungan untuk berbuat tidak benar. Kalau orang tidak mampu menguasai kelemahan dan kecenderungan dosa, orang menjadi budak dosa. Tak mampu keluar dari kebiasaan buruknya.
Yesus mengoreksi kesalahan Adam dengan ketaatan pada kehendak Bapa. Ketaatan itu mengantar dia pada kematian di salib. Kristus menjalaninya dengan setia sampai akhir. Karena itulah, Allah Bapa membangkitkanNya. Kebangkitannya mengalahkan kuasa dosa dan kematian. Bacaan Epistola hari ini adalah akhir dari diskusi Paulus yang membandingkan Adam dengan Kristus.
Exultet dengan indah merumuskan, “Sungguh berhargalah dosa Adam, sehingga kita memperoleh Kristus!” Bapa membuat hal baik dari peristiwa kedosaan, out of evil! Adam lama membawa kedosaan. Adam baru, Kristus, memberikan kehidupan.
Baptisan: Dikubur bersama Kristus
Orang yang dibaptis itu dikuburkan bersama Kristus. Mereka diberi rahmat Roh Kudus untuk taat seperti Kristus. Taat dalam kegembiraan dan kesedihan. Taat dalam bahagia dan derita, dalam hidup dan mati. Bahkan Paulus berkata, “Kita menyalibkan diri kita bersama Kristus.” (Roma 6:6). Hidup yang berpusat pada diri sendiri, keegoisan dan pemegahan diri ditanggalkan.
Penulis renungan:

Romo Dr. A. Galih Arga Wiwin Aryanto, Pr., M.A.
Imam Diosesan Keuskupan Purwokerto / Dosen Kitab Suci Perjanjian Baru di Univ. Sanata Dharma
Kategori:RENUNGAN, Uncategorized