Kuesioner para calon pemeran rasul
Diskusi di grup WA Info Staling & Kategorial (090419) seputar topik pemeran rasul dalam pembasuhan kaki di misa Kamis Putih ditanggapi serius pula oleh Kabid Liturgi DPP Sanyos. Muncullah ide untuk mengadakan jajag pendapat para calon pemeran rasul tentang topik itu.

Bpk Djunaedi dan Bpk Yohanes A. Nunung Winarta sedang menyusun kuesioner (100419 -dok. pribadi)
Bpk Yohanes A. Nunung Winarta sebagai Kabid Liturgi, ditemani oleh Bpk Djunaedi (salah satu koordinator tim kerja di bidang liturgi) kemudian membuat kuisioner sederhana untuk para calon pemeran rasul. Kuesioner itu disebarkan hari Selasa, 9 April 2019, pkl 23.45 dan ditutup Rabu, 10 April pkl. 24.00. Kesempatan untuk mengisinya memang sangat terbatas (hanya 24 jam) karena hasil dari kuesioner itu akan menjadi bahan rekoleksi yang dilaksanakan Kamis, 11 April 2019.
Syukurlah, meski temponya sangat singkat, terjaring 27 responden atau 75% dari total 36 calon pemeran rasul dalam misa Kamis Putih (di paroki dan stasi Sokaraja). Data responden dapat dibaca pada artikel : Seputar Pemeran Rasul Dalam Misa Kamis Putih (1)
Pandangan responden tentang pemeran rasul
Berikut ini hasil kuesioner atau tanggapan para responden terhadap 8 pernyataan terkait pemeran rasul dan 1 pertanyaan terbuka tentang niat baik responden sebagai pemeran rasul. Pernyataan ditanggapi dengan pilihan pendapat setuju, tidak setuju dan ragu-ragu.
Terhadap pernyataan bahwa pemeran rasul harus pria, 12 responden atau 44,4% menyatakan SETUJU dan 10 responden atau 37 % TIDAK SETUJU. Selebihnya, yakni 5 responden (18,5%) RAGU-RAGU. Respon terhadap isu gender menunjukkan pendapat yang berimbang antara yang setuju dan tidak setuju. Meskipun ada tren peran perempuan dalam perayaan liturgi dan sebagai fungsionaris gereja semakin besar dan dapat diterima, namun terkait pemeran rasul terlihat masih belum cukup kuat. Padahal pemeran rasul dalam ritus pembasuhan kaki di Misa Kamis Putih tidak terkait dengan hirarki yang mendapat kuasa berkat rahmat tahbisan dan harus laki-laki. Hirarki menjadi pengganti para rasul (Successio Apolostica), sedangkan yang dibasuh kakinya dalam misa Kamis Putih adalah mereka yang berperan sebagai rasul atau murid Yesus.
Terhadap pernyataan bahwa pemeran rasul harus usia dewasa, sebagian besar responden SETUJU, yakni 21 responden (77,8%), sedangkan yang TIDAK SETUJU 5 responden (18,5%) dan hanya 1 responden (3,7%) RAGU-RAGU. Pendapat ini tentu mengacu pada praktek pembasuhan kaki yang sudah berlangsung sangat lama (termasuk di paroki St. Yosep) sebagaimana diatur dalam Misale Romawi. Di situ disebutkan dengan jelas yang dicuci kakinya adalah laki-laki dewasa. Responden tentu tidak mengetahui Surat Paus Fransiskus dan Keputusan Kongregasi Untuk Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen (terbit 21 Januari 2016) yang mengubah ketentuan itu.
Hampir semua responden, tepatnya 24 orang (89,9%) SETUJU bahwa pemeran rasul harus sudah dibaptis. Hanya ada 2 responden (7,4%) yang TIDAK SETUJU dan 1 responden (3,7%) yang RAGU-RAGU. Responden memandang bahwa baptis menjadi syarat penting untuk menjadi pemeran rasul dalam liturgi Misa Kamis Putih. Padahal pemeran rasul di liturgi pembasuhan kaki tersebut tidak setara dengan petugas liturgi terlantik, seperti prodiakon, lektor, pemazmur dan PPA yang harus sudah baptis.
Konsisten dengan itu, tanggapan responden terhadap pernyataan berikutnya bahwa pemeran rasul boleh non-katolik sebagian besar, yakni 22 responden (81,5%) TIDAK SETUJU. Hanya 5 responden (18,5%) yang SETUJU dan tidak ada satupun yang ragu-ragu.
Pada awalnya, 23 responden (85,2%) menyatakan SETUJU dirinya ditunjuk oleh pengurus lingkungan. Hanya ada 2 responden (7,4%) yang TIDAK SETUJU bahwa dirinya ditunjuk dan ada 2 responden (7,4%) yang RAGU-RAGU. Selanjutnya 14 responden (53,8%) berproses memaknainya sebagai suatu panggilan Tuhan untuk melayani, namun 9 responden TIDAK SETUJU atau tidak merasa terpanggil untuk memerankan rasul. Sedangkan yang RAGU-RAGU ada 3 responden (11,5%).
Ada berbagai niat baik yang diharapkan oleh responden dapat muncul setelah memerankan rasul. Sebagian besar berniat untuk dapat melayani dengan lebih baik di tengah keluarga, umat dan masyarakat. Ada 11 responden (40,7%) yang menyebut kata “baik” (lebih baik). 10 responden (37%) yang berniat untuk lebih “melayani” (“pelayanan”). Ada pula responden yang menyatakan ingin meneladan para rasul. Singkatnya, semua responden dapat menangkap pesan utama dari tindakan Yesus membasuh kaki para rasul / murid-Nya.
Rekomendasi
Setelah menganalisa data hasil kuesioner para calon pemeran rasul sebelum rekoleksi itu, dapat diberikan beberapa rekomendasi untuk Romo, DPP (khususnya Kabid dan tim kerja terkait), pengurus stalingkat dan seluruh umat Sanyos. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah:
- Penguatan kesadaran bersama akan pentingnya pemahaman yang tepat dan benar tentang perayaan liturgi pada khususnya dan ajaran Gereja Katolik pada umumnya. Pemahaman yang tepat dan benar akan membantu pengungkapan iman dalam perayaan liturgi sehingga semakin dilibati secara aktif dan bermakna. Akhirnya semua itu bermuara pada penghayatan iman dalam kehidupan sehari-hari. Itulah ciri beriman yang hidup dan dewasa.
- Katekese tentang liturgi maupun ajaran gereja perlu mendapat perhatian serius dari Romo dan DPP. Ditingkatkan pula kualitas isi maupun metodenya yang menjaman (up to date) lewat berbagai media online maupun offline.
- Iklim diskusi atau dialog seputar liturgi dan ajaran iman dibuka semakin luas dan mendalam.
- Persiapan / pembekalan / rekoleksi para petugas liturgi perlu terus ditingkatkan kualitasnya.
- Keterlibatan umat dalam perayaan liturgi maupun kegiatan gerejani lainnya yang semakin luas dan berkualitas perlu ditingkatkan secara konsisten.
- Kebijakan pastoral yang sesuai kondisi aktual umat paroki dan selaras dengan kebijakan gereja lokal (keuskupan) maupun universal perlu tetap dipertimbangkan dengan matang, berprinsip pemberdayaan dan berbasis data terkini. Selanjutnya kebijakan pastoral tersebut dikomunikasikan secara efektif kepada seluruh umat paroki.
Semoga peristiwa pembasuhan kaki para rasul/murid dalam Misa Kamis Putih dapat dimengerti dan dihayati pesan utamanya, yakni meneladan Yesus dalam mengasihi dan melayani sesama. Allah yang lebih dulu mengasihi dan melayani kita akan senantiasa memberkati setiap usaha kita dalam menghidupi iman, harapan dan kasih. *_*xty
—–
*keterangan featured image: para calon pemeran rasul sedang mengadakan gladi bersih (11 April 2019 atau seminggu sebelum Kamis Putih)
Kategori:AKTUALIA, Seputar Paroki