Kisah Inspiratif

Sedia Telinga dan Hati Untuk Mendengarkan

Kunjungan sosial Panitia Paskah

“Tin..tin..!” Ah..itu suara klakson mobil Jonni. Dia sudah datang menjemput. Bergegas aku keluar. Bersama Dheni dan Towan kami berangkat 1 mobil menuju gereja. Ya, hari ini kami akan pergi ke Banyumas, mengunjungi SLB Kuncup Mas, Panti Asuhan Bunda Serayu dan Panti Wreda Catur Nugroho, Kaliori.

Sesampainya kami di gereja, sudah banyak teman-teman panitia paskah yang lain berkumpul di sana. Segera kami memuat barang-barang yang hendak kami bawa. Satu bak mobil penuh berisi bingkisan sembako berupa beras, mi instan, minyak, gula, susu, peralatan tulis, dan lain-lain.

Sebelum berangkat kami berdoa bersama dipimpin Rm Kristiadji dan mendapat berkat khusus, agar misi kami berjalan lancar dan selamat. Pukul 09.30 tepat, tujuh mobil berisi 22 orang panitia paskah 2019 meluncur menuju Banyumas.

Tujuan pertama kami ke SLB Kuncup Mas. Setiba di sana, kami disambut dengan hangat oleh Bapak Tjatur Budi – sebagai pimpinan- beserta staf yang semuanya sangat ramah. Tidak ketinggalan hidangan es duren disuguhkan untuk menemani obrolan kami dengan Pak Tjatur.

Pak Tjatur menceritakan tentang anak didik di SLB ini ada 129 siswa, terdiri dari anak tunarungu, tunawicara dan tuna grahita yang rata-rata berasal dari Sokaraja, Banyumas, Kalibagor, Sumpiuh dan sekitarnya. Tetapi ada pula sebagian kecil yang dari Gombong, Cilacap, Purbalingga dan Jakarta. Sayang SLB ini tidak memiliki asrama. Mungkin kalau ada asrama bisa lebih banyak lagi siswanya, karena banyak yang menanyakan keberadaan asrama. Jadi bagi yang menginginkan asrama, Pak Tjatur menyarankan untuk ke Cilacap atau Banjar.

Saat ini jumlah siswanya sedang menyusut karena yang ikut ujian cukup banyak, ada sekitar 34 siswa, dan setelah lulus SMALB mereka akan meneruskan workshop.

Sebenarnya yang cocok untuk SLB adalah SMK. Tetapi untuk SMK dibutuhkan guru, ruangan dan alat ketrampilan khusus jurusan keahlian. Sementara itu SDM di sini terbatas sehingga yang dikembangkan adalah SMALB dengan ketrampilan seperti menjahit, boga dan teknologi informasi. Mereka kemudian dimagangkan di dunia usaha (misalnya di salah satu toko batik terkenal).

Sedangkan untuk anak tuna grahita diarahkan untuk mampu mandiri, minimal untuk diri sendiri sehingga tidak tergantung pada orang lain.

Harapan dari SLB ini yaitu bisa menangani 4 anak dengan 1 guru. Saat ini saja kebutuhan untuk 1 kelas dengan 1 guru tidak terlayani. Jadi masih butuh guru minimal 3 orang.

Obrolan masih asyik tetapi kami sudah harus mengakhirinya untuk melanjutkan kunjungan ke tempat berikutnya. Sebelum pamit, tidak lupa kami foto bersama.

Berbagi kasih dan perhatian

Pukul 10.30 kami berangkat dari SLB Kuncup Mas menuju Panti Asuhan Bunda Serayu. Kedatangan kami disambut oleh Sr. Theresa JMJ dan anak-anak panti yang ceria. Setelah menurunkan bingkisan, berupa sembako, kami bercengkerama dengan anak-anak dan foto bersama.

Total anak yang tinggal di panti ini ada 29 anak. Empat anak SMK, 3 di SMP, 12 di SD, 3 TK, 3 bayi dan sisanya belum sekolah. Selain anak yang beragama Katolik, ada pula yang beragama Kristen, Budha, Islam, tetapi semua dididik secara Katolik di panti asuhan ini. Namun apabila kembali ke orang tua terserah mereka.

Kebanyakan anak-anak penghuni panti ini berasal dari keluarga broken home atau korban KDRT dan bayi-bayi hasil hubungan di luar nikah, yang dititipkan karena orang tuanya masih sekolah/ kuliah. Perhatian dan kasih sayang sungguh dibutuhkan agar mereka dapat tumbuh sebagai pribadi yang baik.

Kunjungan kami di panti asuhan Bunda Serayu berakhir pukul 11.30. Selanjutnya kami beristirahat dan makan siang di warung Soto Gareng sebelum melanjutkan kunjungan ke tempat lain.

Dengan semangat dan tenaga yang baru karena habis diisi soto dan bakmi, kami meluncur ke Panti Wreda Catur Nugraha. Rencana awal, kami akan menghibur Oma Opa disana dan menyuapi mereka makan, tetapi kami terlambat sehingga mereka sudah makan sendiri. Tetapi acara hiburan tetap berjalan.

Sediakan waktu, telinga dan hati

Kami berkumpul di teras depan dan Azis yang sudah siap dengan keyboard nya, mengiringi salah seorang Oma yang senang menyanyi. Malahan kami yang merasa terhibur dengan nyanyian Oma itu. Beberapa teman menyanyi bersama dan merekam peristiwa yang membahagiakan ini.

Saya pribadi sejak sampai dan bersalaman dengan salah seorang Oma di sana, langsung diminta duduk di sebelahnya dan dia mulai cerita banyak hal. Jadi hampir sepanjang waktu saya di sana habis untuk mendengarkan satu oma ini.

Dia menceritakan keluarganya, teman-temannya di panti, tentang kesehariannya di sana, kekhawatirannya dan masih banyak lagi. Sampai akhirnya tiba saat pulang. Mau tidak mau obrolan terhenti dan kami kembali bersalam-salaman untuk pamit.

Saat bersalaman dengan seorang Oma yang lain – yang baru aku lihat karena ada di bagian belakang – dia mengucapkan terimakasih yang sangat karena kunjungan ini. Kemudian dia mulai bercerita tentang temannya yang barusan meninggal dan perasaannya. Saya hanya bisa menanggapi sebentar karena semua rombongan sudah meninggalkan ruangan dan hanya saya yang tertinggal.

Menjadi renungan bagi saya saat menuliskan ini, betapa mereka haus untuk bercerita dan didengar. Banyak sekali kunjungan dan sumbangan barang yang melimpah untuk mereka. Tetapi berapa banyak telinga yang disediakan untuk mendengarkan mereka ?

Di usia tua seringkali yang menghinggapi adalah perasaan kesepian. Dengan berbagai alasan berbeda yang mengumpulkan mereka ada di panti ini, adalah satu yang sama bahwa mereka sudah terlepas dari keluarganya.

Saya berpikir seandainya kita datang mengunjungi, sekalipun tidak membawa apa-apa dan hanya membawa diri, menyediakan waktu, telinga dan hati, mereka sudah sangat  senang. Kita sudah menjadi berkat bagi sesama.

Penulis:

Natalia Annie.jpg

Natalia Anie, Sekretaris Panitia Paskah 2019

 

 

 

 

 

 

 

6 replies »

  1. Ani….
    Supeeeer sekaliii….
    Aku sampai terharu membacanya….
    Kita harus bisa peka terhadap sekeliling kita yaaa…. Memberikan diri dalam pelayanan dan semakin tunduk di hadapan Tuhan…. 🙏🙏🙏

    Suka

  2. bagus An..melayani ..buat contoh..keperdulian kta thd yg kesepian..oma opa yg jauh dr anak cucu..

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.