DINAMIKA

Mgr. Tri Harsono Menghalau Mendung di Stasi Sokaraja

Sudah dua hari Minggu terakhir hujan deras turun di pagi hari. Dan minggu pagi ini (24 Maret 2019) mendung bergelayut, nampaknya hujan akan turun lagi. Hal ini tidak menjadi halangan umat di stasi St. Lukas Sokaraja untuk datang ke gereja. Tampak umat mulai berdatangan memasuki gedung gereja untuk merayakan ekaristi yang akan dimulai pk. 07.00 WIB. Tidak ada yang istimewa. Semua tampak berjalan seperti biasanya.

Namun ternyata pagi ini ada sesuatu yang istimewa dan bersejarah bagi umat Stasi Sokaraja. Tanpa sepengetahuan umat dan pengurus dewan stasi, Mgr. Christophorus Tri Harsono, gembala utama keuskupan Purwokerto sudah berada di halaman belakang gereja yang sedang dilakukan penataan untuk tempat parkir. Beliau diantar oleh mas Mistiyono yang dulu pernah menjadi koster di stasi Sokaraja dan sekarang menjadi sopir keuskupan. Bapak Uskup berencana untuk memimpin dan merayakan ekaristi bersama umat Sokaraja. Yang perdana di gereja Stasi ini.

Di sakristi terlihat kesibukan para petugas yang sedang bersiap-siap merapikan diri dan menenangkan hati. Para petugas liturgi sempat kaget namun juga senang ketika Bapak Uskup masuk ke sakristi. Mereka tidak menyangka akan melayani bersama Bapak Uskup. Begitu perarakan memasuki gereja, giliran umat yang dibuat kaget. Umat yang kebanyakan tidak melihat kedatangan Bapak Uskup tidak menyangka bahwa misa pagi ini akan dipimpin oleh Uskup-nya. “Loh ini kan Bapak Uskup? Kok mimpin misa di sini? Puji Tuhan”, kata bu Ria salah satu umat yang mengikuti misa di pagi ini bersama ke tiga anaknya.

Ya, kedatangan Mgr. Christophorus adalah sebuah kejutan bagi umat Sokaraja di Minggu pagi yang sejuk. Tidak ada persiapan apapun, tidak ada acara khusus untuk menyambut. Semua berjalan secara natural. Memang ini yang menjadi keinginan beliau, gembala yang ingin melihat “domba-dombanya” apa adanya. Beliau juga tidak ingin merepotkan pengurus gereja untuk mempersiapkan penyambutan yang menurut Bapak Uskup terkadang dilakukan berlebihan.

Dalam homilinya, pemimpin tertinggi di Keuskupaan Purwokerto ini berpesan kepada umat Sokaraja agar merayakan ekaristi sebagai satu kesatuan yang utuh. Bukan hanya datang ke gereja misalkan karena tertarik dengan kotbahnya romo, sehingga kalau romo tersebut bukan yang memimpin terus tidak datang ke gereja dan tidak ikut misa. Mengikuti misa adalah terlibat dalam nyanyian pujian, mendengarkan sabda Tuhan, mendengarkan kotbah, mengikuti segala upacara dalam misa dengan khidmat dan menyambut ekaristi sebagai puncaknya. Bila itu terjadi, umat stasi Sokaraja bisa dikatakan sebagai umat yang dewasa dalam hidup beriman.

Selesai merayakan ekaristi, Bapa Uskup kemudian menyapa umat yang sudah menanti di depan gereja. Beliau dengan ramah menyalami  umat dan juga melayani permintaan umat yang ingin foto bersama. Senyum dan tawa tidak pernah lepas dari wajah Bapak Uskup. Bapak Uskup kita ini sungguh sederhana dan rendah hati. Usai beramah-tamah Bapak Uskup berkenan makan pagi bersama umat.

Sudah menjadi kebiasaan di stasi Sokaraja selesai misa, diadakan makan pagi atau “sarapan” bersama romo dengan beberapa umat dan pengurus stasi. Makanannya pun yang menyediakan umat yang bertugas secara bergilir. Keluarga Bp. Jumono dari lingkungan Antonius Padua yang pagi itu mendapat tugas menyiapkan makan tidak menyangka kalau yang akan menikmati masakannya adalah Bapak Uskup. Bu Jumono yang memasak tentu saja merasa sangat senang.

Sambil menikmati sarapan terjadi pembicaraan yang akrab dan hangat. Tampak bergabung di meja makan, Bapak Uskup, romo Kristiadji dan beberapa pengurus stasi. Bapak Uskup meminta khususnya kepada pengurus untuk menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar gereja.

Sebelumnya, saat menangapi permintaan dari pak Pomo selaku ketua DPS pada waktu memberikan sambutan di akhir misa, Bapak Uskup berpesan untuk terus meningkatkan kemandiran stasi, meningkatkan kedewasaan umatnya yang satu visi dan tercermin dengan tidak adanya kelompok-kelompok yang saling berebut pengaruh di dalam gereja. Selain itu umat dan pengurus stasi perlu terus menjalin komunikasi dengan romo paroki beserta pengurus DPP St. Yosep selaku induk dari stasi Sokaraja. Dengan demikian cita-cita untuk suatu gereja paroki, baru akan bisa dilaksanakan. Sekali lagi ditekankan oleh Bapak Uskup, untuk menjadi sebuah paroki bukan hanya tergantung pada banyaknya jumlah umat, namun lebih pada kedewasaan iman umat dan sejauh mana gereja stasi Sokaraja bisa mandiri dalam segala hal.

Tidak terasa waktu beranjak semakin siang. Bapak Uskup pun pamitan. Beliau merasa sangat senang bisa merayakan ekaristi dan menerima sambutan yang natural dari umat Sokaraja. Selain itu Mgr Tri senang melihat keadaan umat Katolik Sokaraja yang penuh semangat dalam menghidupi gereja kecil ini. Terimakasih Bapak Uskup. Semoga Bapak Uskup selalu sehat dan tidak kapok untuk mampir “sarapan” di gereja St. Lukas Sokaraja.

Dan mendungpun seakan tahu diri. Dia berlalu dan tidak menurunkan hujannya. Langit kembali cerah, secerah hati umat yang mendapat kunjungan dan ekaristi bersama gembalanya. Terima kasih ya Tuhan atas kejutan yang indah di pagi ini. Berkah Dalem.

Penulis:

Beny Santoso

Beny Santoso Lingk St. Yohanes Paulus II

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.