DINAMIKA

Perayaan Natal, Tahun Baru dan Aksi Natal St. Monika Sanyos

Sinar kasih dalam perayaan Natal dan Tahun Baru

Selasa, 08 Januari 2019 pukul 11.00 WIB, Ibu-ibu yang tergabung dalam Perhimpunan Warakawuri Katolik (PWK) St. Monika Paroki St. Yosep merayakan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Perayaan itu berlangsung di kediaman Ibu Inge dan dihadiri oleh 44 orang anggota St. Monika.

Perayaan diawali dengan Misa yang dipimpin Romo Kristiadji MSC. Setelah misa dilanjutkan ramah tamah dan makan bersama dengan masakan yang merupakan hasil karya Ibu-ibu St Monika sendiri. Ibu-ibu bergembira dan penuh sukacita dalam merayakan Natal menyambut kehadiran Yesus sang Mesias apalagi setelah mendengar homili Romo. Diinspirasi oleh kisah 3 Orang Majus yang bersukacita melihat bintang dan begitu percaya bahwa mereka akan menemukan Bayi Yesus. Orang yang percaya pasti rendah hati, siap terbuka untuk menerima dan mendengar, mau dituntun untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Semoga Ibu-ibu St Monika semakin bersinar  memberi kesaksian kasih karena sudah berjumpa dengan Yesus.

Aksi Natal Kunjungi Romo Lansia

Keesokan harinya, Rabu, 9 Januari 2019 perwakilan dari Ibu-ibu St. Monika melanjutkan perayaan Natal dengan aksi nyata mengunjungi Para Romo Lansia. Pukul 07.00 WIB, 16 Ibu dengan didampingi Romo Kris berangkat dari gereja Sanyos menuju Purworejo.

Sekitar pukul 10.00 WIB rombongan tiba di Gereja Santa Perawan Maria Purworejo untuk menemui Romo Stefanus Tri Suprationo, MSC. Tak lama kemudian Ibu-ibu bersama Rm Tri bergerak menuju Biara MSC yang berada sekomplek dengan Rumah Pengobatan Romo Loogman.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Tiba di Biara MSC kami disambut dengan penuh kehangatan oleh Rm Hadi, Rm Yatno, Rm Swi dan Rm Miranto. Kami duduk di ruang makan biara dan berbincang santai dengan para romo. Romo Hadi yang berusia di atas 80 tahun dan menggunakan tongkat saat berjalan, bercerita bahwa beliau pernah beberapa bulan tinggal di paroki St. Yosep Purwokerto. Sedangkan romo Yatno yang pernah bertugas sebagai Romo Paroki St. Yosep tahun 2013-2015 terlihat sehat dan bisa membantu di karya pengobatan Romo Loogman. Yang paling heboh adalah romo Swibaktata yang sampai saat ini masih berkarya sebagai pengusada di karya sosial milik MSC itu. Jabat tangannya yang sangat kuat meremas tangan Ibu-ibu dan sapaannya “masih waras?” membuat Ibu-ibu meringis  kemudian tertawa. Sedangkan Romo Miranto saat ini mengemban tugas sebagai Romo Pemimpin MSC Komunitas Daerah Jawa Tengah-Kalimantan Selatan.

Setelah sekitar 45 menit, perjumpaan hangat yang disertai canda tawa itu kami akhiri dengan menyanyi bersama lagu Hidup Ini Adalah Kesempatan. Sebelum berpamitan, tak lupa kami memberi talikasih sekedarnya dan berfoto bersama.

Setelah itu kami melanjutkan kunjungan ke Rumah Doa Kesepuhan (RDK) yang hanya berjarak sekitar 1 Km dari Biara MSC. Kami disambut dengan sangat ramah oleh Romo Wignyosoemarto, MSC dan dipersilahkan untuk menuju ruang rekreasi. RDK ini berada satu komplek dengan rumah Postulat MSC dan rumah Yuniorat Bruder MSC.

Selain dengan Romo Wignyo sebagai Pemimpin Komunitas RDK, kami juga berjumpa dengan romo Sukirdi, MSC dan romo Yos Santoso, MSC yang sudah purna tugas. Meski sudah sepuh dan dalam kondisi sakit namun para romo ini terlihat ceria dan menyambut kami dengan hangat. Kami langsung terlibat dalam perbincangan akrab. Romo Wignyo mengenalkan para Romo dan kehidupan harian di RDK.

Ibu-ibu St. Monika sangat senang dan gembira bisa bertemu dengan Romo-romo kita yang sudah sepuh namun masih semangat dan setia dalam menjalankan panggilannya sebagai Romo. Perbincangan kami sangat menyenangkan, serius tetapi kadang diselingi canda yang membuat Ibu-ibu tertawa.

Romo Kirdi menceritakan kondisi kesehatannya dan tugasnya di RDK sebagai pendoa bagi tarekat, Gereja dan seluruh umat. Selain itu beliau berkisah tentang pengalamannya mendampingi Ibu-ibu St. Monika di beberapa paroki seperti Pekalongan, Tegal dan Purworejo. Romo Kirdi pernah ikut arisan Ibu-ibu dan menyumbangkan kembali hasil arisan itu untuk kas kelompok St. Monika. Romo Kirdi juga mendorong Ibu-ibu untuk rajin berdoa, berkegiatan sosial, mengadakan iuran untuk kas dan menghadiri pertemuan Ibu-ibu St. Monika sekeuskupan.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Bu Stefani sebagai Ketua PWK St. Monika paroki St. Yosep Purwokerto juga bercerita tentang kegiatan Ibu-ibu St. Monika, antara lain ziarek yang selalu disertai kegiatan sosial. Beberapa tempat yang pernah dikunjungi antara lain Panti Sahabat Kita Purworejo, Wisma Emaus Girisonta, aksi sosial membantu korban tanah longsor di daerah Kaligesing Purworejo, dan sebagainya. Dalam kunjungan dan aksi sosial itu, Ibu-ibu St. Monika terutama membawa hati yang mau mengasihi. Dan bila ada bingkisan yang diberikan, itu hanya sedikit atau tak seberapa harganya namun menjadi wujud kasih dan perhatian tulus dari kami.

Baca juga: Ziarah St. Monika dan Perjumpaan Yang Meneguhkan

IBU dan doa bagi para Romo agar tetap 3S

Romo Wigyo menanggapi sharing bu Stefani dengan mengungkapkan rasa terima kasih dan kegembiraan karena kunjungan Ibu-ibu yang membawa hati. Ini menjadi sangat bernilai sebagai wujud kasih dan perhatian kepada para romo lansia. Romo Wignyo juga menyampaikan bahwa para Romo Lansia di RDK seluruh hidupnya sudah ditanggung okeh Tarekat jadi tidak khawatir tentang beaya pengobatan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Para romo lansia bersyukur dan tidak merasa sendirian tetapi tetap merasa menjadi bagian dari tarekat dan umat.

Romo Wignyo yang masih berkarya di karya sosial pengobatan radiesthesi Romo Loogman ini, juga menyampaikan bahwa kehadiran Ibu-ibu sangat berarti. Menurut romo Wignyo, I B U itu merupakan singkatan dari “Inti Budi Utama”. Ibu-ibu hadir membawa keutamaan (seperti kasih, kelemahlembutan, kesabaran, pengorbanan, dll) di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.

Romo Wignyo juga meminta doa dari Ibu-ibu St. Monika  agar para romo dapat tetap “3S”. Yang dimaksud dengan 3 S adalah Suci, Setia dan Sederhana.

  • menjadi Imam yang SUCI berarti para romo dapat tetap dekat dengan Tuhan agar dikuduskan dan dapat menguduskan orang lain lewat karya dan doa.
  • menjadi imam yang SEDERHANA berarti tidak neko-neko, mudah bergaul dan terbuka menerima siapa saja baik yang tua, muda, yang berkecukupan, yang tidak mampu, dan sebagainya.
  • menjadi imam yang SETIA, meski jatuh bangun tetapi tetap bertahan menghayati tugas dan panggilanNya.

Untuk itu Romo Wignyo hanya meminta Ibu-ibu St Monika untuk berdoa 1 kali Salam Maria setiap hari bagi para imam agar hidup Suci, Sederhana dan Setia.

Tepat pada saat itu, pukul 12.00 WIB, kami berdoa Angelus (Malaikat Tuhan) bersama-sama. Kami sempat melanjutkan perbincangan, namun tak lama kemudian kami mengakhirinya dengan berdoa bersama yang dipimpin Romo Wignyo dan memberikan berkat Tuhan.

Setelah itu Ibu-ibu St Monika diajak melihat kapel tempat doa dan ekaristi para romo lansia, para postulat dan yuniorat bruder MSC. Lalu berkeliling kompleks RDK melihat 8 kamar para romo lansia dan ruang museum MSC. Di ruangan seluas sekitar 4 x 8 meter ini disimpan benda-benda berupa pakaian liurgis, foto, buku, mesin ketik dan berbagai pernak-pernik yang pernah digunakan dalam pelayanan para romo MSC dari beberapa daerah di Indonesia. Museum ini digagas dan dikelola oleh Romo Wignyosoemarto, MSC.

Sekitar pukul 12.45 kami mengakhiri kunjungan ke RDK. Ketika akan meninggalkan RDK, kami sempat berjabat tangan dengan para postulat (calon MSC), bruder yuniorat dan Romo La Edi MSC selaku pembina mereka.

Bersama romo Wignyo, romo Kirdi, romo Stef Tri dan romo Kris, kami menuju ke rumah makan yang tidak jauh dari komplek RDK.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Tepat jam 14.00 WIB, Ibu-ibu St. Monika melanjutkan perjalanan ke Pantai Jati Malang, Kecamatan Bagelen Purworejo bersama romo Stef Tri dan romo Kris. Sedangkan romo Wignyo dan romo Kirdi kembali ke RDK. Di pantai Jati Malang, kami menikmati es kelapa muda dan berfoto bersama. Rasa syukur dan sukacita kami rasakan. Angin kencang dan awan gelap yang menggantung di sisi utara membuat kami memutuskan untuk bersiap-siap meninggalkan pantai. Ternyata hujan tidak turun di sekitar pantai namun hanya mengguyur di daerah sebelah utara jalan Daendels.

Kami meninggalkan pantai Jati Malang pukul 17.00 dan tiba dengan selamat di Purwokerto sekitar pukul 21.00 WIB. Syukur pada Allah atas pengalaman kebersamaan dan perjumpaan dengan para romo yang membuat kami bersukacita dan tetap semangat dalam doa dan pelayanan sebagai Ibu-ibu St. Monika. Semoga sharing pengalaman sederhana ini juga dapat membawa sukacita karena kasih Yesus sendiri yang memancar dari HatiNya.

Penulis:

Bu Yetty Purnawan

Agnes Yetty Purnawan,
Sekretaris PWK St. Monika Paroki St. Yosep

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.