RENUNGAN

Meneladan Keluarga Kudus, “Masih Perlukah?”

Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria, Yusuf (30 Desember 2018)

1Sam 1:20-22,24-28 atau; Mzm. 84:2-3. 5-6.9-10; 1 Yoh. 3:1-2.21-24; Luk. 2:41-52.

Diterbitkan oleh Tim Kerja Kitab Suci – DPP. Santo Yoseph Purwokerto

Kel Nazaret-1Bahagia adalah dambaan setiap orang. Kebahagiaan seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan keluarganya. Jikalau keluarganya tenang, tentram, penuh kasih, dan harmonis maka orang akan mudah merasa bahagia.

Usaha apa yang bisa kita lakukan?

Meneladan Keluarga Kudus kiranya perlu kita lakukan, dengan cara menimba kebijaksanaan dan kebajikan dari padanya. Yusuf seorang yang tulus hati, jujur dan taat  kepada Tuhan. Ia adalah teladan terbaik bagi peran kebapakan dalam melindungi dan memelihara keluarga. Kita sering merasa takut, ragu, bimbang dan merasakan kesulitan lainnya dalam menjalankan hidup berkeluarga. Yusuf pun merasakan hal yang sama seperti yang sering kita rasakan. Ketika mendengar Maria hamil, keraguan dan kebimbangan itu ada akan tetapi Yusuf tetap berpegang teguh kepada Tuhan. Ketika Tuhan mengutus Yusuf untuk membawa Yesus dan Maria ke Mesir, Yusuf dengan setia mengikutinya meskipun sangat menderita tinggal di pengasingan dan dihantui kecemasan. Demikian pula ketika Tuhan mengutusnya untuk kembali ke Israel, Yusuf dengan patuh dan setia melindungi keluarga mengikuti perintah Tuhan.

Dalam menjalankan kehidupan berkeluarga pasti ada saat kita dihadapkan dengan rasa ragu, cemas, bimbang, takut dan dalam mengatasi segala kesulitan, sudah sepatutnya kita  meneladani Yusuf yang selalu bersandar dan patuh kepada Tuhan.

Kita juga harus meneladani Maria, seorang yang sabar, penuh kasih, rendah hati, dan  sederhana serta menyimpan semua perkara di dalam hatinya dan membawa segalanya dalam doa. Maria setia dan patuh kepada Tuhan. Dengan rendah hati mengatakan “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu.” Kerendahan hati seorang Maria sudah selayaknya kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Yesus meskipun putra Allah tetap rendah hati dan taat dalam asuhan kedua orangtuanya. Sebagai manusia kita makhluk yang dikasihi Tuhan tetapi kita hanyalah pelayan Tuhan, di mana sikap rendah hati adalah kunci utama dalam pelayanan bagi sesama. Dalam penderitaan Yesus, Maria setia  mengikuti putranya. Ia adalah teladan yang dapat menyempurnakan iman kita.

Anak-anak perlu mendapatkan nilai-nilai keutamaan kristiani melalui sikap, perkataan dan keteladanan orangtuanya agar beriman teguh, mempunyai perhatian dan belas kasih kepada sesama. Dengan meneladani keluarga Kudus menjadikan kita sebagai orang tua memberikan teladan yang baik bagi  anak-anak.

Marilah kita renungkan dan kita teladani Keluarga Kudus, karena keluarga kita adalah  anugerah Tuhan dan sarana yang dapat menguduskan kehidupan. Sebagai anggota keluarga kristiani hendaklah selalu mensyukuri kehadiran Tuhan yang cintaNya tidak  berkesudahan. Mendengarkan dengan hati bersih saat Tuhan berbicara  kepada kita.

Berkah Dalem.

MONICA  R.WIDIASTUTI

Lingkungan St. Paulus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.