Hari Minggu Adven IV (23 Desember 2018)
Mi. 5:1-4a; Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19; Ibr. 10:5-10; Luk. 1:39-45.
Diterbitkan oleh Tim Kerja Kitab Suci – DPP. Santo Yoseph Purwokerto
“Siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? “ (Lukas 1:43)
Bapak/Ibu dan Saudara/I yang terkasih didalam Yesus Kristus
Beberapa waktu yang lalu paroki kita berproses perekrutan prodiakon paroki. Proses perekrutan dilakukan di lingkungan-lingkungan. Kalimat yang sering terdengar dan disampaikan ke Tim Formatur oleh ketua atau pengurus lingkungan adalah : “Pak, susah cari prodiakon. Warga yang ditunjuk atau diminta menjadi prodiakon sering menjawab, ‘jangan saya, saya belum pantas’. Kalimat ‘jangan saya, saya belum pantas’ mungkin juga pernah kita ucapkan. Kita merasa tidak pantas dan tidak layak karena kita merasa diri sangat berdosa. Pengalaman ini pernah saya alami. Suatu ketika saat pertama kali ikut dalam pelayanan sebuah acara besar, ketika itu saya diminta untuk bergabung dalam kepanitiaan. Saya bertanya kepada ketua panitianya : “Siapalah saya ini sehingga saya dipercaya untuk melayani hal–hal besar dalam acara ini?” Ketua panitia lantas menjawab : “Bukan saya dan panitia yang lain yang memantaskan atau melayakkan anda, melainkan Tuhan sendiri yang melayakkan anda.” Jawaban tersebut sontak membuat saya terharu, karena Tuhan masih memberi kesempatan dan melayakkan saya yang telah sangat berdosa kepada-Nya untuk melayani-Nya melalui sesama.
Bapak/Ibu dan Saudara/I yang terkasih didalam Yesus Kristus
Merefleksikan bacaan Injil hari ini, saya merasa diingatkan kembali bahwa pelayanan yang saya lakukan selama ini adalah berkat karya tangan kasih-Nya. Jujur saya terkadang merasa sombong rohani ketika pelayanan saya dipuji oleh orang lain. Saya merasa itu adalah kerja keras dan pemikiran saya. Mungkin apa yang saya alami ini juga pernah Bapak/Ibu/Saudara/i alami juga.
Hari ini Bunda Maria memberi teladan kepada kita semua akan sikap rendah hati. Sikap rendah hati ini ditunjukkan oleh Bunda Maria bukan dengan perkataan melainkan dengan perbuatan yaitu dengan mengunjungi Elisabeth saudaranya. Padahal Bunda Maria adalah wanita pilihan Tuhan untuk mengandung Tuhan Yesus. Bunda Maria adalah Ibu Tuhan. Maka mari kita sama–sama belajar meneladan Bunda Maria untuk terus menerus bersikap rendah hati dan membuka hati agar Tuhan selalu berkarya dalam setiap pelayanan yang kita lakukan. Hanya dengan sikap rendah hati, kita dapat melayani orang lain dengan sepenuh dan setulus hati. Marilah terus bertekun dalam berdoa dan ber-Ekaristi, sehingga kita semakin dekat dengan Tuhan dan selalu berjalan di jalan kebenaran-Nya.
Bapa yang baik, kami mengucap syukur dan terima kasih karena kami yang sangat berdosa ini telah Engkau beri kesempatan untuk menjadi perpanjangan tangan-Mu dengan melayani orang lain dan mewartakan kabar sukacita-Mu. Ampuni kami yang terkadang sombong rohani, ajari kami ya Bapa untuk terus bersikap rendah hati dalam setiap pelayanan kami. Amin.
Berkah Dalem.
WILLY KITY 19
Lingkungan St. Yosep
Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu