KRITERIA YANG LUAR BIASA
- Di dalam Injil Matius bab 25 (ayat 31-46), Yesus mengembangkan Sabda Bahagia yang menyebut orang yang murah hati berbahagia. Jika kita mengusahakan kekudusan yang berkenan di mata Allah, teks ini menawarkan kepada kita satu kriteria yang jelas yang terhadapnya kita akan dihakimi. “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (ayat 35-36).
Dalam kesetiaan kepada Sang Guru
- Kekudusan, kemudian, bukan tentang jatuh pingsan dalam pengangkatan mistik. Sebagaimana dikatakan oleh Santo Yohanes Paulus II : “Jika kita benar-benar memulai sesuatu yang baru dari permenungan akan Kristus, kita harus belajar untuk melihat Dia terutama dalam wajah orang-orang yang ingin Ia serupakan”.[79] Teks Matius 25:35-36 “bukan undangan sederhana untuk beramal : teks tersebut adalah halaman Kristologi yang menyoroti seberkas sinar pada misteri Kristus”.[80] Dalam panggilan untuk mengenali Dia di antara orang miskin dan orang yang menderita ini, kita melihat terungkapnya hati Kristus, perasaan dan pilihan-Nya yang paling dalam, yang berusaha diteladani oleh setiap orang kudus.
- Mengingat tuntutan-tuntutan Yesus yang tanpa kompromi ini, tugas sayalah meminta umat kristiani untuk mengenali dan menerima mereka dalam semangat keterbukaan yang tulus, sine glossa. Dengan kata lain, tanpa “jika atau tetapi” apapun juga yang bisa mengurangi kekuatan tuntutan-tuntutan tersebut. Tuhan kita menjadikannya sangat jelas bahwa kekudusan tidak dapat dipahami atau dihayati terpisah dari tuntutan-tuntutan ini, karena belas kasihan adalah “denyut jantung dari Injil”.[81]
- Jika saya menjumpai seseorang yang tidur di luar rumah pada malam yang dingin, saya dapat melihatnya sebagai pengganggu, pemalas, penghambat jalan saya, pemandangan yang mengganggu, masalah bagi politisi untuk menyelesaikannya, atau bahkan seonggok sampah yang mengacaukan ruang publik. Atau saya dapat menanggapi dengan iman dan amal kasih, dan melihat dalam diri orang ini seorang manusia dengan martabat yang serupa dengan martabat saya, makhluk yang sangat dikasihi oleh Bapa, citra Allah, saudara atau saudari yang ditebus oleh Yesus Kristus. Itulah apa yang terjadi pada orang kristiani! Dapatkah kekudusan entah bagaimana dipahami terlepas dari pengakuan yang hidup atas martabat setiap manusia ini? [82]
- Bagi umat kristiani, hal ini mencakup ketidaknyamanan yang terus menerus dan menyehatkan. Bahkan tidaklah memadai jika membantu satu orang saja dapat membenarkan seluruh upaya kita. Para uskup Kanada menjelaskan hal ini ketika mereka mencatat, misalnya, bahwa pemahaman biblis tentang tahun Yobel adalah lebih dari sekadar melakukan perbuatan-perbuatan baik tertentu. Pemahaman tersebut juga berarti mengusahakan perubahan sosial : “Bagi generasi-generasi selanjutnya juga yang akan dicanangkan, dengan jelas tujuannya adalah pemulihan sistem sosial dan ekonomi yang adil, sehingga tidak ada lagi pengecualian”.[83]
[80] Idem.
[81] Bulla Misericordiae Vultus (11 April 2015), 12: AAS 107 (2015), 407.
[82] Kita dapat mengingat reaksi Orang Samaria yang Baik ketika bertemu dengan orang yang diserang oleh para penyamun dan ditinggalkan hampir mati (bdk. Luk 10:30-37).
[83] KOMISI URUSAN SOSIAL KONFERENSI WALIGEREJA KANADA, Surat Terbuka untuk Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Kepentingan Umum atau Pengecualian : Sebuah Pilihan untuk Rakyat Kanada (1 Februari 2001), 9.
Kategori:KATEKESE, Seruan Apostolik