Hari Jumat merupakan hari terakhir dari sesi terapi yang harus saya jalani secara rutin selama 6 bulan di rumah sakit.
Pada saat visit dokter terjadi percakapan berikut :
Dokter : “Setelah selesai sesi terapi ini, akan dilakukan cek menyeluruh. Jika hasilnya baik maka 3 bulan berikutnya di cek lagi, selanjutnya 6 bulan. Kemudian setiap tahun dicek untuk memantau kondisi kesehatan.”
Aku : “Kalau ternyata hasilnya tidak baik bagaimana Dokter?”
Dokter : “Akan diulangi prosesnya dari awal lagi.”
Makjleb… galau tingkat dewa. Kalau hasil lab tidak baik bagaimana?? Aduh Tuhan bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan???
Perlu diketahui, pada akhir Maret’18 saya divonis menderita tumor colon sigmoid dan terapi yang saya jalani adalah untuk memastikan tidak ada lagi yang tersisa.
Jumat sore (31 Agustus 2018), selesai terapi saya pulang. Di perjalanan saya terus berpikir bagaimana..bagaimana..bagaimana..
Kebetulan malam itu ada pertemuan pengurus staling (stasi dan lingkungan) di Paroki St. Yosep pukul 18.00 WIB. Sebelumnya saya sudah menghubungi pengurus yang lain untuk hadir. Tapi entah mengapa di hati ada keinginan besar untuk hadir di pertemuan tersebut.
Saya tiba di rumah pkl. 18.30. Setelah mandi saya sempat ndhredeg (gemetar) kedinginan karena pemanas air lagi error. Sampai saya sempat berdoa, “Tuhan tolong biarkan air yang keluar dari kran ini sedikiiittttt saja hangat”. Dan ternyata memang kemudian terasa agak hangat sedikit. Akhirnya saya berangkat terlambat ke pertemuan itu.
Datang terlambat, saya duduk di baris paling belakang, setelah sebelumnya bikin heboh karena tumpukan kursi yang tersandar di dinding merosot terjatuh dan menimbulkan bunyi keras.
Saya duduk manis mendengarkan Romo Toro berbicara dan dilanjutkan dengan kesaksian iman dari Ibu Kartika (salah seorang pengurus lingkungan).
Kesaksian Ibu Kartika yang menceritakan kisah hidupnya, bagaimana Tuhan membentuk dan menjadikannya sampai sekarang ini sungguh seperti jawaban atas kegalauan saya. Bagaimana 14 tahun lalu dia divonis CA (selisih 2 tahun dari usia saya saat ini) dan sekarang beliau sudah terbebas dari CA.
Pulang pertemuan staling, pada saat hening malam saya berpikir, dan sampai pada kesimpulan bahwa “sebelum saya berlutut dan bertanya pada Tuhan, Dia sudah sediakan jawaban atas kegalauan saya”.
Saya baru menyadari kenapa ada keinginan yang begitu besar untuk hadir pada pertemuan tersebut. Ternyata Tuhan mengetuk hati saya dengan jelas dan berkata: “Datanglah pada pertemuan Staling. Aku hendak berbicara kepadamu lewat Ibu Kartika”.
Terima kasih Bu Kartika yang telah dipakai Tuhan untuk memberi jawaban atas kegalauan saya.
Aku teringat akan Sabda Yesus, “Datanglah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberimu kelegaan.” (Mat 11:28)
Terasa lega hati saya. Tuhan lebih dulu mengerti apa yang saya butuhkan. Semoga saya makin percaya dan mau datang kepada-Nya.
Tuhan begitu mengasihi dan selalu menuntun langkah kita, hanya tergantung kepekaan kita untuk menyadari dan menanggapi sapaanNya.
Berkah Dalem.
Penulis:

Rina Suhandi
Kategori:Kisah Inspiratif, RENUNGAN
1 reply »