lbu
Manakala kesabaranmu dipermainkan
Manakala harga dirimu dipertaruhkan
Manakala tubuhmu terkoyak-koyak
Tigaratus limapuluh tahun kau tetap tegar
Kau tetap tegak disela sela terjangan dan hunjaman
Senyummu tersungging terjaga
Ketika itu tanganmu lebar mengembang
Merangkul anak-anakmu yang tercerai berai
Memondong satu persatu dengan penuh cinta
Dengan kain rajutan merah putih penuh makna
lbu
Tanahmu kau jaga dengan tumpahan darah mulia
Anak-anakmu kau lindungi dengan tetesan air mata
Rumahmu kau hiasi dengan rupa-rupa warna
Membawa kepada rasa cinta bersama
lbu
Tatkala kau undang mereka
Dengan semangat anak-anakmu menyapa
Ahu halak Batak
Ambo urang Padang
Abdi teh orang Sunda
Kula piyantun Jawi
Inyong wong Banyumas
Tyang saking Bali
Beta orang Ambon
Nakke orang Makasar
Sa orang Papua
Dengan senyum bijak nan tegas lbu berkata
Kalian orang Indonesia
Satu Nusa Satu Bangsa .. Satu Bahasa.
Indonesia
lbu
Ketika anak-anakmu berkembang remaja
Berlari menuju kemandirian dewasa
Kau tetap setia menjaga
Kau tuntun anak-anakmu menuju bahagia
Kau bekali mereka dengan jiwa merah putih
Biar melekat erat kalian Indonesia
lbu
Mengapa mengapa
Kini kulihat kau murung belaka
Kupandang sayu merona
Mata basah berkaca
Senyum seolah tak berjiwa
lbu
Jangan hiraukan mereka
Anak-anakmu yang berseru beda
Ketika perbedaan disalah makna
Ketika keberagaman jadi kendala
Mencari halusinasi tiada kentara
Duh Gusti .. mohon Engkau bersabda
Kuatkan Ibunda
Biarkan senyumnya teduh menyepuh
Biarkan kakinya tegak menyangga
Biarkan tangannya unggul merangkul
Anak-anaknya yang mencoba lari menjauh
lbu
Aku masih ada
Di sisimu menjaga
Dengan kobaran merah putih di dada
Dengan semangat garuda
Dengan cinta membara
lbu
Jiwaku kuserahkan padamu
Ragaku kuberikan demimu
Engkau tahu lbu
Aku cinta lbu
Aku cinta negeriku
Aku cinta bangsaku
Ibu
lbu
lbu Pertiwi
Purwokerto, 15 Agustus 2018

Benedictus Widiyanto – Lingk Stefanus
Kategori:KPKC, Puisi Kebangsaan
KOMENTAR TERBARU