Program yang tertunda
Minggu, tanggal 29 Juli 2018, pukul 00.00 WIB sejumlah 31 orang anggota DPP Bidang Liturgi Paroki St. Yoseph Purwokerto beserta keluarga siap mengadakan ziarek. Kami semua telah siap duduk manis di bus Teguh Muda yang sudah terparkir di halaman gereja. Diawali dari doa bersama yang dipimpin oleh Bpk. Vincentius Marwoto selaku kabid tim Liturgi, kami berangkat menuju kota Wonosobo, ke tujuan pertama kami yaitu Gua Maria Taroanggro (Taman Rohani Anggrung Gondok).
Ziarek ini menjadi salah satu dari sekian banyak program kerja Bidang Liturgi. Kegiatan ini dirasa perlu untuk penyegaran rohani dan semangat kebersamaan di sela-sela padatnya kegiatan pelayanan. Pelayanan keliturgian memerlukan waktu yang lebih dibandingkan dengan bidang pelayanan yang lain. Hal ini disadari karena liturgi bisa dikatakan adalah ‘roh’nya gereja dalam artian umat. Pelayanan liturgi adalah pelayanan yang setiap saat dibutuhkan mulai dari misa harian, mingguan, hari-hari Raya dan hari besar. Ada juga perayaan-perayaan khusus yang dipandang oleh paroki sebagai inkulturasi*), misalnya perayaan ekaristi tahun baru Cina, atau yang lazim disebut Imlek, dan perayaan ekaristi tahun baru Jawa atau lebih dikenal Suro, dan lain-lain.
Ziarah dan rekreasi ini sebenarnya merupakan program tahun lalu yang tertunda, sehingga di tahun 2018 ini diprogramkan kembali. Adapun maksud dan tujuannya ialah untuk memberi spirit atau semangat pelayanan dalam kebersamaan sebagai pelayan Tuhan. Dalam melaksanakan kegiatan keliturgian tidak bisa lepas dari dukungan keluarga, maka keluarga bidang liturgi pun menjadi bagian yang penting untuk dilibatkan dalam kegiatan ziarek ini.
Kagum dan bersyukur atas ciptaanNya
Ternyata perjalanan sangat lancar, sampai-sampai kami telah tiba sebelum waktu yang dijadwalkan. Suhu udara di luar diperkirakan sekitar 12-13 derajat Celcius. Karena cukup dingin, semua anggota memakai syal dan jaket tebal seperti yang telah disarankan oleh panitia ziarek. Pukul 03.00 WIB, 2 mini bus telah siap untuk membawa kami menuju Posong untuk melihat matahari terbit. Di Posong, jangan ditanya lagi, tentunya suhu lebih dingin lagi daripada di Taroanggro. Sambil menunggu matahari terbit, beberapa dari kami ada yang mencari kehangatan (mendoan dan kopi) di warung terdekat, ada juga yang kreatif membawa selimut dari bus, sampai selimut tersebut jadi rebutan warga, ada juga yang langsung siap mencari spot foto tercantik jadi kami bisa langsung ber-pose tanpa mengantri.
Kami beruntung sekali karena hari itu langit sangat cerah. Fajar yang menyingsing menyinari gunung Sumbing dan gunung Sindoro di pagi hari menghasilkan warna yang luar biasa indahnya. Bulan pun masih bertengger di puncak pohon cemara walaupun di ufuk timur matahari sudah mulai memancarkan sinarnya. Tak habis-habisnya kami bersyukur dan mengagumi ciptaan Tuhan kita yang sungguh luar biasa. Tentunya kami juga tak habis-habisnya berfoto bersama dalam kesempatan langka ini.
Kebersamaan dan keceriaan dalam pelayanan
Kembali ke Taroanggro, kami mengadakan misa di gua Adorasi dipimpin oleh Romo tercinta kita Agustinus Dwiyantoro, Pr. Suasana misa sungguh sangat syahdu. Kami berdoa dengan khusyuk. Dalam homilinya Romo berpesan supaya kita semua harus siap untuk selalu melayani, bekerja di ladang Tuhan, jangan mudah menyerah dan selalu membina kerja sama bagi kita semua, umat paroki Santo Yoseph.
Setelah misa, sambil menghangatkan badan kami semua memainkan game yang sudah disiapkan oleh seksi acara, Pak Yohanes Nunung, yaitu game menara dan game tali tambang.
Mengadaptasi pesan Romo Toro tadi, kami jadi sadar bahwa kerja sama dan komunikasi itu sangat penting untuk menyelesaikan misi. Tidak peduli siapa yang menang, yang penting kami sudah berpartisipasi dan bergembira bersama dalam kebersamaan. Dan ternyata hadiahnya sudah disiapkan sesuai jumlah peserta, jadi tidak ada yang sedih dan kecewa karena tidak mendapat hadiah.
Bersyukur dalam segala situasi
Dari Taroanggro, kami melanjutkan perjalanan menuju Gua Maria Kerep di Ambarawa. Di tengah perjalanan kami sempat berhenti untuk mengganti ban bus yang lecet terkena besi perbaikan jalan. Walaupun sedikit tegang, keceriaan kami tetap terjaga karena kami percaya semuanya sudah diatur oleh Tuhan, dan ingat untuk selalu bersyukur dalam segala situasi. Tidak terlalu lama, bus telah siap kembali untuk melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Gua Maria Kerep Ambarawa, kami berdoa Rosario bersama di taman doa, dipimpin oleh Ibu Lily Karlina selaku ketua panitia ziarek ini.
Dari Ambarawa, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Kami segera melanjutkan perjalanan menuju Eling Bening. Kami semua bertanya-tanya, seperti apa sih Eling Bening itu? Ternyata Eling Bening itu adalah tempat rekreasi yang terdiri dari restauran, kolam renang, outbound, dan lain-lain. Yang jelas Eling Bening itu tempat yang cocok sekali untuk melihat pemandangan Danau Rawa Pening dan berselfie ria. Saking cerianya kami, dalam perjalanan dari tempat parkir menuju pintu masuk, kami berjalan seperti barisan gerak jalan, dengan spanduk di depan, sambil bernyanyi dan tertawa-tawa.
Di Eling Bening kami menghabiskan waktu sekitar satu jam, lalu kami segera melanjutkan perjalanan ke tujuan terakhir kami, yaitu Wisma Emmaus Giri Sonta di Ungaran, kediaman Uskup Emeritus Julianus Sunarko SJ. Ketika kami tiba, beliau sudah siap menyambut kedatangan kami dengan gembira. Lega rasanya melihat beliau sehat, sedikit lebih gemuk, dan tentunya sangat ceria melihat kami umat Santo Yoseph yang datang menjenguk.
Bagaikan di surga
Mgr. Narko menceritakan jadwal kegiatannya sehari-hari dengan sangat rinci mulai dari bangun tidur, misa pagi, sarapan, dan seterusnya. Kami sangat senang mendengarnya. Beliau mengatakan, sangat kerasan tinggal di Giri Sonta karena bagaikan di surga. Tidak lupa juga beliau selalu mendoakan kita umat Keuskupan Purwokerto yang sangat beliau cintai.
Setelah asyik bercengkerama kira-kira satu jam, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Purwokerto. Sebelum pulang, Mgr. Narko memberi kami kesempatan untuk mendapat berkat dari Kardinal Julius Darmaatmadja SJ yang juga bertempat tinggal di Giri Sonta. Sungguh suatu pengalaman dan kesempatan yang tidak terlupakan. Setelah itu kami kembali ke dalam bus diantar oleh Mgr. Sunarko sendiri.
Perjalanan pulang sangat lancar, semuanya tertidur lelap dan tenang, kecuali pak supir dan keneknya tentunya. Hingga sampai di depan gereja Santo Yoseph Purwokerto, waktu menunjukkan tepat pukul 00.00. Waktu 24 jam yang penuh kebersamaan dan keceriaan telah dialami oleh tim liturgi dan keluarga. Dengan penuh rasa syukur kami berdoa penutup dan mengakhiri perjalanan ziarek dengan pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Berkah Dalem.
Foto lengkapnya ada di sini
Penulis:

Michella Jessy Johana
*) Menurut Paus Yohanes Paulus II, inkulturasi adalah inkarnasi Injil dalam pelbagai kebudayaan yang otonom dan sekaligus memasukkan kebudayaan-kebudayaan tersebut ke dalam kehidupan Gereja. Dengan kata lain Beliau mendefinisikan inkulturasi sebagai transformasi mendalam dari nilai-nilai budaya yang asli yang diintegrasikan ke dalam kristianitas dan penanaman kristianitas ke dalam aneka budaya manusia yang berbeda-beda. ((Johanes Paulus II, Slavorum Apostoli (2 Juni 1985) dan Redemptoris Missio, 7 Desember 1990, no 52).
Kategori:AKTUALIA, Seputar Paroki