Pater Chevalier diliputi keprihatinan akan kenyataan bahwa begitu banyak orang tidak mengenal Yesus Kristus dan bahkan tidak menyadari apa yang hilang dari mereka. Ia menulis: “Hati Kudus Yesus, satu-satunya sumber cahaya, kebenaran dan kehidupan, tidak cukup dikenal, tidak cukup dicintai. Namun, cinta-Nya telah menyelamatkan dunia…. dan kebaikan-Nya yang penuh cinta memeliharanya supaya tetap ada” (Règles 1857, hal. 1; Renungan Harian Pater Chevalier, 20 Desember). Berbicara tentang Hati Kudus Chevalier merujuk pada pribadi Yesus sebagaimana dilukiskan dalam Injil-Injil, yakni Dia yang mencintai dengan hati manusiawi. Ia berpandangan bahwa ketika orang-orang mengenal Yesus dari Injil-Injil maka hati dan kehidupan mereka akan berubah. Orang-orang akan mulai mencintai Dia, dan dengan mencintai Dia mereka akan “memerangi egoisme dan sikap acuh tak acuh.” Maka, untuk memperkenalkan “kebesaran” Yesus Kristus dan “harta belas kasih yang terkandung di dalam hati-Nya” Chevalier bermaksud untuk mengumpulkan bersama-sama para pria dan wanita religius, imam-imam diosesan dan kaum awam dalam suatu persekutuan Hati Kudus (Règles 1857, hal. 1; Renungan Harian Pater Chevalier, 20 Desember).
Dalam kotbah-kotbahnya Chevalier suka menceriterakan kisah-kisah Injil yang mengungkapkan bagaimana Yesus peduli terhadap orang-orang sakit dan miskin. Dengan penuh semangat ia berbicara tentang keprihatinan Yesus terhadap seorang wanita berdosa yang tertangkap berbuat zinah, terhadap Yairus, seorang pejabat sinagoga yang putrinya telah meninggal, dan terhadap janda dari Nain yang sementara menghantar putra tunggalnya untuk dimakamkan. Ia menggarisbawahi bagaimana hati Yesus, “dari tempat lahir sampai di salib” menunjukkan baik “kelembutan maupun kekuatan” (Le Sacré-Coeur, hal. 200; ; Renungan Harian Pater Chevalier, 13 Juli).
Juga Paus Fransiskus merasa sangat prihatin terhadap kenyataan bahwa begitu banyak orang yang masih belum mengenal Yesus Kristus. Dalam ‘Evangelii Gaudium’ ia menulis: “Mewartakan Kabar Sukacita kepada mereka yang jauh dari Kristus tidak boleh berkurang, sebab inilah tugas pertama Gereja (EG, no. 15). Ia menambahkan: “Jika ada sesuatu yang harus sungguh-sungguh mengacaukan hati dan menganggu nurani, yang dimaksud tentulah kenyataan bahwa ada begitu banyak saudara-saudari kita yang hidup tanpa kekuatan, tanpa cahaya dan penghiburan yang seharusnya bisa diperoleh dari persahabatan dengan Yesus Kristus, hidup tanpa komunitas beriman yang menopang mereka, tanpa makna dan tujuan hidup” (EG, no. 49). Ia melanjutkan: “Mewartakan Kristus berarti menunjukkan bahwa beriman kepada-Nya dan mengikuti-Nya itu bukan hanya sesuatu yang benar dan adil, tetapi juga sesuatu yang indah, yang mampu mengisi hidup dengan kecemerlangan yang baru dan sukacita yang mendalam, bahkan di tengah-tengah kesukaran-kesukaran” (EG, no. 167).
Saat Untuk Refleksi
Paus Fransiskus berbicara dengan semangat membara
tentang Yesus dalam Injil-Injil:
“Betapa baiknya bagi kita merenungkan
kedekatan yang ditunjukkan-Nya kepada setiap orang!
Jika berbicara dengan seseorang,
Yesus memandang ke dalam hati orang tersebut
dengan kasih dan perhatian yang dalam:
‘Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya’ (Mrk 10:21).
Kita melihat betapa mudahnya Yesus didekati
karena Ia menarik orang buta mendekati-Nya (lih. Mrk 10:46-52).
Yesus makan dan minum bersama para pendosa (lih. Mrk 2:16)
tanpa mempedulikan bahwa Diri-Nya
akan disebut sebagai pelahap atau pemabuk (lih. Mat 11:19).
Kita melihat kepekaan-Nya saat mengijinkan
seorang perempuan pelacur mengurapi kaki-Nya (Luk 7:36-50)
dan menerima Nikodemus pada malam hari (Yoh 3:1-15).”
(Paus Fransiskus, Evangelii Gaudium, no. 269)
Doa kepada Yesus
Tuhan Yesus, “cinta dari Bapa-Mu sedemikian tak terbatas
sehingga Ia menginginkan kami untuk mengenal cinta itu
dan untuk menemukan di dalamnya
pemenuhan kerinduan-kerinduan kami yang terdalam.
Maka, Ia mengutus Engkau kepada kami, dengan hati manusia yang cukup besar
untuk menampung semua kesepian manusia dan semua kepedihan manusia.
Hati-Mu bukanlah hati dari batu, tetapi hati dari daging;
tidak dipersempit oleh dosa dan ketidaksetiaan manusia,
tetapi sama lebar dan dalam seperti cinta ilahi itu sendiri.
Hati-Mu terbuka untuk menerima siapa saja
dengan cinta yang menyeluruh dan tanpa batas.
Karena siapa pun yang ingin datang kepada-Mu, ada ruang.
Engkau ingin menawarkan kepada semua orang suatu rumah
di mana setiap kerinduan manusia dipenuhi,
Setiap keinginan manusia ditenteramkan
Dan setiap kebutuhan manusia dipuaskan.”
(Henri J. M. Nouwen, Heart speaks to Heart, Three Prayers to Jesus, hal. 22 )
Kategori:Kursus Spiritualitas Hati Online, RENUNGAN