Judul Ekshortasi Apostolik Paus Fransiskus, “Sukacita Injil”, menetapkan program evangelisasi dari Sri Paus. Secara jelas beliau mengindikasikan apa yang ingin beliau soroti, yakni bahwa martabat Kristiani kita merupakan suatu sumber sukacita, yang memberikan makna pada kehidupan kita. Sukacita ini mengajak kita untuk membagikan keindahan martabat ini dengan antusias kepada sebanyak mungkin orang.
Sri Paus mengajak kita agar kita semakin menyadari keindahan anugerah yang kita telah terima dalam pembaptisan: kepercayaan akan Allah, yang mencintai kita tanpa syarat dan karena cinta-Nya yang tak terbatas Ia telah menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Kepercayaan akan anugerah ini memberikan makna pada kehidupan kita sekarang dan membukakan suatu perspektif cerah ke kehidupan kita di masa depan dalam keabadian. Hanya ketika kita sepenuh-penuhnya menyadari anugerah dan kebahagiaan yang ada di dalamnya maka kita akan merasa antusias untuk membagikannya dengan orang-orang lain. Oleh karena itu, Sri Paus mengundang kita untuk menjadi misionaris-misionaris kabar penuh sukacita Injil.
Di Seminari Tinggi Bourges Jules Chevalier menemukan keindahan Devosi kepada Hati Kudus (lihat bagian 11, yang kita sudah bahas). Baginya Hati Yesus menjadi suatu sumber mendalam dari cinta dan sukacita. Sebagaimana ia sendiri menulis bahwa ajaran tentang Hati Kudus Yesus, seperti diterangkan oleh profesor Kristologi-nya, “mengena hati saya. Semakin saya mendalaminya, semakin saya tertarik padanya.” Ketika sedang membaca riwayat hidup Sta Margareta Maria Alacoque, Chevalier juga merasa sangat tersentuh oleh kata-kata Yesus kepada Margareta Maria: “Inilah Hati yang telah mencintai umat manusia sedemikian besar sehingga tidak ada lagi yang dikecualikan.” Kata-kata ini, tambahnya, “menimbulkan di dalam diri saya suatu keinginan kuat untuk menjadi rasul” Devosi kepada Hati Kudus dan menyebarluaskannya di mana-mana.
Sukacitanya bahkan diperdalam ketika di kemudian hari dalam hidupnya Chevalier mulai menyadari bahwa cinta Hati Yesus menemukan sumbernya di dalam Hati Allah, yang mencintai dunia dan kita masing-masing sedemikian besar sehingga Ia mengutus Putra-Nya yang tunggal untuk menjadi manusia di antara kita (Yoh 3:16). Sukacita ini memperkuat kerinduannya untuk menyebarluaskan “Devosi yang benar dan paling menyelamatkan ini” (Lihat juga Bagian 9).
Saat untuk refleksi
Uskup James Cuskelly menulis bahwa
pada inti suatu panggilan yang otentik untuk pelayanan apa saja
ada keinginan untuk
“berbagi dengan orang-orang lain suatu sukacita
yang iman telah bawa ke dalam kehidupan saya.”
(E.J. Cuskelly, p. 31)
Paus Fransiskus mengajak kita untuk
“memulihkan dan memperdalam antusiasme kita,
dalam sukacita pewartaan Kabar Sukacita
yang menyenangkan dan nyaman,
sekali pun kita harus memetik panenan
dengan cucuran air mata.”
(Evangelii Gaudium, no. 10)
Kategori:Kursus Spiritualitas Hati Online, RENUNGAN