Makna Hari Raya Paskah bagi Umat Katolik
Perayaan Pekan Suci merupakan peristiwa yang penting bagi umat Katolik di seluruh penjuru dunia. Pada sepanjang minggu umat Katolik memasuki Pekan Suci atau Holy Week. Pekan Suci dimulai dari Minggu Palem atau “Passion Sunday”, yang bermakna sukacita dan harapan, yang merefleksikan kisah perjalanan Yesus ke kota Yerusalem dengan menunggang seekor keledai dan disambut oleh warga kota dengan lambaian daun palem bagai seorang raja yang datang memasuki ibukota kerajaannya dan disambut oleh rakyatnya dengan penuh sukacita.
Adalah cinta kasih yang sejati dari Yesus yang mendasari perayaan Kamis Putih atau “Maundry Thursday”, yang bermakna kasih dan pelayanan, yang merefleksikan kisah Yesus membasuh atau mencuci kaki dari 12 (dua belas) muridNya. Bagai seorang hamba dan pelayan yang mencuci kaki tuannya, Yesus memberikan pelayanan ini kepada murid-muridNya. Dilanjutkan dengan acara “Perjamuan Terakhir” atau makan malam terakhir dari Yesus bersama murid-muridNya. Dimana Yesus mengambil roti tidak beragi kemudian memecah-mecah roti tersebut dan membagikannya kepada ke-12 murid, sebagai lambang dari tubuh Yesus yang tidak berdosa, namun harus dikorbankan untuk menebus dosa umat manusia. Kemudian Yesus menuangkan anggur kedalam cawan untuk dibagikan kepada ke-12 murid, sebagai lambang dari darah Yesus yang harus dicurahkan untuk menebus dosa umat manusia.
Setelah itu pada hari Jumat, masuk kedalam perayaan Jumat Agung atau “Good Friday” yang bermakna penderitaan dan pengorbanan, yang merefleksikan kisah Yesus yang dihadapkan dalam pengadilan yang penuh dengan konflik dan intrik atas tuduhan yang penuh rekayasa. Bagai seorang penjahat kriminal yang menjadi sampah masyarakat dan pemberontak yang menjadi musuh negara, Yesus harus menderita dengan siksaan badani sebelum akhirnya harus menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan bersama para penjahat di sisi kiri dan kanan salib Yesus.
Kemudian pada sepanjang hari Sabat, hari yang disucikan Tuhan bagi umat manusia untuk beristirahat dan mengingat Sang Khalik Langit dan Bumi, sejak pembukaan Sabat pada hari Jumat petang sampai dengan penutupan Sabat pada hari Sabtu petang, Yesus pun beristirahat didalam perut bumi. Setelah mengalami penderitaan dan menyerahkan nyawaNya di kayu salib, tubuh Yesus pun diturunkan dan dilepaskan dari kayu salib untuk dibersihkan dan dikuburkan kedalam gua yang dijaga oleh para prajurit Romawi.
Akhirnya pada hari Minggu pagi, Yesus pun bangkit dari antara orang mati dan meninggalkan kubur yang kosong. Umat Katolik merayakan peristiwa tersebut melalui perayaan Minggu Paskah atau Easter Sunday yang bermakna kemenangan dan harapan. Makna kemenangan itu direfleksikan dengan kemenangan dari Yesus dalam mengalahkan alam maut yaitu bangkit dari kematian, sedangkan makna harapan direfleksikan dengan adanya harapan terhadap kedatangan Yesus yang kedua kali untuk menyelamatkan umatNya.
Berlatih untuk memberikan yang terbaik
Setelah jadwal pembagian tugas misdinar di Pekan Suci diumumkan, para Misdinar mulai berlatih. Misdinar yang lebih “senior” mulai belajar melatih dengan bimbingan para Pendamping. Emosi para pelatih terkadang meledak ketika yang dilatih tidak tanggap dalam menjalankan tugas dalam latihannya. Itulah pentingnya misdinar sering berlatih, termasuk latihan tugas misa mingguan, agar lebih lancar dan memahami tata cara melayani di Altar.
Ada beberapa hal masukkan dari umat paroki Santo Yosep yang sempat terekam dan menjadi catatan :
- “Akan lebih baik bila PPA terus diberikan pelatihan detail-detail tugas pelayanan di Altar agar bisa menjadi Misdinar yang lebih tanggap. Definisi Misdinar yang tanggap juga perlu disepakati bersama.”
- “Pada minggu-minggu tertentu dimana jumlah misdinar dan jumlah prodiakon lebih banyak dari biasanya, sangat terlihat misdinar dan prodiakon saling berhimpit pada waktu prodiakon hendak naik ke Altar.”
- “PPA yang bertugas, mungkin yang masih baru, sering menoleh ke umat pada waktu duduk di depan. Seharusnya lebih konsentrasi dan menghadap ke Altar.”
Bagaimanapun juga semua misdinar senang dan semangat dalam berlatih. Mereka terus mengikuti latihan yang terjadwal. Ada juga kakak pelatih yang bisa mengendalikan emosinya saat melatih, “Sabaar …. namanya juga masih latihan … Nek salah baleni sampai bener”, (jika salah diulangi lagi sampai benar). Hasil latihan terlihat nyata pada waktu hari H. “Puji Tuhan …, para Misdinar terlihat bisa menjalankan tugasnya dengan baik,” kata beberapa orang tua Misdinar yang mengikuti Misa pada waktu anaknya bertugas.
Sangat jelas terlihat raut wajah yang gembira baik yang mau bertugas maupun yang sudah atau sedang tidak bertugas. Suasana Paskah dan kumpul bareng teman-teman menjadi salah satu penyebabnya. Pengalaman menjadi Misdinar di Pekan Suci adalah yang paling dinanti oleh hampir semua Misdinar. Mengapa demikian ? Jawaban dari para misdinar “Setahun hanya sekali dan tugas-tugasnya sangat banyak, puas-lega bila melaksanakan tugas dengan benar.”
Komitmen dalam kehidupan yang baru
Di Misa minggu Paskah sore Romo Kris memberikan pertanyaan, mengapa di hari Paskah selalu ada telur. Pertanyaan ini bukan yang pertama kali ditanyakan. Makna telur Paskah adalah adanya kehidupan baru. Kehidupan baru ini ditandai dengan menanggalkan manusia lama (keinginan daging) dan mengenakan manusia baru (hidup oleh Roh dan berbuah Roh).
Hidup dan kehidupan dari Yesus selama di dunia telah menjadi inspirasi, teladan dan panutan dari umat Katolik di sepanjang masa serta menjadi dasar keimanan dari Gereja Katolik. Semoga makna dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus, yang diperingati dalam Pekan Suci dapat memberikan sebuah refleksi dan introspeksi pribadi bagi seluruh umat Katolik untuk dapat menjadi pribadi seperti Yesus yang penuh cinta kasih, yang melayani bagai seorang hamba, yang penuh pengorbanan, yang memberikan harapan dan kemenangan.
Sebagai pelayan Altar sangat dibutuhkan para Misdinar terus berbuat Kasih dan lebih setia melayani. Itulah komitmen yang telah dibuat oleh para Putra Putri Altar pada Temu Raya PPA sedekanat Tengah Plus, 25-26 Nopember 2017 lalu di Hening Griya Baturaden dalam MAN FOR OTHERS. Dan para Misdinar Sanyos bisa menjadi “Telur-telur Paskah” untuk terus bersemangat melayani dalam kehidupan yang baru setelah menanggalkan (cara, sikap, pikiran) hidup yang lama yang kurang baik.
Foto : Para Ortu PPA
Penulis
Candra
Kategori:DINAMIKA, Dinamika Kategorial