Bertumbuh dalam keluarga
Berawal dari keluargaku, aku mengenal kasih sayang dan bertumbuh menjadi anak yang dewasa. Kami adalah keluarga besar, dimana aku memiliki 4 saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Ayahku hanya tamat dari Sekolah Rakyat setaraf dengan SD (Sekolah Dasar). Beliau bekerja sebagai tukang bangunan di Yayasan Missi dengan penghasilan yang sangat minim, sehingga kami hidup dalam kekurangan. Untuk mencukupi kekurangan dari penghasilan ayahku maka Ibu harus berkebun sambil merawat dan membesarkan kami anak-anaknya. Dan di saat Ayah menikmati hari libur kerjanya, itu digunakan untuk merangkul kami agar bekerja bersama-sama membantu Ibu di kebun. Kebersamaan dan kebahagian selalu terpancar dalam kehidupan keluarga kami walaupun hidup kami berkekurangan dalam hal materi. Kebersamaan dalam keluarga bukan saja pada saat bekerja tetapi juga dalam hal berdoa. Kami sering pergi bersama dengan berjalan kaki setiap minggu ke gereja, nonton film bersama di bioskop seperti: Film bersejarah Gerakan 30 September-PKI dan Film Sengsara Tuhan Yesus. Bahkan sering foto bersama di akhir tahun. Itulah hari-hari terindah bersama keluarga dan Almarhum Ayah yang selalu kukenang hingga kini.
Kerja keras di tengah kekurangan
Hari demi hari terus berlalu dan kami pun semakin bertumbuh dan dengan berbagai keperluan entah kebutuhan akan biaya makan, pakaian maupun biaya sekolah. Kehidupan kami yang serba kekurangan telah menjadi cemoohan dan omongan orang sekitar dan keluarga terdekat.
Dengan demikian Ayah harus berkerja tanpa istirahat, lembur bekerja di rumah orang demi sesuap nasi dan agar bisa membiayai sekolah kami. Bahkan hasil kerja kerasnya kadang hanya dibayar dengan ucapan terimakasih. Walaupun demikian Ayah tetap menyelesaikan pekerjaannya sampai tuntas. Ayah bekerja keras hingga kedua kakakku berhasil menyelesaikan sekolahnya dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Kakakku yang pertama berhasil menyelesaikan studinya pada DIII Keperawatan dan kini menjadi seorang bidan. Sedangkan kakakku yang kedua berhasil tamat dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan kini menjadi seorang guru. Namun usaha Ayah tidak sampai di situ, karena kami berlima masih harus terus bersekolah. Dan Ayah sangat mengharapkan agar kami bisa melanjutkan pendidikan sampai di bangku kuliah. Itulah cita-cita yang diharapkannya.
Buah dari kerja keras dan doa
Sehingga suatu ketika Ayah memutuskan untuk berhenti bekerja dari Yayasan Missi dan mencari pekerjaan yang memberikan penghasilan yang lebih besar. Dan Ayah pergi bersama dengan beberapa pekerja lainnya untuk membangun sebuah sekolah baru di daerah terpencil. Walaupun belum rampung bangunan sekolah yang dikerjakan namun mereka harus kembali ke Kota untuk mengikuti PEMILU. Dalam perjalanan pulang ke Kota mereka ditimpa musibah yaitu tenggelamnya kapal yang mereka tumpangi, dan tak satupun dari mereka yang berhasil selamat.
Rupanya Tuhan berkehendak lain, satu-satunya orang yang menjadi tulang punggung dalam keluargaku harus dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya. Kini Ibu harus bekerja lebih keras lagi seorang diri untuk menyekolahkan kami dan memperjuangkan cita-cita Ayah. Ibu selalu bekerja diiringi dengan doa agar Tuhan memberikan rahmat dan berkat-Nya bagi kami anak-anaknya. Meninggalnya Ayah bukanlah suatu hambatan bagi kami untuk tidak melanjutkan sekolah. Berkat Amanah dari Almarhum Ayahku kepada kedua kakakku untuk tidak melupakan kami adik-adiknya setelah keberhasilan yang telah mereka capai. Juga berkat kerja keras serta doa Ibu yang senantiasa bagi kami anak-anaknya sehingga kami berlima secara bertahap dapat menyelesaikan sekolah kami dan melanjutkannya sampai di bangku kuliah. Syukur Puji Tuhan karena kami masing-masing berhasil menyandang gelar Sarjana seperti yang diharapkan Almarhum Ayah.
Dari kabar sukacita ini saya ingin ungkapkan bahwa: Dengan doa yang sungguh-sungguh disertai usaha dan kerja keras akan membuahkan hasil yang lebih besar.
Mazmur 1 : 3 “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.***
*) Salah satu pemenang lomba Menulis BKSN Sanyos 2017. Judul asli (“Berbagi Kabar Suka Cita Keluargaku”) diubah oleh redaksi.
Keterangan: foto ilustrasi
Penulis:

Davota Ikanubun (Istri Paul Renyaan)
Lingk FX
Kategori:Kisah Inspiratif, RENUNGAN