Partisipasi kaum awam dalam Keluarga Chevalier merupakan konsekuensi logis dari dimensi sosial karisma Chevalier. Tanpa keterlibatan kaum awam, tidak akan mungkin mempraktekkan Devosi Hati Kudus sebagai obat untuk penyakit-penyakit zaman dan kejahatan-kejahatan masyarakat. Dengan mempraktekkan Spiritualitas Hati sebagai cara hidup berbelarasa, baik di dalam kehidupan keluarga maupun di tempat kerja, kaum awam memberikan kontribusi mereka bagi pembaruan masyarakat.
Itulah maksud Chevalier yakni agar perutusan yang dipercayakan oleh Yesus Kristus kepada kita dijalankan dalam kerjasama erat antara para religius, imam-imam diosesan dan kaum awam Keluarga Chevalier. Oleh karena itu, dalam Konstitusi Tarekat MSC, Pater Chevalier sangat menekankan pembinaan kaum awam. Makna mendalam dari Devosi Hati Kudus seharusnya diperkenalkan kepada mereka, tidak hanya sebagai suatu praktek devosional tetapi sebagai suatu cara hidup, yakni suatu Spiritualitas Hati.
Jelaslah bahwa dalam pikiran Chevalier Devosi Hati Kudus atau Spiritualitas Hati tidak hanya dijalankan melalui proyek-proyek sosial dan karya-karya karitatif. Dari cara Chevalier sendiri mempraktekkan Devosi itu dalam hidup sehari-hari menjadi jelas bahwa baginya berdoa dan bekerja adalah sama-sama penting. Ia yakin bahwa setiap kegiatan sosial, entah di dalam keluarga, di dalam komunitas atau masyarakat, hanya dapat berhasil bilamana dicapai dalam kesatuan dengan Yesus dan dalam keselarasan dengan kerinduan-kerinduan hati Yesus. Devosi Hati Kudus, bilamana dihayati sebagai suatu spiritualitas, yakni sebagai suatu cara hidup, sebagaimana dipromosikan oleh Chevalier, mengatasi setiap pertentangan antara bekerja dan berdoa.
Namun demikian, Chevalier menekankan bahwa para anggota awam dari (apa yang pada waktu itu disebut) “Ordo Ketiga” harus menghindarkan segala sesuatu yang dapat memberi kesan sebagai kaum religius. Baginya, sangatlah penting bahwa kaum awam menghidupi panggilan Kristiani mereka, di dalam keluarga-keluarga mereka, dan dengan menjalankan kewajiban-kewajiban mereka sehari-hari di dalam masyarakat. Hanya atas cara demikian mereka dapat berpartisipasi secara efektif dalam tugas perutusan Kristus yang menyembuhkan di dunia.
Saat untuk refleksi
“Pengalaman-pengalaman baru tentang persekutuan dan kerjasama
antara para peserta hidup bakti dan kaum awam
dapat ikut menyebarluaskan suatu spiritualitas yang bermanfaat….
dan dapat memfasilitasi kerjasama yang lebih intens demi perutusan Lembaga (hidup bakti).
Partisipasi kaum awam seringkali membawa wawasan-wawasan tak terduga dan kaya
ke dalam aspek-aspek tertentu dari karisma (Lembaga),
dan menghantar pada interpretasinya yang lebih spiritual
serta membantu untuk memberikan
arah-arah bagi kegiatan-kegiatan baru dalam karya kerasulannya.
Para peserta hidup bakti hendaknya mengolah
“anugerah yang paling berharga yakni semangat/rohnya”.
Di pihak mereka, kaum awam hendaknya memberikan kepada keluarga-keluarga religius
kontribusi tentang ‘keberadaan mereka di dunia’ yang tak ternilai besarnya.”
(Paus Yohanes Paulus II, “Vita Consecrata” – Hidup Bakti, n. 55)
Kategori:Kursus Spiritualitas Hati Online, RENUNGAN