DINAMIKA

Bila Pasangan Hidupku Dipanggil Tuhan

Renungan tentang kematian

Pada hari Selasa, 8 Agustus 2017, para pasutri ME dari Paroki Katedral Kristus Raja dan Santo Yoseph Purwokerto berkumpul bersama di ruang St. Thomas Aquinas, Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto pukul 19.00 – 21.30 WIB.

Pertemuan kali ini dihadiri oleh 5 pasijen (pasangannya telah meninggal dunia), 2 romo pendamping, Rm Boni Pr dan Rm Budi Pr serta 16 pasutri. Dengan diawali lagu dan yel-yel ME “Suka sukaMu Tuhan” yang dipandu oleh pasutri Handy-Maya, serta doa pembukaan oleh pasutri Sukris-Rara, pertemuan dilanjutkan dengan firman yang dibawakan oleh Rm Boni.

 

Rm Boni mengingatkan bahwa kematian adalah suatu hal yang pasti. Rm Boni mengajak para peserta untuk merenungkan beberapa firman Tuhan :

  • Orang mati menguburkan orang mati. (Matius 8 : 22)*
  • Percaya bahwa orang mati akan dikumpulkan bersama Yesus. (1Tesalonika 4 : 13-14)*
  • Setiap orang akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. (Roma 14 : 12)*
  • Yesus menangis. (Lukas 19:41)  dan (Yohanes 11:35)*

Ada 2 bentuk kematian :

  1. Kematian Rohani. : tubuhnya sehat, tetapi rohnya tidak. Maka kita diingatkan untuk selalu menjadi manusia rohani yang hidup dengan berdoa, menerima sakramen – sakramen  dan rajin baca Kitab Suci.
  2. Kematian Fisik : di mana tubuh kita kembali menjadi debu/tanah setelah dikubur/dikremasi. Sebenarnya yang mati adalah fisiknya saja. Jiwa dan Roh kita yang menghadap ke Tuhan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kita di dunia, lalu Tuhan menetapkan kita masuk neraka atau surga.

Bagaimana Perasaan Saya (BPS)

Setelah firman dan homili dari Rm Boni, acara dilanjutkan dengan Bagaimana Perasaan Saya (BPS). Pada kesempatan kali ini pasutri Martono-Muji yang memulai BPS nya. Pak MartoIMG-20170810-WA0019no mengungkapkan kesedihannya yang dalam jika Mba Muji, pasangannya meninggal. Membayangkan hidup sendiri, tidak ada yang diajak bercerita, tidak ada yang memasakkan dan tiap hari tidur sendiri. Sungguh sangat menyedihkan. Dilanjutkan Mba Muji juga mengungkapkan kesedihannya yang amat dalam seandainya Mas Martono meninggal. Mba Muji mengatakan, “mau ditinggal pergi saja sudah kangen, apalagi ditinggal mati. Bila menengok cucu di Yogya,  berpisah untuk beberapa hari aja sudah kehilangan. Bangun tidur biasanya ada Mas Martono kok ngga ada… rasanya sedih… dan kalo sampai mas Martono meninggal, sudah pasti sedih banget…”

Meditasi dan sharing tentang kematian pasangan

Acara dilanjutkan dengan mematikan lampu ruangan, digantikan dengan menyalakan lilin serta diiringi lagu gregorian, Rm Boni mengajak umat yang hadir untuk membayangkan secara detail ketika pasangan kita dipanggil Tuhan, mulai dari saat-saat terakhir, hembusan nafas terakhir, lalu tubuh pasangan menjadi kaku, dimandikan, dimasukkan ke dalam peti dan terakhir dimasukkan ke liang kubur atau dikremasi. Bagaimana perasaanku saat itu? Rm Boni juga mengajak bila kita sendiri yang dipanggil Tuhan, apakah kita sudah siap untuk dipanggil Tuhan, bagaimana dengan pasangan dan anak-anak yang ditinggal? Sungguh suasana yang mengharukan, merenungkan kematian pasangan ataupun diri sendiri. Rm Boni dan pasutri Martono-Muji mengingatkan bahwa apa yang sudah disharingkan tadi, bukan untuk menakut-nakuti melainkan untuk membawa relasi kita dengan pasangan semakin kuat dan mesra selagi masih bersama.

Setelah itu, lampu kembali dinyalakan dan umat yang hadir masuk ke dalam kelompok BPS. Ada 5 kelompok yang terbentuk. 1 kelompok terdiri dari 1 pasijen dan beberapa pasang pasutri. Pasijen diminta untuk mengawali ber-BPS saat pasangannya meninggal. Pasijen juga memberikan nasehat yang bermanfaat bagi pasutri yang belum ditinggalkan pasangannya. Beberapa pasutri mengungkapkan bahwa saat Rm Boni mengajak untuk merenungkan tentang kematian pasangan, ternyata ada yang tidak mau membayangkan karena sesuatu yang pasti akan membuat sedih. Ada yang mengungkapkan dipanggil Tuhannya bareng-bareng saja atau ada juga yang minta meninggal duluan.

Kejutan untuk Rm Boni

Di penghujung acara, umat yang hadir membuat kejutan untuk Rm Boni yang beberapa waktu lalu merayakan HUT ke-50 thn (28 Juni) dan Ulang Tahun Imamat ke-23 thn (14 Juli). Rm Boni memotong tumpeng dan diserahkan ke Rm Budi. Kemudian Rm Boni membagikan mie dan stiker bergambar Rm Boni. Kemudian makan dan foto bersama. Dalam sekejap tumpeng pun habis disantap ramai ramai, semua senang dan bergembira. Pertemuan ditutup dengan lagu “Ada Dunia Baru” dan yel-yel ME.

 

Pengumuman

  • ME akan mengadakan Week End pada tanggal 15 – 17 September 2017. Silahkan mendaftarkan diri melalui KorMEP masing-masing paroki
  • Pertemuan rutin berikutnya pada tanggal 19 September 2017 di ruang St.Anna Paroki St. Yosep Purwokerto.

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

“Sayangilah pasangan kita selagi masih hidup”

“Berikan yang terbaik untuk pasangan kita”

“Perbedaan bukan menjadikan suatu perpisahan namun menjadikan setiap pasangan semakin diperkaya dan dilengkapi”

 

Penulis:

‪+62 897-9072-132‬ 20170814_102638

Ferry-Titik,
Koordinator ME Paroki St.Yosep Purwokerto

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.