-
Peserta Asian Youth Day 7 mengikuti Misa penutupan pada 6 Agustus 2017 di Yogyakarta (Katharina R Lestari)
Kami, para peserta Asian Youth Day ketujuh yang diselenggarakan di Yogyakarta, Indonesia dari tanggal 2 hingga 6 Agustus 2017, merupakan generasi millennial. Kami menghadapi beraneka persoalan dan tantangan dalam menghayati iman Katolik kami. Kami hidup di era globalisasi yang berdampak bagi hidup kami. Kemajuan teknologi yang cepat, menumbuhkan konsumerisme, ketagihan-ketagihan, dan hilangnya jati diri kami karena meredupnya nilai-nilai budaya Asia. Kami tidak mampu menolak modernisasi. Di antara kami mungkin ada yang kurang percaya diri dalam menghayati iman kami. Berhadapan dengan aneka tekanan intoleransi dan perasaan ditinggalkan, kami merasa kurang dekat dengan Tuhan dan ciptaan-Nya. Kami merasa tidak mendapat dukungan yang memadai dari berbagai elemen masyarakat. Oleh karena itu, sebagai Orang Muda Katolik Asia, kami memerlukan kesempatan dan ruang untuk didengarkan dan diperhatikan.
Walaupun menghadapi berbagai tantangan, kami diberi pula berbagai kemampuan untuk mengatasinya. Aneka kemampuan ini memainkan peran penting untuk keberlangsungan iman Katolik.
-
7th AYD – Final Festival di JEC Yogyakarta (05/08/2017/foto: FB AsianYouthDay)
Sebagai orang muda, kami diteguhkan oleh Roh Kudus yang menganugerahi kami kekuatan dan api semangat untuk mewartakan Kabar Gembira di tengah dunia yang multikultur ini. Kami pejuang di garda terdepan. Kami dipersenjatai dengan aneka bakat, keberanian, kepedulian, dan keyakinan. Kemampuan-kemampuan ini menjadi modal yang diperlukan masyarakat guna menjawab aneka tantangan yang dihadapi dunia.
Selama penyelenggaraan Asian Youth Day, kami menemukan bahwa kami memiliki semangat yang membara dalam diri, hasrat untuk mempengaruhi dunia dan meninggalkan jejak khas kami. Kami melihat bagaimana harus hidup dalam masyarakat ketika kami berlainan bahasa dan menjalankan keyakinan iman yang berbeda terutama dalam peristiwa saling berbagi kisah dengan ratusan kaum muda Muslim. Perjumpaan-perjumpaan multikultural ini memampukan kami melihat iman kami dalam terang yang baru. Aneka perjumpaan itu mengobarkan semangat kami. Kami berharap bahwa berkat Roh Kudus, kami mampu menerangi dunia. Biarpun demikian kami sadar, bahwa semangat yang tidak terbimbing bisa menjadi tidak terkendali dan bisa membahayakan sesama. Oleh karena itu, pentinglah bagi kami menerima dukungan dari berbagai pihak dalam menyempurnakan diri dan menjadikan diri sebagai orang muda yang berguna bagi sesama.
Kami memohon dengan sangat, bimbingan para gembala dan pendamping kami dengan keteladanan serta pendampingan yang baik agar kami menyadari bahwa dengan semangat ini kami bisa berdaya guna.
-
“Perbaruilah dunia dan tinggalkan jejak dalam sejarah” – Paus Fransiskus
Paus Fransiskus berpesan kepada kami, “Hai orang muda terkasih, jangan pendam talenta-talentamu. Talentamu adalah berkat yang telah dianugerahkan Allah kepadamu. Jangan takut memimpikan suatu hal yang besar dalam hidupmu”. Cinta kami akan kehidupan dan pengetahuan dapat membuahkan hal-hal besar, biarpun demikian tetap harus berakar dalam iman dan dalam Roh Allah, agar benar-benar berdampak positif bagi dunia.
Selama sepekan ini, kami merasakan pentingnya hidup berkomunitas, terutama sebagai orang muda yang sedang berjuang menghidupi iman Katolik. Kami semua berusia muda, yang hidup penuh dengan sukacita. Untuk menghayati hidup yang penuh dengan sukacita ini, kami tidak bisa melakukannya sendirian. Bersama Kristus di hati dan bersama komunitas yang mendukung dan menyemangati kami, terutama saat kami menghadapi tantangan hidup, kami akan lebih percaya diri dan tenang dalam menghidupi iman kami. Orang muda memerlukan persaudaraan. Yesus sendiri menjadikan diri sebagai puncak dan sumber iman kami dalam rupa santapan bersama. Sebuah komunitas yang tangguh akan menguatkan dan mempersatukan kami dalam iman, yang selanjutnya menjadikan kami semakin akrab dengan Tuhan. Sekembalinya kami ke tempat asal kami, kami bisa menginspirasi keluarga dan teman-teman agar bersama-sama menjalani dan menghidupi Injil. Kami ingin mengenal Allah melalui aneka persahabatan dan berbagai kegiatan misalnya melalui pendalaman Kitab Suci, merayakan Ekaristi dan melayani Gereja dan masyarakat.
Dalam keberagaman Asia ini, kami hidup di antara perbedaan agama, bahasa, suku, dan budaya, sehingga pentinglah bagi kami untuk melangkah keluar dari zona nyaman dan menjumpai mereka yang berbeda dari kami. Yesus mengajarkan kami untuk mengasihi tanpa syarat. Kami ingin menjadi saksi atas Roh Cintakasih yang sama, yang telah Dia perlihatkan kepada kami. Kami pun bersaksi bahwa kami peduli pada lingkungan hidup – rumah kita bersama, sebagaimana yang telah disampaikan dalam ensiklik “Laudato Si.” Kami berniat mulai melangkah dengan menyampaikan hal ini pada orang lain, dengan pergi menemui mereka di mana pun mereka berada, dan memperoleh pemahaman bersama yang lebih mendalam mengenai kebudayaan mereka. Kami berniat bertindak sebagai fasilitator dan animator persatuan, menciptakan jembatan kasih dan menghormati budaya yang berbeda-beda.
Sebagai tambahan, mengingat bahwa teknologi dan media sosial telah menjadi bagian penting dalam hidup kami sebagai orang muda, kami bertekat menggunakan sarana-sarana ini secara bertanggungjawab untuk menyebarkan pesan yang positif serta kebaikan, bukan hal negatif dan kebencian, menggunakannya untuk mewartakan sabda Allah dan menginspirasi sesama. Dengan demikian, kami dapat menjaga api semangat dalam diri kami agar tetap menyala, dan turut menyalakan hati sesama di sekitar kami.
Allah-lah suka cita dan harapan kita. Kami menyadari bahwa melalui rahmat-Nya, kami dapat menginspirasi orang lain dengan menghidupi sukacita Injil di tengah keanekaragaman dan arus perubahan masyarakat, demi mewujudkan sebuah dunia yang penuh cinta kasih, harmonis dan bersatu padu sebagai utusan-utusan suka cita.
Lapangan Dirgantara Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, Indonesia, 6 Agustus 2017
Penyusun:
Brenda Lynn Julianose (Malaysia); Frederico Rodrigues Pereira (Timor Leste); Michaela Ruth Calulut Gallardo (Hong Kong); Michael Sawung Aji Pamenang (Indonesia); Mark Zeus Quinto (The Phillipines, COYA); Ngyuyen Thi Thai Hang (Vietnam);
Sumber: Asian Youth Day 7
-♥♥♥-
English version:
7th Asian Youth Day Statement
We, the participants of the 7th Asian Youth Day held in Jogjakarta, Indonesia from August 2-6, 2017, are the millennials. We face problems and challenges in living our Catholic faith and live in a globalized era that impacts our life. Rapid technological advances give rise to consumerism, addictions, and loss of our own identity because of the fading culture. We cannot avoid modernization. Some of us may lack confidence in living our own faith. Due to pressures arising from intolerance and feeling left behind, we lack intimacy with God and His creation. We feel like we do not have enough support from different sectors of society. Therefore, as the Catholic youth of Asia, we need the chance and space to be heard and noticed.
Despite the challenges we face, we have the capabilities to overcome them. These qualities play an important part for the continuity of the Catholic faith. As youth we are empowered by the Holy Spirit which gives us the energy and fire to spread the Gospel in this multicultural world. We are the front liners. We are armored by our talents, bravery, compassion and determination. These qualities are the assets that are needed by society to respond to the challenges that the world is facing.
During this Asian Youth Day, we discovered that we have passion burning within us, a desire to impact the world, and to make our own mark. We saw how it is to live in a society where we speak different languages and practice different faiths especially during the moments we shared with more than a hundred Muslim youths. These multicultural encounters helped us to see our faith in a new light. It fanned the flame of our passion. We hope that through the Holy Spirit we will be able to set the world ablaze. However, that same fire if not guided can become uncontrollable and harm others. Thus, it is important to receive help in perfecting our skills and putting it to good use.
We implore the help of our pastors and our animators to be good role models and bring us to realize that our passions can be useful. Pope Francis reminds us, “Dear young people, do not bury your talents, the gifts that God has given you. Do not be afraid to dream of great things.” Our love for life and knowledge can result in great things, but it must be rooted in our faith and in the Spirit of God for it to truly make positive impact in the world.
In the past week, we have felt the importance of community, especially as young people trying to live out the Catholic life. We are all young, joyful people. To live a joyful life, we cannot do it alone. With Christ in our hearts and a community to support and encourage us, especially during the times when we are challenged, we will be more confident and secure in our faith. Youth need fellowship. Jesus himself shares the source and summit of our faith over a community meal. A reliable community will strengthen and unite us in our faith, and hence, grow closer to God. When we go home, we can inspire our families and friends to join us in our journey and experience the Gospel. We want to know God with the help of our relationships and various activities like studying the bible, attending Mass and serving the community.
In this multicultural Asia, where we live amongst different religions, languages, ethnicities and customs, it is important for us to step out of our comfort zones and reach out to those who are different from us. Jesus taught us to love unconditionally. We want to bear witness to the same Spirit of Love that he showed us. This includes caring for our common home according to the challenge of Laudato Sii. We will take the steps to communicate with others by going out to meet them where they are, and seeking to understand more deeply about their cultures. We will act as the facilitators and animators of unity, creating a bridge to love and respect those of different cultures.
Additionally, since technology and social media has become such an integral part of our lives as young people, we will use these tools responsibly to spread positivity and goodness rather than negativity and hate, share the word of God, and inspire others. Through this we can keep the fire within us alive, and light up the hearts of those around us.
God is our joy and our hope. We know that through His grace, we can inspire others by living the joy of the Gospel in our diverse and ever-changing societies to create a world of love, harmony, and unity as missionaries of joy.
August 6, 2017, Dirgantara Air Force Academy, Jogjakarta, Indonesia
Drafters:
Brenda Lynn Julianose (Malaysia), Frederico Rodrigues Pereira (Timor Leste), Michaela Ruth Calulut Gallardo (Hong Kong), Michael Sawung Aji Pamenang (Indonesia), Mark Zeus Quinto, (Phillipines,COYA), Ngyuyen Thi Thai Hang (Vietnam)
Kategori:AKTUALIA, Seputar AYD 2017