Kerjasama mempersiapkan hidup berkeluarga
Dalam arti umum, perkawinan pada hakikatnya adalah persekutuan hidup antara pria dan wanita, atas dasar saling mencintai untuk membentuk hidup bersama secara tetap dan memiliki tujuan yang sama yaitu saling membahagiakan (dikutip dari buku Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga, Kanisius, hal 17).
Sejalan dengan kutipan tadi, Paroki Santo Yoseph Purwokerto bekerjasama dengan Paroki Katedral dan Paroki Banyumas menyelenggarakan kegiatan pelayanan PPHB (Pendampingan Persiapan Hidup Berkeluarga) di setiap bulan ganjil minggu ke-4, dimulai pada hari Jumat sore jam 17.00 WIB dan berakhir pada hari Minggu siang jam 12.30 wib. Pengampu (pemateri) yang terlibat dengan sukarela (tidak dibayar) adalah para pasutri (pasangan suami istri) dan Romo dari wilayah Paroki Santo Yosep Purwokerto, Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto dan Paroki Santa Maria Immaculata Banyumas, serta tim (dokter/bidan) dari RS Elisabeth Purwokerto.
Saling berbagi pengalaman calon pasutri
Bertempat di ruang Santa Anna, PPHB diselenggarakan mulai Jumat, 28 Juli 2017 dan berakhir Minggu, 30 Juli 2017. Jumlah peserta mencapai 27 orang (13,5 pasang).
Materi pertama yang diberi tema “Persiapan Perkawinan” pada kali ini diampu oleh Pasutri Candra-I’in. Mereka menjelaskan secara singkat apa saja yang akan didapat oleh peserta PPHB selama mengikuti pendampingan. Pada kesempatan itu setiap pasangan peserta dilibatkan dengan diminta untuk sharing secara singkat yang didengar oleh pasangan peserta lainnya. Setiap individu diminta berdiri dan mengkomunikasikan kepada pasangannya dengan mengingat kembali di mana dan kapan pertama kali mereka bertemu, apa yang dipunyai oleh pasangannya yang membuatnya tertarik dan mau meneruskan ke jenjang perkawinan, serta apa yang mereka harapkan dari perkawinan mereka. “Sesi sharing ini menjadi hal yang cukup menghibur para peserta lainnya” kata pengampu. “Banyak kejadian menarik, di antaranya adalah seorang peserta tidak pernah menduga bahwa ‘pacarnya’ akan mengatakan dan menilai dirinya seperti itu, kadang mereka terkejut dengan ekspresi yang berbeda-beda”.
Keberhasilan transfer informasi, ilmu dan pengalaman pribadi sangat dipengaruhi oleh kemampuan para pengampu dalam membawakan materi di samping kemauan para peserta untuk terlibat secara aktif. Pada Sabtu malam Romo Toro secara terpisah mengatakan perlunya para pengampu untuk selalu memperbarui materi disesuaikan dengan kebutuhan umat (maksudnya calon Pasutri) pada saat ini. “Akan sangat baik bila semua pengampu bisa duduk bersama dan membahas materi apa yang tumpang tindih, batasan-batasan materi supaya tidak tumpang tindih, siapa membawakan materi apa dan bagian mana yang perlu disesuaikan lagi”.
Perlunya peningkatan kualitas pendampingan
Panitia penyelenggara membagikan angket kuisioner pada hari pertama dan hari terakhir. Peserta PPHB dilibatkan untuk memberikan masukan tentang materi dan pengampu. Ada banyak masukan yang diberikan, diantaranya peserta meminta lebih banyak sharing pengalaman hidup pengampu yang berkenaan dengan materi yang sedang dibawakan. “Kalau cuma sekedar baca dari Power Point, saya juga bisa (maksudnya bisa baca sendiri), kata salah satu peserta. “Yang dibicarakan kemarin tidak sesuai dengan tema”, kata peserta lainnya.

Foto peserta PPHB. Atas peserta pria, bawah peserta wanita duduk di depan pasangan prianya (30/07/2017/Candra)
“Masukkan yang diberikan oleh peserta melalui kuisioner merupakan sebuah masukkan yang sangat baik bagi penyelenggara dan pengampu”, kata panitia penyelenggara. “Tentunya sangat diharapkan kedepannya diperoleh penyelenggaraan yang lebih berkualitas dengan dukungan penuh para pengampu sehingga pelayanan yang diberikan oleh tiap-tiap pribadi yang terlibat menjadi pelayanan yang lebih berkualitas dan lebih bertanggung jawab. Harapan dan tujuan agar para calon pasutri muda nantinya bisa menjadi sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah sesuai dengan cita-cita gereja dan Tuhan, menjadi terlaksana. Amin.
Penulis:

Candra Priljanto
Kategori:AKTUALIA, Seputar Paroki