Bersekutu dalam doa untuk bersyukur dan memuliakan Tuhan
Minggu 18 juni 2017. Seperti biasa, kami berkumpul di ruang St.Yoakim, gereja St.Yoseph Purwokerto. Jadwal persekutuan doa kami setiap minggu pukul 16.00 wib. Yang bertugas pujian minggu ini adalah Dion sebagai singer, ibu Yovita sebagai pemusik, saya sebagai pemimpin pujian dan sekaligus pengisi acara.

Suasana doa dan pujian PD. Ekklesia (18/06/2017)
Seperti biasanya, kami yang mendapat tugas datang lebih awal. Jam 3 sore saya sudah sampai di gereja untuk mempersiapkan acara, menyediakan kertas untuk, alat tulis, yang saya pinjam dari Aziz (inventaris OMK Voltus). Lalu datanglah menyusul ibu Yovita dan kami bersama menuju ke ruang atas, St.Yoakim.
Ruangan sudah tertata rapi dengan karpet biru yang digelar dan beberapa bantal untuk duduk. Semua alat sound system, alat musik dan multimedia sudah disiapkan oleh Sdr Priyo, selaku Koordinator PD Ekklesia, yang kali ini sekaligus merangkap sebagai petugas perlengkapan serta multimedia. Lalu saya dan bu Yovita mulai latihan pujian. Jam 4 kurang datanglah Dion. Kami latihan bersama sampai jam 4 lewat beberapa menit.
Pujian awal fellowship dimulai dengan lagu “Kita Bertemu Lagi” dan “Bersyukurlah” sebagai ungkapan syukur atas kesempatan yang Tuhan berikan untuk hadir dalam persekutuan doa ini. Semua yang hadir berdiri dan turut bernyanyi. Sebelum doa pembukaan oleh Dion, kami duduk kembali dan dihantar dengan pujian “Kau Bapaku Yang Baik”. Selanjutnya kami mempersiapkan diri untuk pemeriksaan batin sambil dihantar lagu pertobatan “Jiwaku Terbuka”.
Masuk ke bagian penyembahan, kami memuji dan menyembah Tuhan dengan menyanyikan lagu “S’bab Kau Layak”. Beberapa saat kemudian kami berdoa hening untuk lebih merasakan kehadiran Tuhan dalam hati dan mendengarkanNya.
Gelas refleksi dan sharing tertulis

Empat tema Refleksi tertulis PD. Ekklesia (18/06/2017)
Setelah penyembahan, biasanya kami mendengarkan firman dan renungannya kemudian sharing iman. Tapi kali ini agak berbeda. Kami masuk dalam keheningan untuk mengadakan refleksi pribadi dan menuliskannya. Kami hendak mendengarkan “suara” kasih Tuhan yang menyapa lewat pengalaman kami masing-masing. Kami sebut bagian ini sebagai “sharing tertulis” karena masing-masing dari kami diminta membagikan hasil refleksi itu lewat tulisan di kertas yang disediakan. Mungkin “sharing tertulis” ini tidak biasa dan agak jarang terdengar dalam suatu persekutuan doa.
Kenapa saya berinisiatif untuk mengadakan “sharing tertulis” ini? Menurut saya, banyak dari kita yang mengalami kesulitan atau kurang berani untuk mengutarakan isi hati atau pengalaman pribadi secara bebas dan terbuka di depan umum. Kebanyakan orang Katolik juga kurang berani memberikan kesaksian atau sharing di hadapan publik, tapi lebih memilih “meditasi pribadi” alias diam, hening dan tertunduk malu…hehehe. Alhasil tidak semua yang hadir membagikan pengalamannya. Kondisi umum inilah yang mendorong saya untuk berinisiatif membuat sesuatu yang sedikit kreatif dan berbeda dari biasanya. Lewat “sharing tertulis” ini semua yang hadir jadi membagikan pengalamannya.

Empat Gelas Refleksi PD. Ekklesia (18/06/2017)
Saya sediakan 4 gelas yang ditempeli dengan tulisan berbeda:
- Perasaan/kesan ( dulu & sekarang )
- Pengalaman akan kasih Tuhan ( sebelum/setelah kenal PD)
- Niat/komitmen untuk PD
- Doa & Harapan
Apa yang di-sharing-kan lewat tulisan dan dimasukkan ke gelas no 1-3 tidak sempat dibacakan oleh masing-masing yang hadir karena keterbatasan waktu. Sharing tertulis yang masuk di gelas no 1-3 akan menjadi masukan dan PR garapan bagi pengurus untuk ditindaklanjuti dalam rapat agar menjadi keputusan konkrit dan tindaklanjut nyata. Sedangkan kertas yang dimasukkan ke gelas no 4 diambil dan dibacakan saat doa umat.
Dari acara ini terlihat, banyak yang memasukkan kertas pertamanya pada gelas Doa & Harapan. Di sini tampak kebutuhan utama yang hadir adalah doa dan menyampaikan harapannya pada Tuhan.
Pesan tak sampai namun tetap bersyukur
Waktu awal, sebelum mulai menulis, saya memberikan penjelasan bahwa kertas pertama yang diambil dituliskan nomor urut 1 lalu dimasukkan ke gelas mana yang dipilih sesuai apa yang dituliskan. Kertas kedua yang diambil ditulis nomor 2 lalu dimasukkan ke gelas yang dipilih, dan seterusnya. Ini dimaksudkan agar teman-teman menentukan prioritas pilihan sesuai apa yang dibutuhkan dan mendesak untuk disampaikan. Tapi rupanya beberapa orang tidak menangkap penjelasan dengan baik dan malu bertanya atau mungkin tidak mendengarkan. Karna terbukti kertas yang ditulis tidak disertakan nomor. Akibatnya tidak dapat diketahui urutan prioritas yang dibutuhkan dan disampaikan oleh teman-teman yang hadir. Hanya diketahui kertas yang dimasukkan ke gelas “Doa & Harapan” paling banyak jumlahnya.
Setelah selesai menulis sharing, acara dilanjutkan dengan persembahan 4 gelas tersebut dan kolekte. Persembahan itu diiringi dengan lagu pujian “Bapa Kupersembahkan Tubuhku”. Dipersembahkan pula doa umat dengan membacakan kertas Doa dan Harapan secara bergantian oleh Dion dan saya. Selesai persembahan, Koordinator PD. Ekklesia menyampaikan pengumuman. Kemudian kami kembali hening untuk bersiap doa penutup yang dibawakan oleh Dion. Dan sebagai penutup kami kembali bangkit berdiri untuk menyanyikan pujian “Hatiku Percaya”.
PD selesai tepat jam 5.30 sore. Kami bertiga (Priyo, John dan saya membantu sedikit) bergegas membereskan ruangan (melepas alat-alat: kabel-kabel dan sebagainya, serta menggulung kembali karpet kemudian memasukkannya ke dalam lemari PD. Sedangkan Dion menemani umat yang hadir ngobrol sambil menikmati snack. Sore ini yang hadir hanya 7 orang ditambah Pak John, Suami Dion beserta 2 anaknya yang nyusul kemudian. Biasanya di bulan Ramadhan, banyak teman yang berhalangan hadir karena kesibukan kerja dan urusan pribadi.
Puji Tuhan akhirnya kami dapat meninggalkan ruang St Yoakim pkl 17.55 WIB dan langsung menuju ke Gereja. Kami mau lanjutkan dengan ikut Perayaan Ekaristi bersama umat paroki. Setibanya kami dekat pintu masuk gereja, lonceng sudah berbunyi.
Syukur kepada Allah, kami mulai persekutuan doa sedikit telat namun selesai tepat waktu, sehingga tidak telat mengikuti Ekaristi. Semoga tulisan ini bisa membawa teman-teman yang tidak sempat hadir dan pembaca lainnya turut merasakan dan membayangkan berjalannya PD Ekklesia pada Minggu, 18 Juni 2017 ini. Sampai jumpa dalam persekutuan doa minggu depan. Tuhan memberkati.
Penulis:

K. Yulin
Kategori:DINAMIKA, Dinamika Kategorial