Sabtu Pekan Suci, 15 April 2017:
Ibr 4:12-13: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”
Hari dimana penguburan Yesus terjadi di dalam makam, menyatakan kesunyian. Tanah makam menjadi saksi Yesus dikianati dan menderita, wafat. Murid-murid Yesus entah kemana. Mereka tidak menjaga makam. Mereka pergi bergulat dengan diri sendiri. Mereka mengalami pemberontakan. Takut menyatakan identitasnya sebagai murid Yesus atau tetap lantang mengaku murid Yesus. Makam saksi kesunyian hati murid-murid Yesus. Ini memang terjadi berkat Sang Sabda. Firman itu menembus jiwa, membuat para murid dan segala sesuatu, termasuk kita telanjang dan terbuka di mata Dia. Tidak ada yang tersembunyi di depan Sang Sabda.
Hari suci ini layak menjadi hari ketika kita menggugat keimanan kita, hari kesedihan dan kesunyian mengguncang kita. Saat kita apa adanya di hadapan Tuhan, saat kita sering memberontak dan berteriak dimana kuasa Tuhan bekerja. Seperti saat derita menimpa kita, kita bergulat dan mempertanyakan diri kita dan kuasa Tuhan. Ini keadaan ketelanjangan kita di muka Dia.
Hari suci ini layak membawa kita merenungkan SabdaNya, tetap melakukan pantang puasa, melakukan amal kasihNya dengan melayani Gereja melalui “ubarampe” persiapan hari raya Paskah. Soter@bdtoro
Kategori:RENUNGAN, Renungan Harian