KEUSKUPAN PURWOKERTO
Jl. Gereja No.3 Telp. (0281) – 635632 Fax. 631611
PURWOKERTO 53115 – JAWA TENGAH
I N D O N E S I A
SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2017
KEUSKUPAN PURWOKERTO
KELUARGA BERWAWASAN EKOLOGIS[1]
Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater, Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
pada hari Rabu, 1 Maret 2017 yang akan datang, kita akan memasuki Masa Prapaskah. Kita semua tahu bahwa Prapaskah adalah masa yang penuh rahmat. Selama Masa Prapaskah ini, kita diajak untuk mengolah pengalaman-pengalaman dan mengusahakan pembaruan hidup agar dapat semakin mantab dan setia mengikuti Yesus Kristus masuk ke dalam sengsara dan wafat-Nya, dan selanjutnya ikut bangkit bersama Dia.
Untuk kepentingan Masa Prapaskah tahun ini, oleh Panitia APP Keuskupan Purwokerto sudah disediakan berbagai sarana pendalaman iman dengan tema “Keluarga Berdialog tentang Ekologi”. Saya berharap agar keluarga-keluarga Katolik tidak hanya berbicara atau berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta atau lingkungan hidup, tetapi juga melakukan gerakan atau kegiatan nyata untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup serta menemukan solusi atas berbagai permasalahan ekologis saat ini.
Membangun sebuah Keluarga Katolik yang berwawasan ekologis tentu tidak cukup diwujudkan hanya dengan olah rohani selama masa Prapaskah. Karena itu, saya mengharapkan agar tema ini tetap menjadi bahan olah rohani dan menjadi fokus pelayanan dan kegiatan pastoral seluruh umat beriman sepanjang tahun 2017. Semoga bahan-bahan yang sudah disediakan ini dapat membantu seluruh umat untuk membuat Masa Prapaskah semakin bermakna dan berbuah dan dapat memberi inspirasi bagi keluarga-keluarga Katolik dalam mengembangkan wawasan ekologisnya.
Saudara-saudari, umat Katolik yang terkasih,
untuk memperdalam renungan kita mengenai tema Masa Prapaskah ini, saya tawarkan butir-butir gagasan yang dapat kita gali dari sabda Tuhan yang dibacakan pada hari ini.
Pertama, Yesus mengajak para murid agar lebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya atau kehendak-Nya, dan bukan mencari hal lainnya (Mat 6: 33). Ajakan ini sungguh relevan bagi kita yang akan memasuki masa olah rohani masa Prapaskah. Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah kekayaan batin yang dimiliki umat beriman karena mereka memberikan ruang bagi Allah untuk hadir dalam hidupnya. Mereka mendapatkan kekayaan rohani karena berani menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah dan berusaha melaksanakan kehendak-Nya. Peristiwa di padang gurun semakin menegaskan bahwa melaksanakan kehendak Allah merupakan hal utama dibandingkan dengan makanan, popularitas dan harta benda atau kekuasaan.
Kekayaan batin atau kekayaan rohani inilah yang perlu diabdi dan diperjuangkan terlebih dahulu oleh umat beriman; sedangkan mamon, harta, dan hal-hal lainnya merupakan sarana penunjang dalam pengabdian dan perjuangan. Tidak tepat kalau hal-hal ini juga diutamakan terlebih dahulu, atau bahkan malahan menjadi saingan bagi kehadiran Allah dalam hidup kita. Kerajaan Allah dan mamon atau harta merupakan dua hal yang tidak perlu dipertentangkan agar tidak menimbulkan masalah dalam kehidupan beragama, yakni menjadikan agama sebagai komoditas yang dapat memberikan keuntungan ekonomis atau finansial.
Kedua, prioritas untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya atau kehendak-Nya bukan dimaksudkan agar umat beriman tidak memikirkan masa depan dan membiarkan dirinya dipelihara Tuhan; juga bukan dimaksudkan agar umat beriman tidak memikirkan tercukupinya kebutuhan hidup sehari-hari dan menyandarkan diri pada bantuan orang lain; juga tidak dimaksudkan agar umat beriman bermalas-malasan atau melupakan tugas dan kewajiban untuk mengurus kehidupan keluarganya.
Setiap orang harus merencanakan dan menata banyak hal untuk masa depan dirinya. Setiap keluarga juga harus menata dan mengatur banyak hal demi kesejahteraan anggota keluarganya. Perencanaan, penataan, dan pengaturan itu mesti dilakukan selaras dengan kehendak Allah dan berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberkati umat-Nya yang percaya dan setia kepada-Nya. Keyakinan inilah yang dapat membuat umat beriman dan keluarga Katolik jauh dari kekhawatiran atau ketakutan berkekurangan di masa depan, entah dalam hal makan, minum, pakaian atau kebutuhan lainnya.
Rasa khawatir dan takut berkekurangan di masa depan dapat menimbulkan sikap dan perilaku tidak baik dalam diri banyak orang. Mereka terdorong untuk mencari dan menimbun mamon atau harta sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri, dengan berbagai cara atau menghalalkan segala cara; mereka sering tidak mempedulikan orang lain dan kelestarian alam semesta atau lingkungan. Mereka tidak lagi menghargai dan belajar dari hewan, tanaman, dan isi alam semesta, tetapi justru menggali dan mengeksploitasinya dengan rakus dan tamak untuk memuaskan kehausan mereka akan mamon atau harta dan memuaskan sikap konsumtif mereka. Hal ini mengakibatkan rusaknya ekosistem, hilangnya keanekaan hayati, tercemarnya air, udara, dan tanah serta timbulnya berbagai macam persoalan ekologis lainnya. Saya berharap agar keluarga-keluarga Katolik dapat menata hidup dan masa depannya dengan baik agar tercapai apa yang diinginkan tanpa dicekik oleh kekhawatiran dan ketakutan serba kekurangan.
Semoga, olah rohani yang akan kita lakukan ini berkenan pada Tuhan dan disempurnakan oleh-Nya. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga-keluarga Katolik dan komunitas Anda. Selamat memasuki masa Prapaskah. Tuhan memberkati! Amin.
Purwokerto, 25 Februari 2017
Tarcisius Puryatno
Administrator Diosesan KP
[1] Dibacakan dalam Perayaan Ekaristi Hari Sabtu dan Minggu pada Hari Minggu Biasa VIII, 25-26 Feb 2017
Kategori:AKTUALIA, Keuskupan Purwokerto