Selasa, 4 April 2017. Sepekan telah berlalu. Gaung pekan ayam berkokok, menjelang Paskah masih terasa. Beberapa umat penggiat misa harian menambah terisinya jumlah deretan bangku di gereja Santo Yosep. Ini dilakukan sebagai wujud persiapan batin merayakan pekan Suci yang sebentar lagi akan terjadi.
Pekan Ayam Berkokok selalu dimulai pk 05.00 sejak Senin, 27 Maret sampai dengan Minggu, 2 April. Mengusung tema “Keluarga Berdialog dengan Ekologi”, pekan ayam berkokok ini mengambil pilihan semangat St. Petrus yang mengalami perubahan berkat kasih Yesus pada saat ia menyangkal Yesus.Bahkan peristiwa kedua kalinya saat Petrus meninggalkan kota Roma yang sedang mengalami penganiayaan bagi pengikut Kristus, membawanya kembali menerima salibnya dan bersama Yesus menuju ke kota Roma kembali. Ketika ditanya Petrus, “Quo vadis Domine?” (Tuhan, kemana Engkau pergi?), Yesus menjawab “Ego Roman iterum crucifigi” (Aku akan pergi ke Roma untuk disalibkan lagi).
Selama tujuh hari, permenungan tiap hari diambil dari peristiwa-peristiwa iman yang ada dalam KS maupun dalam pengajaran Gereja. Hari pertama yang mengambil tema “Pujilah Tuhan yang memanggil kita” menawarkan ajakan Paus Fransiskus dalam dokumen Laudato Si untuk mensyukuri karya penciptaan yang masih berlangsung hingga saat ini.
Hari kedua, mengambil tema “Melupakan Hari Keempat’ untuk menawarkan refleksi tentang penciptaan yang baik yang dirusak oleh dosa. Kain membunuh Habel saudaranya sendiri. Kain berlatarbelakang tumbuhan, tanah dan bumi sedangkan Habel petani/ binatang dan ternak. Kain melupakan penciptaan di hari keempat yakni benda penerang yang membedakan dengan kegelapan. Penciptaan hari ketiga bumi dan tumbuhan sedangkan hari kelima binatang.
Tema hari ketiga “Sehelai Daun Zaitun” menawarkan permenungan tentang penemuan ciptaan atau kehidupan baru dari Nuh di dalam bahtera. Merpati yang diutus kembali membawa sehelai daun Zaitun. Merpati dan Zaitun adalah simbol persahabatan dan kedamaian. Bersahabat dengan alam ciptaan dan memberi kedamaian menjadi harapan dan semangat murid-murid Tuhan.
Hari keempat, menawarkan tema “Jauhkanlah kami dari budaya buang”. Doa ajaran Yesus “Bapa Kami” mengundang murid-murid Yesus untuk menjauhkan kebiasaan buang atau singkirkan. Hari kelima “Quo vadis Domine?”. Hari keenam, “Menemukan Kayu Salib yang telah dibuang dan dihilangkan”. Belajar dari St Helena yang mau mencari salib Tuhan di Yerusalem dan menghormatinya setelah ditemukan, umat diajak untuk menemukan salib kehidupan dan bukan membuangnya. Lalu hari ketujuh, “Kemuliaan Tuhan bagi orang yang setia memanggul salib”. Kebahagiaan karena setia pada salib berbuah kemuliaan Tuhan dan kesaksian dalam menjalani hari-hari Paskah. Pesta kerahiman ilahi, ditaati dengan setia.
Pekan Ayam berkokok ini dilakukan dalam perayaan ekaristi. Diawali dengan tanda salib dan salam lalu pengantar tema dan kemudian imam mengajak umat yang hadir mendasarkan Sabda Tuhan dari Yesaya 58:6-11 dan Mazmur 136 “Kasih setia Tuhan untuk selama-lamanya”, dilanjutkan dengan penjelasan tema atau pewartaan dan disusul doa umat spontan serta doa khusus dari “Doa orang Kristen dalam kesatuan dengan ciptaan” yang diterjemahkan dari Laudato Si. Setelah itu masuk doa tobat dan bacaan serta persembahan sampai ekaristi selesai. Selama satu jam berlangsung,
Pekan Ayam Berkokok dihadiri 150 an umat. Tiap hari dengan petugas koor lingkungan secara berbeda. Lingkungan Yohanes yang mulai tumbuh ikut serta memeriahkan Pekan Ayam Berkokok tersebut. Sayangnya belum semua umat dari lingkungan yang bertugas koor mengikuti keseluruhan Pekan Ayam Berkokok ini.
Setidaknya Pekan Ayam Berkokok ini telah membantu persiapan umat merayakan Paska. Kali ini tiada sajian setelah Pekan Ayam Berkokok selesai. Tahun sebelumnya ada sarapan bersama. Tahun ini dicoba menghayati semangat prapaska. Semoga masih bisa berlanjut di tahun mendatang.
Soter@bdtoro

Rm. Agustinus Dwiyantoro Pr
Romo Paroki St Yoseph Purwokerto
Kategori:AKTUALIA, Seputar Paroki